22 Kisah Sang Singa 1

Dua belas tahun yang lalu...

Aku mendengar dari banyak makhluk di sekitar hutan ada sosok manusia datang dan melepaskan kekuatannya hingga menghanguskan separuh dari wilayah timur.

Tidak hanya menghanguskan hutan, ia juga membunuh seluruh makhluk hidup di sana...

Saat aku mendatangi tempat itu, tidak ada yang tersisa selain abu hitam dan beberapa mayat yang mati terbakar. bahkan sebagian dari mayat-mayat itu telah berubah menjadi abu hitam dan bersisa tulang ekor mereka.

Siapa dalang semua ini?

Semua jawabanku terjawab oleh sebuah bendera yang terikat pada sebuah tombak.

Pernahkah aku melihat lambang itu?

Lambang itu bagiku tidaklah asing.

Sebuah perisai berwarna perak dengan lambang bunga lili yang telah berubah menjadi merah karena cipratan darah segar....

Bukankah lambang itu...

Apakah mereka melanggar perjanjian itu?

"Heiron!"

Bersyukurlah pada saat itu aku membawa salah satu pelayan setiaku. ia ku dapatkan setelah Ras Minotaur mau untuk tunduk padaku setelah aku berhasil menaklukan mereka.

"Ada apa Tuanku?"

Berita ini juga aku dapatkan darinya.

"Buatlah sepucuk surat untuk Kerajaan Echalost dan persiapkan dua puluh prajurit terbik dari berbagai ras untuk ikut denganku. kita akan mengadakan kunjungan ke kediaman keluarga Piansa."

"Dengan senang hati, Tuanku. ada lagi yang harus hamba lakukan?"

"Sudah cukup, hanya itu."

"Laksanakan Tuanku!"

Pelayan itu segera meninggalkanku. dia memang bukanlah manusia, tetapi aku tidak pernah meragukan kesetiaannya juga keterampilannya dalam menulis.

Aku merasa sangat senang karena tidak salah memilihnya untuk ku bawa sebagai pelayanku.

Iya, beberapa ras yang berhasil ku taklukan dan terikat perjanjian damai denganku, aku meminta satu orang di antara mereka untuk melayaniku.

Bukan karena tanpa tujuan atau hanya memuaskan keinginanku, ini semua untuk mewujudkan keinginan terbesarku di dalam hutan ini.

Sampai sekarang ini tidak ada yang keberatan dengan syarat tersebut.

Entah karena ketakutan mereka padaku atau mereka melakukannya dengan sukarela.

Akupun tidak peduli!

Sekarang yang terpenting adalah meminta kebenaran dari Archestria.

Bersama dengan dua puluh pasukanku -juga pelayanku- aku mulai menggerakkan keempat kakiku menuju Kota Kerajaan Echalost yang letaknya berada di barat perbatasan hutan. perjalanan tidak membutuhkan waktu lama karena kami bisa berlari sehari penuh tanpa lelah juga tanpa makan atau minum sedikitpun.

Tentu saja dalam perjalanan kami melewati banyak perkampungan dari berbagai ras. tetapi, kebanyakan yang kami temui hanyalah Ras Elf yang senantiasa bertekuk lutut saat melihat kehadiranku melintas di depan mereka.

Aku tidak punya waktu untuk melihat mereka memberi hormat seperti itu, bahkan untuk menyuruh mereka berdiri....

Karena hutan ini tidak cukup kuat untuk menahan serangan besar-besaran dari makhluk teratas di muka bumi ini. sekalipun bagiku, mereka tidaklah lebih dari makhluk yang rendah dan hina.

Di depan sudah terlihat perbatasan hutan, nampak perkotaan sepi dan senyap. tidak ada aktivitas terjadi di sana.

Jadi mereka sudah menerima pesanku, ya?

Mereka menerima kehadiranku?

"Heiron, kau sudah mengirim pesannya kepada mereka?"

"Iya, Tuanku."

"Bagaimana caramu mengirimkan pesan itu?"

