7 Sementara Itu...

Namaku Mozart, Sang Pelayan...

Seharusnya aku tidak meninggalkannya sendirian waktu itu.

Seorang gadis belia yang merupakan puteri terhormat Raja Achestria dan Ratu Cellia yang merupakan kewajibanku kini telah menghilang.

Apa yang akan dikatakan Baginda padaku?

Sebenarnya aku tidak peduli sama sekali dengan beliau, karena itu adalah urusanku. bahkan saat aku bersama dengan tuan putri, bermain bersamanya, akupun lupa pada jati diriku yang dulu. melihat ia tersenyum, tertawa, laksana bunga lili yang baru mekar kuntumnya. hadirnya sebagai gadis kecil yang ceria membuat jiwaku yang hampa dipenuhi lagi oleh cahaya terang.

Dan sekarang aku telah kehilangannya...

Aku khawatir keadaan tuan putri kecilku. dimana kau berada?

Terhitung sudah memasuki hari keempat pencariannya, tetapi aku sama sekali tidak menemukan petunjuk. bahkan seluruh prajurit, ksatria, para pelayan, juga warga kota sudah Tuanku kerahkan untuk mencari putrinya yang hilang.

Tetapi hasilnya tetap saja nihil.

Baik aku maupun mereka tidak mendapati jejak apapun dari tuan putri.

Ini membuat hatiku sangat sakit!!

Kecerobohan dan kesalahan yang sama kembali terulang di masa lalu. itu membuatku benar-benar merasa hancur!

Aku telah mengecewakan Tuanku, aku telah membuat Tuan Ratu juga menangis. tetapi dibandingkan isakan tangis mereka, tangiskulah yang paling deras membasahi tempat tidurku yang sempit.

Aku tidak kuat melihat Baginda menunjukkan wajah tegarnya seraya berusaha menyembunyikan kesedihan itu di dalam hati.

Aku tahu, ini semua salahku. seharusnya aku tidak usah menghadapkan wajahku lagi pada beliau. tetapi, aku sungguh mengkhawatirkan beliau, itu termasuk satu-satunya cara agar aku bisa kembali tenang.

Hingga malam pun datang, bulan menguasai langit. beliau menatap ke arah langit memandang sang ratu malam itu. di sana, siapa yang tengah ia lihat? putrinya?

Aku berusaha tidak menimbulkan suara saat memasuki ruangannya, tetapi...

"Ada apa pelayanku Mozart?"

...sebagai pelayannya, aku takjub pada beliau yang begitu peka terhadap keadaan kami sekalipun ia juga tengah terluka.

Itu membuatku tak berani untuk bicara apapun.

"Kau tidak perlu khawatir, nak. aku baik-baik saja. soal hilangnya putriku, kau tidak perlu takut karena ini semua adalah salahku. aku terlalu sibuk dengan urusan politik di kerajaanku ketimbang kebahagiaan putriku sendiri."

Tidak Baginda ini bukan kesalahan anda, tapi ini kesalahan hamba...

Inginnya aku mengatakan demikian, tetapi kenapa? ada apa dengan lidahku ini? bukankah kau senantiasa bermain dengan kata-kata bersama seorang gadis kecil? seharusnya kau bisa mengatakan hal itu kepada rajamu!

Dimana kesetiaanmu sebagai pelayannya, hah?!

Dan begitulah, hingga akhirnya beliau pergi tanpa diriku membalas perkataannya sepatah katapun.

Ini membuatku tidak bisa tidur, aku sangat mengkhawatirkannya. mengkhawatirkan putri kecil itu.

Aku berusaha memejamkan mataku dan melupakannya sejenak.

Tetapi aku tidak bisa...

Justru...

"Apa mungkin...?"

Aku berusaha mengingat masa laluku itu yang merupakan sebuah dosa besar yang pernah ku perbuat. apakah mungkin kejadian itu berhubungan dengan apa yang pernah ku lakukan sebelumnya?

Mungkin saja...

Bahkan, bisa saja itu pasti!

Benar! karena itulah Lily menghilang. pasti ada seorang demihuman di hutan sana memanggilnya dengan mantra sihir [Tunadi].

