21 kamu harus nurut

"Aaaaa..... " Teriakan Reka hampir saja memecahkan gendang telinga Anjas. Bahkan Reka sendiri kaget mendengar suaranya yang cukup keras.

"Duk duk duk duk Brak... " Terdengar langkah kaki yang berlari dan diiringi dengan pintu yang di dobrak, seketika itu juga lampu kamar menyala.. dan sepasang mata menatap kaget ke arah mereka.

" KaK.... APA LAGI YANG KAU LAKUKAN" tanya Bagas geram.. dan diiringi suara kesal yang berasal dari arah belakangnya.

" ANJAS... NGAPAIN KAMU DI SINI? " Tanya suara itu lebih geram.

" Ya Allah.. Mi... ini kan kamarku? Mana aku tau kalau ada Reka di sini? " Kata Anjas membela diri.

"Tapi aku tak keberatan kok sayang.. jika kamu tidur di kamarku.. " Kata Anjas berbisik sambil tersenyum lembut menatap Reka sehingga membuat Reka bergidik ngeri dan langsung berdiri.

" Bukannya kamu akan pulang besok? " Tanya Maminya lagi.

"Mmmm Ayah Reka ingin berangkat hari ini juga.. jadi terpaksa kami nyampe malam-malam gini mi.. " jawab Anjas.

"Ayahku? " Tanya Reka tak percaya.

"Iya.. aku dan kakek menjemput ayahmu" Jawab Anjas..

" Ya Tuhan... apa yang harus aku lakukan? " Tanya Reka khawatir

"Kenapa? " Tanya semua orang hampir serentak.

"Aku... aku tidak minta izin nginap di sini... orang tuaku akan marah besar." jawab Reka cemas. selesai Reka bicara, Ponselnya berbunyi..

"Kakek... " katanya cemas.

"Assalamualaikum.. Ya.... halo kakek... " jawabnya takut..

"....... ........ .. ..."

"Aku di rumah neneknya Anjela kek.. " jawabnya masih dengan nada takut..

"....... ........ .. ..."

"Iya... besok pagi aku langsung pulang..

"....... ........ .. ..."

" Iya kek... maafkan aku"

lalu Reka menutup ponsel nya

" Ada apa? " Tanya Anjas cemas, dia takut Reka akan kena marah.

"Sepertinya kakek marah besar Mi.... " kata Reka takut..

"Maafkan Mami sayang... kami akan antar kamu ke sana, sekalian minta maaf sama keluargamu" Jawab Mami menenangkan Reka.. Reka tampak sedikit lega..

"Makasih mi... " jawab Reka.

"Nda.... " Suara gadis kecil terdengar dari bawah selimut. Anjas segera mengusap kepalanya, bukannya tambah tidur, malah Anjela langsung duduk, matanya berbinar melihat Anjas dan berkata..

"A.. yah.. " Katanya tersenyum sambil mengulurkan tangannya.

"Putri ayah yang pintar.. " Kata Anjas sambil memeluk putri kecil nya.

"Bobok... " Katanya sambil menarik tangan Anjas begitu Anjas melepaskan pelukannya..

"Bobok... " Ulang Anjela lagi. Anjas membaringkan tubuhnya..

"Nda.... bobok.. " Pinta Anjela menatap Reka penuh harap.

" Bunda.... bunda... mmm.. " Reka gugup tak tau harus jawab apa.

"Tidur aja napa sih.. gitu aja kok repot ". Jawab Anjas.

"Jangan becanda ya! " jawab Reka kesal.

Mami, papi dan Bagas saling berpandangan.

"Mangkanya kalian nikah aja... kan gak repot gini" Kata Maminya Anjas spontan.

"Aku cuma lagi nunggu jawaban Reka Mi... aku udah minta dia jadi istriku berkali-kali, tapi masih terus di tolak "

"Dasar payah... mana mungkin cewek mau nikah sama cowok yang gak di sukainya.. buat dia mencintai kak Anjas dulu napa? " celoteh adiknya.