"Ah... hamba mengirimnya langsung kepada Raja Archestria. beliau menerimanya dengan senang hati. hamba tidak melihat sedikitpun di wajahnya rasa takut ataupun ragu."

"Kehadiranmu tidak mengganggu para warga di kota?"

"Tidak Tuan, karena hamba mengenal seseorang di antara mereka. dia mengawal hamba hingga sampai ke hadapan Raja Archestria."

Begitu ya? ternyata memiliki hubungan dengan orang dari negeri seberang sangat membantu.

Tetapi, mengapa mereka tidak takut akan kedatanganku? apakah mereka tidak ada hubungannya dengan kejadian itu ataukah hanya berpura-pura menutupi kesalahan mereka?

Setiap raja bisa saja bersandiwara seperti itu.

Namun aku meragukannya, Archestria tidak mungkin melakukan hal itu.

Biarlah nanti dia sendiri yang menjawabnya padaku.

Kamipun sampai di depan dinding kastil istananya.

Sebuah terompet ditiup keras-keras, menyambut hangat kedatangan kami.

Hingga dibukakan sebuah gerbang besar, di sana seorang pelayan dengan pakaian yang sangat sederhana datang untuk menjemput kehadiranku.

"Salam damai bagi anda, Paduka Arryutus. penghormatan hamba berikan pada anda sebesar yang hamba berikan pada Tuanku. selamat datang di Istana Echalost, izinkan pelayan ini, Mozart memandu anda menemui Yang Mulia Archestria."

"Terima kasih atas sambutanmu, nak. berdirilah. kehormatanmu hanyalah milik tuanmu. Aku Arryutus merasa senang atas sambutan dari rajamu."

Sebuah kabut tipis di tengkuk pelayan itu...

Pelayan itu kembali berdiri tegak, namun sikap rendah dirinya di hadapanku masih nampak dari caranya ia berdiri di hadapanku.

"Ah... kau..."

Heiron tiba-tiba bergumam...

"Ah... anda Tuan Minotaur."

"Jadi kau mengenalnya, Heiron?"

"Iya, Tuanku. dialah yang menuntun hamba untuk menyampaikan surat anda kepada Yang Mulia Archestria."

Jadi pelayan ini yang telah membantu Heiron, ya.

"Heiron?"

"Nama yang ku berikan padanya, ia adalah salah satu pelayan setiaku. aku sangat menghargai pertolonganmu untuk membantunya menyampaikan pesan pada rajamu."

"Hamba hanya menjalankan tugas, Paduka Arryutus."

Ada apa ini? mengapa aku merasakan hawa jahat di sekitar tubuh pelayan itu? namun aku juga menjumpai di tubuhnya itu cahaya terang. apa yang sebenarnya terjadi padanya?

Akupun menepis pertanyaan itu untuk sementara waktu...

"Heiron, Sleeza, kalian berdua ikutlah denganku. yang lainnya, tetaplah di sini menungguku."

"Baik, Yang Mulia." jawab mereka serentak.

Sleeza adalah salah satu pelayanku yang lain. ia adalah anak yatim-piatu yang aku pungut dari hutan utara setelah desanya dihancurkan oleh dark goblin. bisa dibilang, ia adalah satu-satunya ras kobold berwujud serigala yang tersisa.

"Baiklah Mozart, tunjukkanlah jalan pada kami menuju rajamu."

"Dengan senang hati, Paduka Arryutus."

Maka anak itu menuruti perintahku, ia menuntun kami menuju Archestria.

Tetapi...

Mengapa perasaanku berubah menjadi tidak enak terhadapnya?

Ada apa dengan pelayan itu? aku tidak biasanya merasakan aura negatif kuat seperti ini? tetapi, ia sama sekali tidak nampak seperti orang jahat. baik perilaku, maupun caranya bersikap.

Ia adalah pelayan yang baik...

Akhirnya kecurigaanku ini mengarah kepada pelayan itu...

Meskipun sebenarnya aku tidak mau berprasangka buruk pada siapapun.

Semoga Archestria bisa menjawab semuanya.

avataravatar
Next chapter