21 Epilog

Aku.... siapa aku?

Berdiri di atas bukit kecil sendirian tanpa ditemani oleh siapapun.

Menatap langit... apa yang bisa ku lihat dari langit? awan menutupinya dengan tebalnya air yang mereka kandung.

Mengapa diriku merasa kian kelabu?

Lalu... mengapa aku merasa diriku kian menghilang?

"Bunga lili?"

Mengapa bunga lili bisa tumbuh di ujung tebing seperti ini?

Akupun memetiknya. entah mengapa aku ingat dengan bunga ini. tetapi...

Tentang apa dan siapa?

"Spectra..."

Siapa yang memanggilku?

Akupun berbalik ke belakang...

"Lily..."

Mengapa ia belum pulang? mengapa ia masih berada di sini?

Apa yang akan ia lakukan?

Memelukku...

"Aku tidak ingin pulang tanpa kehadiranmu, Spectra. karena itu, bukalah matamu dan kembalilah kepadaku. aku hanya ingin hidup bersamamu..."

"Lily..."

Saat ia berkata demikian, rasa hangat dalam tubuhku mengalir. tidak seperti sebelumnya, aku tidak pernah merasakan sehangat ini di dalam pelukan tubuh kecilnya.

Bukit kecil itu berubah menjadi sebuah cahaya yang terang...

Gelapnya duniaku yang kelabu sekejap berubah menjadi terang benderang...

"Ah..."

Hingga akhirnya aku terbangun dari mimpiku, di dalam sebuah tenda. di atas ranjang ini aku bisa merasakan nyaman yang tak pernah ku rasakan sebelumnya.

Aku juga bisa merasakan seluruh tubuhku, juga pakaian besi yang aku kenakan.

Saat aku melihat tanganku, aku terkejut.

Apakah ini hanya mimpi?

Aku memastikannya dengan melihat seluruh tubuhku.

Ini nyata...

Kutukanku telah tercabut!

"Spectra!!"

"Ah- Lily!"

"Akhirnya.... akhirnya kau sadar... Spectra! Spectra!"

Anak itu melompat dan mendarat di atas tubuhku dan menangis dengan begitu kencang. apakah ia benar-benar mengharapkan diriku hingga ia menangis bahagia setelah kutukanku menghilang?

"Maafkan aku Lily, karena sudah membuatmu khawatir."

"Tidak! tidak! maafkan aku karena telah membuatmu mengorbankan nyawamu untuk Echalost."

Apa?! jadi dia sudah tahu semuanya?

"Kalau begitu kewajibanku sudah selesai..."

Siapa yang mengatkan itu?

Saat aku menengok....

"Paduka Arryutus?"

Beliau hanya berlalu dan meninggalkan tenda.

Jadi... Lily membujuknya untuk mencabut kutukan di tubuhku ini?

"Tuanku! Tuanku!" Illidian menyusul Sang Singa itu.

Akupun kembali kepada pelukan gadis kecil itu. inginnya aku memarahinya karena tidak mendengar permintaanku. tetapi... aku tidak sanggup.

"Mengapa kau melakukan ini, Lily? mengapa kau melakukan ini? perjanjian apa yang kau buat dengannya hingga beliau mencabut kutukannya?"

"Ia mengikatku dengan sepuluh perjanjian, termasuk juga dirimu. salah satunya adalah kita berdua tidak akan pernah bisa keluar dari hutan ini hingga dalang dari tragedi tersebut berhasil ditemukan."

"Apa? mengapa kau melakukan ini?"

Di sisi lain ada rasa senang dan juga kecewa berat dalam hatiku. aku senang dengan dicabutnya kutukan itu dari tubuhku. tetapi...

"Itu artinya... aku telah gagal melaksanakan tugasku."

Dua belas tahun yang lalu, aku sudah bersumpah untuk tidak membiarkan hutan ini merenggutnya dari Raja dan Ratuku. dan kini... aku tidak bisa lagi mewujudkan mimpi itu.

"Ah..."