"ck" Jawwb Anjas kesal. lalu dia menoleh ke arah putrinya.

"Sayang... kamu bobok ma bunda dulu ya.... Ayah ada kerajaan" Bujuk Anjas. Anjela pun mengangguk, tampak wajah Reka yang amat lega.

"Terima kasih " Bisiknya pada Anjas sambil tersenyum.

Sudah beberapa minggu ini, Anjela sering di bawa maminya Anjas ke rumahnya, jadi saat tidur Anjela selalu di dekat sang Ayah, mangkanya, gadis kecil itu meminta Anjas juga menemani nya tidur, ya meskipun Anjas hanya menemaninya tidur siang, karena orang tua Anjas kembali mengantarkan Anjela pada malam harinya.

"Sudah... kamu tidur sana" Kata Anjas lembut dan langsung keluar kamar itu, karena khawatir Anjela akan berubah pikiran dan minta dia juga tidur di sana.. bisa-bisa.. malah terjadi hal yang diinginkannya..

" Huh.. dasar kakak.. anaknya udah ngasih kesempatan malah ditolak " celetuk Bagas.

"Diam kau" jawab Anjas kesal dan langsung masuk ke kamar Bagas.

"Ngapain di kamarku? " Tanya Bagas kesal.

"Udah.. jangan ribut.. aku mau tidur". Jawab Anjas dan langsung membenamkan dirinya di atas ranjang. Bagas berdiri sambil berkacak pinggang di pinggir ranjang, lalu berkata...

"Kalau begitu... aku akan tidur di kamar Kak Anjas.. " Mendengar perkataan adiknya, Anjas langsung berdiri dan menarik adiknya dan melemparnya ke atas ranjang.

"Dasar otak mesum.. tidur sana" Kata Anjas geram dan di balas tawa jahil Bagas.

......

Dengan hati berdebar, Reka memasuki rumah itu, perasaannya antara takut dan gembira, takut karena akan di marahi.. gembira karena akan bertemu keluarga nya yang hampir tiga tahun ini tak pernah lagi bertemu.

"Kamu gugup..? " Tanya mami Anjas..

"Iya Mi.. " jawabnya lirih.

"Udah.. jangan khawatir Mami akan minta maaf dan bilang kalau Mami tang maksa kamu buat nginap. " Jawab Mami itu lagi.

Begitu mereka sampai ke dalam rumah, perasaan takut Reka dikalahkan oleh perasaan bahagia nya saat melihat kedua orangtua dan adik adiknya. Dia langsung berlari memeluk mereka.

"Syukurlah... kamu baik-baik saja nak.. " Kata Ibunya sambil memeluk putrinya itu.

"Bun... da... " Sebuah suara membuyarkan haru mereka.

"Ibu... Ayah... ini putriku" Kata Reka memperkenalkan putrinya yang berada dalam gendongan Anjas..

"Dan ini... orang tua Pak Anjas" Kata Reka sambil memperkenalkan orang tua Anjas.

"Pak? "Kata semua hampir bersamaan..

"Kenapa kamu manggil Anjas Pak? Mas kan lebih enak di dengar! " Protes maminya Anjas. Reka hanya terdiam.

" Tujuan kami ke sini... untuk meminta agar mereka segera di nikahkan. " Kata papinya Anjas yang membuat Reka menjadi kaget. Sementara kedua orang tua Reka tampak setuju karena mereka memang telah mengenal Anjas selama beberapa tahun ini.

"Baiklah... kami setuju" Jawab Ayah Reka.

"Tapi Ayah... " perkataan Reka terputus..

"Nggak ada tapi - tapian.. dulu karena gak dengerin ayah sama ibu.. hal itu terjadi, sekarang.. kamu harus nurut.. kamu harus nikah sama Anjas.. " Kata Ayahnya tegas.

Reka tak berani lagi membantah, sementara Anjas dan keluarganya tersenyum bahagia.

avataravatar
Next chapter