12 Bab 11

Namaku Lily...

Terjebak dalam hutan magis dan sekarang aku berhadapan dengan para goblin.

Apa yang mereka inginkan dariku?

Lagi-lagi..., hidupku berada di ujung tanduk.

Di depanku hanyalah jurang yang di bawahnya mengalir sungai yang deras, sedangkan di belakangku para Goblin mulai mengancamku dengan senjata-senjata mereka.

Terdengar suara jahat dari mulut mereka, itu membuat telingaku terasa sakit.

Sampai sekarang aku belum menemukan Spectra. dimana kamu sekarang?

Mereka mulai mendekatiku.

Apa yang akan mereka lakukan?

Apa yang harus ku lakukan?

Sungguh aku ketakutan...

Tangan-tangan mereka yang kotor mencoba menyentuhku, sedangkan diriku sudah tidak bisa mundur lebih jauh lagi.

Di belakangku ada jurang yang di bawahnya mengalir sebuah sungai. hidupku di ujung tanduk.

Tidak! Tidak! jangan dekati aku!

Mozart... Spectra... ibu... ayah...

Siapapun tolong aku!!

"Kemarilah gadis kecil, aku hanya ingin menikmatinya sedikit..."

Apa yang kalian inginkan dariku? tubuhku rasanya tidak enak!!

"Tidaaaaakkkkkkk~!"

Argh~!

Apa yang terjadi?

Aku tidak sengaja menggerakkan tanganku dan.... aku rasa aku tidak tepat mengenainya. sekalipun aku memukulnya, tidak mungkin tanganku yang kecil ini bisa menjatuhkan semua...

Aku membuka mataku lagi.

Aku tidak hanya menjatuhkan mereka, tapi juga membuat mereka terlempar cukup jauh.

Para Goblin itu jatuh tidak tepat di depan mataku, melainkan lebih jauh hingga nampak seperti sebuah tanda koma di atas kertas. aku juga bisa melihat ada bekas seperti sayatan di beberapa pohon dekat sini. apakah semua itu aku yang lakukan?

Bukan, itu bukan aku!

Kalungku bersinar berwarna biru terang...

Mereka berdiri kembali, aku kembali kebingungan.

Apakah mereka akan melakukan hal yang sama lagi atau mungkin akan menggunakan senjata mereka untuk menghabisiku?

"Apakah tadi dia yang menyerang?"

"Bukan! tapi kalungnya itu melindunginya."

Jawabannya, mereka hanya berseteru. lagi-lagi ini masalah kalungku. memang ada apa?

"Seperti yang dikatakan Tuan Yyllyem. dia adalah cucu kedua dari Dewi Suci, Peri Air."

Dewi Suci, Peri Air?

"Apa yang harus kita lakukan? kita tidak bisa menyerangnya!"

"Tidak, kita tidak boleh menyerah. Demi Raja Agung para Goblin, Tuan Zerk. kita akan membalaskan dendamnya pada gadis itu. aku yakin dialah orang sebenarnya yang telah menghancurkan separuh bangsa kita di Hutan Timur. dengan kekuatan dari kalungnya itu, ia bisa menghancurkan segalanya."

Apa?! tunggu dulu! ini tidak benar!

Salah satu dari mereka melanjutkan lagi...

"...aku yakin kedatangan Spectra ke hutan ini juga bermaksud untuk melindungi gadis itu untuk melakukan kejahatan yang sama."

"Tunggu dulu! apa yang kau maksud menuduhku sebagai pelaku tragedi itu?!"

Aku tidak bisa menahan emosiku lagi, menyela mereka dengan nada senyaring mungkin adalah satu-satunya pilihan yang dapat ku ambil.

"Jadi kau sudah mengetahuinya? tidak perlu mengelak lagi! kau pasti pelaku sebenarnya dari tragedi itu, bukan?! ayahmu menyuruh Spectra datang ke hutan ini sebagai sandera agar kau bisa datang dan menghancurkan seluruh hutan ini di masa yang akan datang, bukankah begitu?"