"Hei... semuanya tidak seburuk itu. aku masih ada di sini. lagipula, aku yakin, aku akan selamat dan aman di sampingmu. kau adalah pengawal yang baik, prajurit yang kuat, pelayan yang setia, dan juga... kau adalah kakak yang baik untukku."

Ia memelukku erat-erat, rasa hangat yang lebih mengalir di dalam tubuhku.

"Lagipula, kita tidak akan selamanya berada di sini. aku yakin, kita bisa keluar dari sini dan membersihkan nama baik Kerajaan Echalost."

Dia benar, ini semua masih belum berakhir.

Dengan dicabutnya kutukan di tubuhku ini, justru menjadi kesempatan besar agar aku bisa menemukan dalang dari kejadian tersebut.

Aku harus memberikan hak Sang Singa itu dariku, meskipun tidak ada yang bisa ku berikan secara pantas selain jiwa dan ragaku sendiri.

"Kalau begitu... kita harus keluar terlebih dahulu dan menghadap Raja Rimba itu."

Lily pun mengangguk mau.

Menggandeng tangan gadis kecil itu dan menuntunnya keluar bersamaku. setelah menepis tirai itu, nampak cahaya terang yang memancar dari tubuh sang singa itu. seluruh penduduk desa telah berada di hadapannya dan bertekuk lutut merendahkan diri di hadapannya.

Ada sisa sedikit ruang yang cukup untuk aku dan Lily berjalan menuju Paduka Arryutus.

Tidaklah butuh waktu lama, di antara jarak kesopanan dan juga dekat kami berdua segera ikut bersama yang lain. merendahkan diri di hadapan Singa Agung itu.

"Angkatlah wajah kalian, Spectra, Lily."

Aku dan Lily mengangkat kepala, menghadap wajahnya.

"Pertama-tama aku ucapkan selamat padamu, Spectra. kau telah terbebas dari kutukanku."

"Terima kasih Paduka Arryutus, terima kasih atas kemurahan hati anda."

"Jangan berterima kasih padaku, berterima kasihlah pada puteri kesayanganmu itu."

Sekarang sang singa itu mengalihkan pandangannya pada Lily.

"Aku harap kau tidak menyesal dengan keputusanmu, nak. aku tidak pernah bermain-main dengan perjanjian yang aku buat."

"Saya tidak menyesalinya, Yang Mulia. sesuai dengan perjanjian, kami berdua adalah milikmu, milik Hutan Spectrum ini. kami adalah sanderamu, kami adalah tawananmu, kami adalah budakmu jika engkau menghendaki. silahkan perintahkan apapun kepada kami sesuai kehendak anda, kami menyerahkan diri kami." Ucap Lily.

Aku berusaha tegar ketika ia mengucapkan itu.

"Baiklah. tetapi, sepertinya kau belum tahu sama sekali isi perjanjian itu, bukan?" sang singa itu mengarahkan wajahnya padaku. "Akan ku bacakan kembali perjanjian tersebut, agar seluruh makhluk di hutan ini dapat mendengarnya."

Sepuluh perjanjian itu antara lain:

1. Dengan dibuatnya sepuluh perjanjian baru ini, maka perjanjian lama yang mengikat Spectra dari Echalost bersama dengan kutukannya telah dihapus dan digantikan dengan perjanjian baru ini yang akan disebutkan satu per satu.

2. Sesuai dengan kesepakatan antara Sang Singa Agung Arryutus Sang Penguasa Hutan Spectrum dan Puteri dari Kerajaan Echalost Lily benet Piansa, Raja Hutan Arryutus memberikan jaminan hidup kepada dua manusia yang telah terikat perjanjian untuk tunduk kepadanya.

3. Sesuai dengan kesepakatan antara Sang Singa Agung Arryutus Sang Penguasa Hutan Spectrum dan Puteri dari Kerajaan Echalost Lily benet Piansa, Raja Hutan Arryutus mengancam siapapun yang mengancam nyawa dua manusia yang tunduk di bawah naungannya. baik berupa kata ataupun senjata.

