29 Penasaran

Tubuh Reka menggigil, Anjas mendengar isakannya lalu melepaskan ciumannya. dia menatap wajah Reka yang sedang terbaring di bawab tubuhnya.

"Kamu menangis? " Tanyanya kecewa.

"Aku... masih belum siap " Jawab Reka lirih, dia masih terisak.

Anjas tersenyum getir. dia menatap Reka dengan tatapan sedih, jika dia memaksakan hal itu pada istrinya, itu akan menjadi kenangan buruk untuk Reka seumur hidupnya. cukup sekali saja dia menorehkan kenangan pahit untuk istrinya itu. dia tak ingin lagi memberikan kenangan pahit untuk kedua kalinya meskipun hubungan mereka sudah halal. Anjas akan membuat istrinya itu menyerahkan diri dengan ikhlas meski butuh waktu yang lama.

"Baiklah... maafkan aku. aku akan bersabar" Katanya sambil membelai rambut Reka dan menghapus air mata istrinya itu .

"Maafkan aku" Jawab Reka sedih.

Reka hendak berdiri untuk memakai pakaiannya, tapi Anjas segera menahannya.

"Aku ingin begini sebentar" Katanya sambil memeluk tubuh Reka yang hanya di balut handuk, begitu juga dengan tubuhnya yang masih dililit handuk hingga pinggang.

Reka menjadi berdebar karena posisi mereka yang seperti ini, tapi dia tak khawatir lagi seperti tadi. Anjas tersenyum melihat Reka yang sudah sedikit tenang.

'Aku akan mendekatinya secara bertahap ' Batin Anjas.

......

Di luar pintu kamar.. Mami Anjas yang super kepo sedang menempelkan kupingnya di pintu kamar putranya itu.

"Mi... ngapain? " Tanya sang Papi yang melihat ulah istrinya itu.

"Shutt Papi.. jangan berisik.. ntar kedengaran " bisik sang mami.

"Mami ngapain ?" Bisik papi sambil mendekat.

"Mami cuma penasaran... Reka mau apa gak.. ngasih itu sama putra kita.

"Itu apaan? " Tanya sang Papi.

"Ah.. Papi.. gak usah di jelasin juga kaliii... " Kata sang mami sewot.

"Ya.. mau lah Mi... Mami aja kalau Papi kasih sekarang juga gak nolak" Bisik si papi lagi.

"Papi ini.. mami serius lho, ini beda pi.. Anak kita kan pernah..... yah.. pernah ngelakuin itu secara paksa lah.. siapa tau Reka tak mau ngasih lagi karena masih takut.. soalnya dari tadi gak ada suara jeritan Reka sama sekali" Kata si mami.

"Ya... Reka kan gak perawan lagi mi.. udah ada Anjela, ya.. gak mungkin lah.. masih menjerit" jawab si papi ikutan kepo.

"Papi.. Reka baru ngelakuin itu sa tu ka li.. papi... Anjela juga lahirnya di operasi.. gak normal.. ya.. masih sempit dong pi... " jawab si mami agak kesel.

"Astagfirullah... Mi... Pi... ngapain di situ? gak malu sama umur? " Tanya Bagas yang telah berdiri di pintu kamarnya sambil berdiri bersandar di dinding seraya memangku tangannya.

Papi segera berlari ke arah Bagas dan menutup mulut putranya itu serta menarik putranya ke dalam kamarnya.

"Diam kamu.. jangan berisik.. Mami dan Papi lagi mengkhawatirkan kakakmu" Jawab Papinya lagi.

"Yang harus di khawatirkan itu kakak ipar papi... bukannya kakak" jawab Bagas sewot setelah mulutnya terbebas.

"Ah... anak kecil gak bakalan ngerti" jawab papinya kesal.

"Pi... aku bukan anak kecil lagi loh pi... aku juga dah bisa bikin anak kecil" jawabnya santai meskipun sang papi memelototinya.

"Pi ....sepertinya gak terjadi apa-apa deh" Kata si mami yang sudah masuk ke kamar Bagas dengan nada kecewa.

"Ya.. biarin dulu lah mi... mereka masih punya waktu " Jawab papinya. sementara Bagas hanya bisa geleng-geleng kepala.. sambil berkata..

"Mami pikir mereka kelinci kayak di belakang rumah apa? pas dimasukin satu kandang bakal kawin.. aduh.. Mami.. " Teriak Bagas yang kesakitan karena di jewer. Perkataannya langsung terputus.

"Ya udah.. mendingan kita tidur" kata papinya sambil menenangkan istrinya itu.

.......

Pagi itu.. Reka lebih dulu bangun. dia sempat kaget karena Anjas masih memeluknya dalam keadaan setengah telanjang, begitu juga dengan dirinya tak jauh beda. Perasaannya saat itu tak bisa di jelaskannya, tapi dia tak merasa kesal ataupun marah saat itu.

Buru-buru dia membersihkan diri dan berganti pakaian. Anjas yang sudah bangun saat Reka menjauh darinya tersenyum bahagia karena Istrinya itu tidak kaget seperti yang dia bayangkan. 'Mudah-mudahan ini tak butuh waktu lama' Batinnya.

....

Mami memperhatikan gerak gerik Reka dengan seksama, beliau melihat apa Reka kesakitan atau gimana saat berjalan, tapi menantunya itu terlihat berjalan dengan santai. Mami juga melihat rambut Reka yang masih kering dan merasa sedikit kecewa.

"Kamu udah mandi Re? " Tanya Mami hati-hati.

Bagas yang dari tadi memperhatikan tingkah Mami hampir saja tertawa, tapi dia berusaha setenang mungkin.

"Udah kok Mi... emang aku masih bau ya" Tanya Reka sambil mencium keteknya, tapi gak bau sama sekali. Dan al hasil hal itu membuat tawa bagas pecah. 'Dasar polos' Batin Bagas. Bagas tak dapat menghentikan tawanya apalagi setelah melihat tatapan heran dari Reka dan akhirnya cubitan sang mami mendarat di pinggangnya.

"Ampun Mi... " Katanya meringis.

Mami memandang wajah Anjas yang tampak lesu. dia semakin yakin kalau semalam tak terjadi apapun diantara mereka berdua.

"Mmmmm.. gimana kalau kalian berdua bulan madu! " usul sang mami..

Reka yang sedang minum langsung tersedak. Anjas buru-buru mengusap punggung istrinya itu agar tenang. Reka hanya memasang wajah canggung.

"Kami akan pergi bertiga "Jawab Anjas.

"Dengan ku? " Tanya Bagas.

" Sembarangan.. tentu saja dengan putri kami" jawab Anjas.

'Gak mungkin aku bakal ninggalin senjataku' Batin nya tersenyum penuh arti..

avataravatar
Next chapter