2 "Bi?!!"

Langkah kecil itu kini terlihat berlarian penuh dengan rasa bahagia. Senyum lebar memperlihatkan gigi yang bahkan belum sepenuhnya terisi. Kedua telapak tangan miliknya tak berhenti untuk bertepuk tangan. Semua orang yang menatapnya pun tak pelak menyungging senyum.

"Hap! Bocah nakal, kau merebut perhatian semua orang. Bahkan tak ada yang peduli kehadiran ayah," ucap pria dewasa tersebut dengan memajukan bibir berpura-pura merajuk. Tangan besarnya memerangkap tubuh kecil itu ke dalam gendongannya.

"Maaf ayah, apa kau marah?" tanya pria kecil itu dengan mata berkaca-kaca.

"Oh sayang…. Jangan menangis. Apa yang kau lakukan suamiku? Kau membuat putra kecilku sedih sekarang."

Sesosok wanita anggun dengan balutan baju pengantin yang begitu mewah mengusap kepala pria kecil itu dengan sayang. Senyum keibuannya pun membuat bibir mungil miliknya tersungging. Bocah itu begitu bahagia hingga membuatnya menggapai wanita tersebut dan mencium pipinya dengan sayang.

"Bahkan sekarang kau menggoda istri ayah?"

Semua yang mendengarnya serentak tertawa. Seluruh hadirin di ruangan besar itupun bertepuk tangan mengiringi kebahagiaan keluarga baru tersebut.

"Bisa tolong tekan tombol lantai 24, Nona?" pinta Mike dengan nafas terengah-engah. Tangan besarnya sedikit terangkat membenarkan gendongannya terhadap bocah yang masih asik terlena dalam tidurnya. Bibir Mike sedikit tertarik kala pandangannya tertuju pada wajah mungil dengan matanya yang terpejam. Bibir tipisnya sedikit menyungging senyum hingga membuat Mike bertambah gemas. Entah mimpi indah apa yang sedang di alami bocah itu, dan entah mengapa Mike juga turut merasa senang.

"Baiklah, oh! Kau pasti Mike kan?"

Pandangan Mike pun kini teralih kepada seorang wanita cantik yang berbalut dress mini ketat berwarna merah. Mata tajamnya menyusuri setiap jengkal tubuh tinggi semampai yang terlihat kontras dengan kulit putih yang terlihat mulus. Senyum tipisnya kini berganti menjadi senyum menggoda yang biasa membuat wanita manapun tergila-gila padanya.

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Mike masih dengan senyum playboy nya. Andai saja tak ada bocah ini, maka dapat dipastikan bahwa nafsu liar yang akan mengambil alih tubuhnya.

"Memang siapa yang tak mengenal pria seksi di lantai 24? Bahkan aku yakin seluruh gedung ini tahu dirimu."

Wanita itu terlihat tertarik dengannya, Mike yakin itu. Bibir tebal yang dilapisi lipstick merah menyala tersenyum kearahnya sudah menjadi bukti. Secara keseluruhan wanita itu tampak menggoda dan Mike harus berkali-kali mengingatkan dirinya bahwa mereka bukan hanya berdua saja di ruangan sempit ini.

"Kau berlebihan Nona..."

Mike semakin tersenyum lebar sekarang. Terlahir sebagai pria dengan raut wajah tegas dan mata tajam dilengkapi dengan alis tebal yang teratur sempurna. Tinggi badan 190 cm dengan otot-otot yang menonjol pas di beberapa bagian. Siapa yang bisa menolak pria jantan sepertinya? Bahkan hanya dengan senyum tipisnya saja akan banyak wanita yang berebut mengangkang di bawahnya.

"Apa dia kekasihmu? Aku baru tau berita ini sekarang, jadi kau seorang bi?" tanya wanita itu dengan santai, jari telunjuknya pun memainkan helaian rambut yang membingkai wajah cantiknya. Mike terperangah, mulutnya menganga dengan kerutan dahi yang berlipat.

"Kau salahpaham Nona!"

Baru kali ini ada orang menganggap nya seorang biseks. Perlu di catat! Mike itu lurus, selurus tiang listrik yang tegak berdiri gagah. Ia masih menyukai wanita dengan payudara besar dan bokong sintal. Niat untuk mengintip senjata pria lain pun sama sekali tak terbesit dalam pikirannya, apalagi bertindak jauh sampai saling meraba dan sebagainya. Mike ingin muntah hanya dengan membayangkannya saja.

"Benarkah?"

"Tentu… aku bahkan masih sangat suka tubuh wanita yang seksi sepertimu," goda Mike dengan mengerlingkan mata.

"Tapi kau tak bisa membohongi pandanganku terhadapmu," tandas wanita itu. Dengan gerakan genit, ia balas mengerlingkan mata pada bocah yang kini masih melayang dalam mimpinya, remaja di gendongan Mike.

" Maksudnya?"

Mike mengerutkan dahi, pandangannya kini terfokus pada objek manusia yang dimaksud wanita tersebut. Kepala bocah yang tersampir nyaman di bahu lebarnya. Matanya terpejam hingga memperjelas bulu mata tebal yang terlihat lentik. Sebagian alis miliknya tertutupi rambut nakal yang berjatuhan menutupi dahi, tapi Mike yakin alis itu nampak sangat terbentuk rapi. Pandangan tajam Mike kini semakin menurun ke arah hidungnya yang terlihat kecil dan mancung. Sesaat Mike menelan ludah kasar saat matanya beralih fokus pada bibir tipis setengah terbuka yang sialnya begitu menggoda. Belahan daging itu terlihat lembut walau terlihat sedikit pucat. Mike yakin bocah ini sudah terlampau lama terpapar udara malam.