4. Sesuai dengan kesepakatan antara Sang Singa Agung Arryutus Sang Penguasa Hutan Spectrum dan Puteri dari Kerajaan Echalost Lily benet Piansa, dua manusia Lily benet Piansa dan Spectra dari Echalost menyatakan tunduk dan patuh di bawah kekuasaan Sang Singa Agung Arryutus sebagai Raja dan Tuannya. dua manusia bersedia menyerahkan diri sebagai tawanan, sandera, ataupun budak sesuai kehendak Sang Singa Agung tanpa keterpaksaan.

5. Sesuai dengan kesepakatan antara Sang Singa Agung Arryutus Sang Penguasa Hutan Spectrum dan Puteri dari Kerajaan Echalost Lily benet Piansa, dua manusia Lily benet Piansa dan Spectra dari Echalost menyatakan bersedia menuruti apapun perintah Sang Singa Arryutus sebagai Raja dan Tuan mereka dan melaksanakan perintahnya dengan sebaik mungkin.

6. Sesuai dengan kesepakatan antara Sang Singa Agung Arryutus Sang Penguasa Hutan Spectrum dan Puteri dari Kerajaan Echalost Lily benet Piansa, dua manusia Lily benet Piansa dan Spectra dari Echalost menyatakan bersedia untuk tidak akan meninggalkan hutan dan bersedia untuk berdiri di samping Raja Hutan Arryutus sebagai pelayan, sandera, atuapun budak.

7. Sesuai dengan kesepakatan antara Sang Singa Agung Arryutus Sang Penguasa Hutan Spectrum dan Puteri dari Kerajaan Echalost Lily benet Piansa, dua manusia Lily benet Piansa dan Spectra dari Echalost bersedia untuk bertekuk lutut dan bersujud di hadapannya sebagai Raja dan Tuan mereka sebagai bentuk kesetiaan dan penghormatan.

8. Sesuai dengan kesepakatan antara Sang Singa Agung Arryutus Sang Penguasa Hutan Spectrum dan Puteri dari Kerajaan Echalost Lily benet Piansa, dua manusia Lily benet Piansa dan Spectra dari Echalost bersedia untuk mengikuti perjanjian tambahan sesuai dengan kehendak Raja Hutan Agung.

9. Sesuai dengan kesepakatan antara Sang Singa Agung Arryutus Sang Penguasa Hutan Spectrum dan Puteri dari Kerajaan Echalost Lily benet Piansa, dua manusia Lily benet Piansa dan Spectra dari Echalost dan Raja Hutan Arryutus akan memenuhi hak dan kewajiban sesuai dengan perjanjian.

10. Perjanjian yang telah disepakati bersifat mengikat. semua yang berada di bawah naungan Raja Hutan Arryutus terlibat dalam perjanjian ini. siapapun yang melanggar perjanjian tidak akan bisa ditoleransi.

"...kalian paham?"

"Kami dengar dan kami patuh, Yang Mulia."

Setelah semua perjanjian itu telah dibacakan, masih ada rasa sesal tersisa di dalam hatiku.

Bagi para prajurit, jika kehormatan tuannya telah hilang di hadapan raja yang lain, kehormatannya juga telah hilang.

Tidak, ia hanya seorang gadis kecil. ia hanya melakukan apa yang ia bisa....

Sekarang tugasku adalah hanya menjaganya dan terus berdiri di sampingnya. seperti sumpahku sebelumnya saat aku mencium kakinya dua belas tahun yang lalu.

Jika memang berserah diri pada sang singa adalah keputusan yang terbaik untuk saat ini, maka aku hanya akan mengikuti langkah kecil gadis itu.

Musim dingin akan datang, mungkin bunga tersebut memang sudah waktunya untuk menguncup...

Tapi aku yakin, musim semi akan datang dan memekarkannya kembali.

Iya, aku yakin.

"Bawalah kami kemanapun anda pergi, Tuan. kami adalah milikmu."

****

THANX FOR READ THIS STORY, I HOPE U ENJOY IT

NANTIKAN SATU BAB TAMBAHAN LAGI DARI ARC INI

DAN NANTIKAN ARC BERIKUTNYA DARI KISAH INI.

SEE U AGAIN!

avataravatar
Next chapter