Gawat! itu artinya...

Lily benar-benar dalam bahaya!

Di sana adalah hutan Magis Spectrum yang disebut-sebut sebagai hutan terlarang. siapapun yang masuk ke sana, tidak akan pernah bisa kembali lagi.

Semua itu terjadi karena kesalahanku...

Sebaiknya aku segera beristirahat dan memohon perintah Baginda untuk masuk ke dalam hutan itu. aku harus membawanya kembali pulang, bagaimanapun caranya!!

Hingga akhirnya esok pun telah tiba...

Aku menghadap Baginda Achestria dan menceritakan pendapatku ini padanya.

"Apa?! putriku disandera olehnya?"

"Ini hanya dugaan hamba, Baginda. ia masih dendam kepada para manusia."

Aku tahu, ada tumpukkan emosi di atas kepala Baginda. namun, beliau berusaha menutupinya dari diriku.

"Jadi mereka masih belum menerimanya..."

Mulut Tuanku bergumam.

Aku memberanikan diri untuk mengajukan diri. meskipun peluangnya hanya sebesar butiran debu, aku harus mengusahakannya!!

"Kirimkan hamba ke dalam hutan itu, Tuanku. akan hamba cari tuan putri dan membawanya kembali ke pangkuan Anda!"

Aku menundukkan kepalaku dalam-dalam.

"Hamba mohon, perkenankanlah permintaan hamba!"

Meskipun aku tahu, ini juga semacam bentuk ancaman kecil bagi Baginda.

"Apa kau yakin? setelah kejadian itu, banyak rumor mengatakan siapapun yang masuk ke sana tidak akan pernah bisa kembali! bagaimana jika kau tidak kembali.... dan tidak pulang dengan putriku?"

Aku tahu, beliau hanya menambah kata terakhir itu untuk menutupi kesannya yang sangat peduli pada diriku.

Tapi maafkan hamba, untuk sekali saja anda jangan pedulikan hamba lagi. karena ini adalah kesalahan hamba dan hamba yang harus menebusnya.

"Hamba bersumpah, Tuanku. Hamba berjanji akan pulang membawa putri anda dan tidak akan pernah kembali sampai itu terjadi!!"

Aku mengeraskan suaraku, hingga tak sadar aku tidak bisa menundukkan kepalaku lebih rendah lagi.

Senyap sesaat, tidak ada suara...

Angin meniup korden melambai-lambai dari luar jendela.

Cahaya dari sang Surya yang baru terbangun juga menembus seisi ruangan ini.

Aku takut permintaanku ini tidak dikabulkannya. apakah aku harus kabur dan nekad mencari tuan putri sendirian?

Mengapa tidak?

Tapi aku rasa, itu tidak perlu.

Sekalipun ada wajah terpaksa dari beliau...

"Baiklah..."

Kepalaku terangkat begitu saja.

"Tetapi, berjanjilah padaku kau akan kembali dengan selamat dan membawa putriku pulang."

...beliau mengabulkan permintaanku, mungkin juga menerima penebusan dosaku.

"Hamba bersumpah, Baginda."

Tidaklah lama, aku segera mempersiapkan segala kebutuhanku untuk masuk ke dalam hutan itu. pakaian dan senjata, mungkin juga selimut untuk tidur. hanya tiga itu saja yang benar-benar aku butuhkan.

Setelah aku persiapkan semuanya, aku mulai membawa kuda tungganganku meninggalkan kastil.

Namun, seseorang menghentikanku.

Dia adalah pelayan Baginda yang lain, ia membawa titipan rajanya.

Sebuah batu?

Aku tidak tahu apa fungsi batu itu, tapi akan aku anggap sebagai jimat keberuntunganku saja. dengan demikian, aku akan mengingat janji dan sumpahku kepada Tuanku.

Aku pasti akan membawa Putri Lily kembali pulang.

Bertunggang kuda, aku akan mewujudkan sumpah dan janjiku pada beliau. aku akan menebus semua dosaku kepadanya.

"Tuan putri, tunggulah aku!"

avataravatar
Next chapter