"Haha… aku tau kau tersenyum saat melihat bocah itu, tertarik ehm?!"

"Oh astaga!"

Mike merasa bodoh sekarang. Ia menjadi tak terkendali hanya dengan menatap wajah bocah yang parahnya adalah seorang pria, sama sepertinya.

Desisan Mike nyatanya membuat pria yang sedang menempel di punggung lebar itu nampak terganggu. Mata sendunya perlahan terbuka. Lenguhan pelan yang menyapa indra pendengaran Mike menimbulkan desiran aneh yang kesekian kalinya ia rasakan. Tak taukah kalian? Jantung Mike sedari tadi harus diuji kala segerombolan pemabuk yang sialnya masih cukup sadar untuk mengejar mereka walau lebih tepatnya hanya Mike karena bocah ini malah dengan santai bertengger di punggungnya. Ditambah lagi dengan hembusan nafas pelan yang mengenai kulit lehernya membuat ia mengumpat frustasi. Dan lenguhan itu… Kenapa terdengar seksi sekali? Mike jadi bingung sekarang, sebenarnya ia terangsang karena seorang bocah pria atau pada wanita seksi yang berdiri di sampingnnya ini? Alkohol membuatnya cepat terangsang atau memang ia yang maniak seks tanpa pandang bulu?

"Bisa turunkan aku?" Perlahan Devan berdiri walau kakinya masih sedikit keram.

"Kau sudah baikan?" tanya Mike dengan menahan bahu sempit milik Devan.

"Hemm…"

"Pacar mu imut sekali...!" ucap seorang gadis dengan raut kegirangan membuat Devan mengernyitkan dahi.

"Apa?" timpal Mike dan Devan bersamaan.

"Ku doakan langgeng ya. Namaku Gista apartementku no 234 lantai 23, salam kenal!" ujar gadis tersebut sebelum pintu lift tertutup.

"Kenapa gadis itu?"

"Tak tau. Ayo ikut aku!"

Tarikan tangan Mike setelah pintu lift terbuka di lantai 24. Mike sebenarnya sedikit jengkel dengan wanita yang seenaknya menyebut bahwa ia seorang biseks. Ditambah lagi nafsunya yang belum tersalurkan sejak seminggu yang terakhir. Mike jadi semakin sensitive sekarang.

Devan sebenarnya ingin melepaskan genggaman tangan dipergelangan tangan kirinya itu, tapi entah kenapa kebodohan itu mendominasi lagi. Genggaman itu terasa sangat hangat melingkup tangan kecilnya, sesaat ia terlena.

"Masuklah!"

Langkah mereka terhenti di sebuah pintu unit apartement yang bernomor 301. Genggaman tangan pria itu kini beralih membuka pintu yang sesaat membuat Devan merasa kehilangan. Sejujurnya remaja itu butuh pegangan untuk bisa mendoktrin pikirannya jika ia tak akan sendiri.

"Kenapa kau diam di depan pintu seperti itu?"

"Kau tidak sedang melibatkanku dalam tindak kriminal, bukan?"

Devan sebenarnya sedikit meragukan pria dihadapannya itu. Tampilannya yang seperti pria berandal membuat Devan ngeri. Walaupun Devan tak punya tempat tinggal sekarang, ia tetap harus mewanti-wanti setiap orang. Bagaimana kalau dia hanya memanfaatkan ketidakberdayaannya saja?

"Hah? Kau masih mengira kalau aku adalah bagian dari para pemabuk itu?"

Mike tak habis pikir dengan bocah itu, bahkan setelah ia menolongnya, Mike masih tetap dicurigai. Jika saja mata sendu itu tak menghipnotisnya mana sudi seorang Mike repot- repot mengulurkan tangan, lagipula hati nuraninya masih sangat peka.

"Meski kau menyangkal tapi itu kebenarannya, kan? Tapi… Ehm…Maksud ku ini, kau tinggal di apartement mewah?" tanya Devan dengan meragu.

"Kau kira milik siapa ini, apa maksud mu aku tak pantas memilikinya begitu?"

Mike jengkel sekarang, apa tampilannya terlihat murahan? matanya kini menelisik tampilannya sendiri. Kaos tipis hitam yang warnanya sedikit pudar dengan celana jins yang terlihat sobek di beberapa bagian. Terlebih ada tatto bergambar wanita seksi dengan beberapa ornament acak yang masih terlihat berkesinambungan. Mike berfikir sekarang, "Memangnya apa yang salah dengan tampilannya? Ia masih terlihat sangat tampan dan keren, kan?!"

"Tidak, ah…tolonglah aku sedang pusing, sekarang bisa aku masuk dan menumpang untuk malam ini?"

Sebenarnya itu hanya alibinya Devan. Sakitnya sekarang sudah lumayan hilang, ia tak mau saja membuat pria itu bertambah emosi dan berakhir ia yang harus tidur di jalanan. Sedikit memerankan tokoh muka dua demi perjuangan hidup mandiri, tidak apa kan?!

"Lihatlah, memang tadi siapa yang mulai? Untung saja aku suka orang yang jujur, kalau tidak... mungkin sudah ku lempar tubuh ringkih itu dari lantai gedung ini." Mike masih menggerutu. Ehm ya, walau lebih tepatnya ia baru saja merelakan hinaan bocah asing kepadanya.

Jadi, sekarang Mike punya teman sekamar? Siapa nama bocah cengeng dan bermulut tajam itu?

avataravatar
Next chapter