9 Bab 8

Setelah berjalan beberapa jam, akhirnya kami sampai di hilir sungai.

Sungai itu membentang dari ujung timur hingga ke ujung barat. dari kejauhan sana, nampak sungai ini memiliki cabang-cabang dimana ia akan mengalirkan air ke berbagai daerah di sekitar hutan ini.

Sungai inilah yang katanya akan menuntunku untuk pulang kembali ke rumah.

Saat aku melihat kembali air di sungai itu, sungguh mataku terpesona menatapnya. warnanya sangat biru seperti langit. namun saat aku menciduknya dengan kedua tanganku, air ini nampak jernih.

Apakah aku bisa meminumnya?

Aku bertoleh ke arah Spectra.

"Kau bisa meminumnya, Lily..."

Meneguk air dari sungai ini...

Ah..., sejuknya...

Aku merasakan kesejukan di musim dingin datang mengalir di sekujur tubuhku. rasa airnya juga manis membuat tubuhku seakan mendapatkan tenaganya kembali.

Dan yang ajaibnya...

Tubuhku mulai bersinar berwarna kebiruan. aku mulai kebingungan dengannya.

"Hahaha, tidak apa-apa Lily, air itu tidak berbahaya. ia hanya membuat tubuh yang meminumnya menjadi bercahaya."

Iapun bertekuk lutut dan mengeluarkan sesuatu seperti sebuah botol. iapun memasukan botol itu ke dalam sungai hingga airnya memenuhi botol tersebut.

Mungkin itu untuk persediaan air selama perjalanan nanti...

Bukan hanya satu botol saja yang diisinya, melainkan beberapa botol ia isi dengan air dari sungai itu. apakah segitu panjangnya perjalan kita nanti keluar dari hutan ini?

Mungkin saja...

Aku kembali menatap sungai itu dan melihat pantulan bayanganku di sana. aku melihat wajahku sendiri. nampak diriku terlihat di antara rasa takut ataupun merasa biasa saja. akupun tidak mengerti.

Sekalipun aku ada di dekatnya, apakah masih ada rasa takut yang tersisa dalam hatiku? padahal ia telah berjanji akan membawaku pulang.

Entah kenapa, ada sesuatu yang aku khawatirkan darinya. tapi aku tidak tahu apa itu...

Itu ingatkan aku tentang mimpiku sebelumnya. apakah mimpi itu hanya khayalan belaka, atau akan menjadi kenyataan?

Sebenarnya apa maksud dari mimpi itu sebenarnya? apakah akan terjadi sesuatu padanya?

Ataukah...

"Bagaimana Lily? kau mau melanjutkan perjalanan?" tanya Spectra.

Ia sudah mengambil cukup banyak air dengan botol-botolnya itu. ia datang menghampiriku seraya bertanya demikian.

Akupun menoleh, seraya melihat bayangan itu baik-baik.

Ini hanya perasaanku atau memang bayangan itu nampak semakin memudar?

"Maafkan aku Spectra, tetapi mengapa kau menghalangi aku untuk menolong pemburu itu?" tanyaku padanya.

Aku yakin ia terkejut mendengarnya.

Tidak menunggu waktu lama, aku melanjutkan pertanyaanku ini padanya.

"Mengapa kau tidak mau menolong mereka seperti saat kau menolongku waktu itu dan hanya menutup pandanganku saat itu?"

Anginpun menderu, membelai rambut putih panjangku.

Masih belum terdengar suaranya sedikitpun. aku membutuhkan jawabannya sekarang.

"Kau tidak perlu menjelaskan semuanya, aku hanya ingin kau menjawabnya."

Bayangan itu tidak membalas...

Mungkinkah ada sesuatu yang ia ingin tutupi dariku? sebuah... masa lalu.

Tolong jangan sembunyikan apapun dariku, Ksatria Terkutuk. izinkan aku juga tahu tentang dirimu lebih jauh. aku juga ingin dapat membantumu dengan apa yang aku bisa.

Menunggu ia berbicara dan bercerita hampir membuatku putus asa.

Hingga...