"Aku sama sekali tidak mengerti apa maksudmu. bahkan, aku berada di tempat ini karena terhipnotis. lagipula, apa maksudmu menuduh ayahku sebagai dalang tragedi itu? apa hubunganmu dengan keluarga kami?!"

Sekali lagi, aku tidak bisa menahan emosiku, menyela mereka dengan nada senyaring mungkin adalah satu-satunya pilihan yang dapat ku ambil.

"Oh... jadi ayahmu tidak memberitahu, ya..."

"Gebo, aku rasa dia sama sekali tidak ada hub- Argh!"

Belum salah seorang Goblin di sana menghabiskan kata-katanya, kini timbul di mukanya dua benjolan besar.

"Aku tidak butuh orang bodoh sepertimu! aku tidak akan pernah tertipu oleh kata-kata lugunya itu! dia hanyalah iblis berwajah manis, berambut perak...."

Ada jeda sejenak di saat itu...

"JANGAN COBA MENIPUKU ANAK JADAH!!"

"...."

Tiba-tiba jantungku seolah berhenti berdetak.

Aku tidak tahu apa yang aku rasakan ini...

Aku tidak mengerti apa yang ia katakan, tetapi yang aku tahu...

Dia membentakku.

Semarah-marahnya ibu dan ayahku tidak pernah mereka membentakku karena kesalahan besar. bahkan Mozart yang selalu dibuat susah olehku tidak nampak sedikitpun rasa kesal dan dendam di wajahnya.

Apakah ini yang namanya perasaan takut yang sebenarnya?

Inikah rasanya dibentak oleh orang lain?

Sebelumnya rasa takutku adalah rasa takut luar biasa....

Tetapi, kini semua sudah di luar batasku...

Aku sudah tak bisa membendung isakan itu, air mataku juga sudah tidak dapat ditanggul lagi.

AAAAAAAAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh~!

Segala jeritan, rasa takut, tangis sedih, duka, luka hati, semuanya jadi satu dalam satu jeritan tangisku. seraya menutup mataku, aku bisa merasakan angin kencang keluar dari seluruh tubuhku.

Sekalipun udara semakin dingin, aku tidak merasakannya sama sekali.

Rumput yang ku injakpun berubah menjadi es, padahal ini masih pertengahan musim gugur.

Angin mulai bertiup kencang dari arah belakangku, mencoba meniup mereka dan menerbangkan mereka.

Berbagai macam pemikiran datang menyerang hatiku, seperti sebuah kilatan cahaya.

Kenangan saat aku berada di istana, bermain bersama Mozart. hanya itu yang aku miliki...

Di sini ada seorang Spectre yang menjadi pelindungku dan ia memberikan senyuman hangat dan tulus kepadaku.

Aku kehilangan keduanya...

Keinginanku untuk pulang benar-benar tak dapat dibendung lagi. namun aku tidak tahu bagaimana caranya kembali....

Hanya duduk memeluk erat diri sendiri tanpa merasakan kehangatan sedikitpun, itulah yang ku lakukan dalam alam bawah sadarku. ruang hitam kosong, sunyi, sepi, dan dingin...

Entah sampai kapan semua ini akan berakhir...

Jika memang mereka akan membunuhku, aku berharap tidak merasakan sakitnya.

"Lily..."

Siapa yang memanggil? uluran tangan?

"Jangan takut... ikutilah aku, kau akan aman di dalam pelukanku."

Apakah aku mengenal suara ini?

Aku menerima uluran tangan itu dan sekejap seluruh rasa dingin ini mencair menjadi hangat...

Dia memelukku erat.

"Izinkanlah aku masuk... masuk ke dalam hatimu, Lily. sampai kau kembali kepada Ayahanda, akan ku pastikan kau aman bersamamu."

"Spectra?"

avataravatar
Next chapter