Ia bertekuk lutut dan menggenggam pundakku. dan mulai bercerita...

"Maafkan aku Lily... aku tidak bisa menolong orang itu. karena... aku telah terikat perjanjian dengan Paduka Arryutus."

"Perjanjian?"

"Kau mungkin mendengarnya kan? dulu ada sebuah tragedi yang melibatkan bangsa demihuman dan manusia. termasuk diriku ada di dalamnya."

"Tragedi seperti apa yang kau maksudkan itu?"

"Seseorang dengan kekuatan monster datang dan membantai habis separuh demihuman yang berada di hutan timur Spectrum. orang tersebut mengaku berasal dari kerajaan kami."

Jadi ini adalah fitnah?

Sang Spectre terdiam sejenak, mengumpulkan kembali keberaniannya dalam satu helaan napas. kemudian ia kembali bicara.

"Paduka Arryutus datang ke kerajaan kami dalam keadaan murka. lalu ia meminta salah satu dari kami untuk mempertanggungjawabkan perbuatan orang biadab itu. karena itulah aku berada di sini karena perintah Tuanku."

"Itu kejam sekali!"

"Mau bagaimana lagi? Tuanku juga tidak bisa menanganinya. lagipula, Paduka Arryutus mengancam akan mengerahkan seluruh pasukan demihuman ke kota jika tuntutannya tidak diindahkan. sedangkan pada saat itu, kondisi kerajaan dalam keadaan pemulihan setelah terjadi banyak pemberontakan di mana-mana."

Pemberontakan?

Aku pernah mendengar kata pemberontakan itu sekali dari para prajurit. ketika aku tidak sengaja melintas di antara mereka, mereka membicarakan tentang hal itu.

Seharusnya aku lebih peduli lagi dengan hal kecil di sekitarku, bukan hanya bermain bersama Mozart sambil memetik bunga lili di taman istana.

"Aku mengindahkan tuntutan Paduka Arryutus dan menerima statusku sebagai sanderanya. akupun dikutuk menjadi Spectre seperti yang kau lihat sekarang ini."

"Kau terlalu memaksakan dirimu, Spectra."

"Selama itu tidak menyakiti Rajaku juga rakyatnya, menurutku itu jauh lebih baik."

Sudah ku duga...

Hatinya begitu tulus...

"Lalu perjanjian apa yang kau tanda tangani dengannya?"

"Larangan menolong seorang manusiapun yang masuk ke dalam hutan. jika ia diserang oleh salah satu kelompok demihuman di sini, maka aku tidak boleh menolongnya. jika aku tidak mengindahkan perjanjiannya, aku akan memudar laksana sinar Surya yang menembus kegelapan hutan."

"Kejam sekali!"

Tapi...

"Lalu.. mengapa kau menolongku dan sempat menyerang sang singa itu? apakah kau akan baik-baik saja?"

"Sampai sekarang ini aku masih baik-baik saja. tetapi aku tidak tahu kapan diriku akan bertahan lama."

Lagi-lagi... rasa bersalahku padanya kembali bertambah.

"Apakah tidak ada yang bisa kita lakukan untuk menghilangkan kutukan itu?"

"Tidak ada, kecuali dengan kemurahan hati Paduka Arryutus. tetapi itu hanyalah sang punuk yang merindukan purnama."

Iapun berdiri dan memberikan tangannya padaku, seraya berkata:

"Tapi, sebelum akhirnya aku menghilang, akan aku pastikan kau sampai di rumahmu Lily. aku berjanji."

Aku menatap wajahnya yang hanya berisikan kegelapan....

Maafkan aku, tapi aku sekarang meragukan senyummu itu.

Kau sudah merawatku dan menjagaku dengan tulus, kau juga ingin membawaku pulang tanpa memikirkan keadaanmu sendiri.

Sejatinya aku tidak ingin kehilanganmu...

Tidakkah kalian tahu perasaanku? mungkin ini mustahil bagi kalian, tapi bagiku ini nyata sekali. aku benar-benar merasa seperti seorang penjahat sekarang!

avataravatar
Next chapter