17 Question After Question.

Atas saran Dokter, Alea telah di perbolehkan makan. Setelah Dokter menerima hasil labolatorium.

Kini Alea tengah disuapi oleh Herdy, meskipun sesekali menolak setiap sendok bubur yang masuk ke dalam mulutnya.

"Aku udah kenyang," ucapnya parau, suara Alea masih terdengar sangat lemah.

Satu tangan Herdy meletakan kembali semangkuk bubur tersebut, kini tangan bebas Herdy pun kembali mengenggam tangan rapuh Alea.

"Istirahatlah, kamu terlalu lama disini, Lea." Herdy mengusap lembut tangan Alea.

Sementara Alea hanya menganggukan kepalanya, mata milik Alea masih menatap Hedry dengan tatapan kosong.

Melihat sikap Alea yang seperti itu, Herdy segera bangun dari duduknya kemudian mengecup kening Alea dengan lembut membuat pemilik kening tersebut sedikit terkejut.

"Tutup matanya," bisik Herdy lembut.

Ucapan Herdy seperti hipnotis untuk Alea, wanita itu segera memejamkan matanya mencoba untuk beristirahat kembali.

Mungkin karena tubuh Alea belum sembuh total, Alea cepat terlelap bahkan suara dengkuran halusnya terdengar oleh Herdy.

Herdy segera melepaskan tangannya yang bertautan, dengan pelan dan hati-hati.

Herdy mencoba melepasnya dengan selembut mungkin, setelah tangannya terlepas.

Herdy segera mengambil ponsel miliknya, kemudian membaca pesan yang di kirimkan oleh Bimo kepadanya.

Kening Herdy berkerut, membaca pesan Bimo. Lagi-lagi target yang sedang Herdy cari itu seperti seekor ular yang susah untuk ditangkap.

Herdy membalas pesan tersebut, tangannya bergerak dengan lincah mengetikan sebuah pesan yang sangat panjang lebar.

Bagaimana pun, Erwin harus Herdy tangkap.

Tangannya ingin sekali mencekik lelaki brengsek tersebut, pesan tersbeut telah terkirim.

Dan tak lama kemudian Herdy mendapatkan kembali balasan dari Bimo.

Herdy mengeluarkan napasnya secara kasar, lelaki itu mengacak rambutnya hingga berantakan.

***

Di lain tempat, Erwin terus saja tertawa terbahak-bahak. Semua yang ia dapatkan dengan mudah itu membuatnya sangat senang.

Namun kesenangan itu tiba-tiba saja sirna, kala mendengar bisikan dari anak buahnya jika ada seseorang yang sedang mengincar nyawanya saat ini.

Kedua tangan Erwin mengepal, mendengar laporan dari anak buahnya itu.

"Halangi jalannya, musnahkan semua yang mencariku!" suara Erwin terdengar sangat marah.

Emosinya mendadak menguar, mendengar jika ada seseorang yang mengincar nyawanya.

"Kamu butuh minum sayang," bisik seorang wanita malam, sambil memberikan segelas vodka kepada Erwin.

Erwin melirik sekilas ke arah wanita tersebut, satu tangannya langsung menarik gelas tersebut dan melemparkannya ke tembok hingga suara pecahan gelas tersebut pun terdengar.

Praang....

Wanita itu terperanjat, melihat Erwin yang tiba-tiba saja melemparkan gelas tersebut.

Dengan gerakan pelan, wanita penghibur itu segera pergi meninggalkan Erwin yang terlihat sangat menyeramkan.

Erwin tertawa dengan kencang, hingga suaranya pun terdengar menggema diseluruh ruangan tersebut.

Mata Erwin langsung memincing tak suka, sepertinya ia harus lebih banyak lagi mendapatkan anak buah.

Dilubuk hatinya yang paling dalam, Erwin tau siapa yang tengah memburunya saat ini.

Semua itu pasti ada hubungannya dengan Alea, wanita yang ia mamfaatkan dari Hamzah.

Lelaki tua yang telah pergi ke neraka itu memang telah salah, memberikan Alea kepadanya.

"Ck! Kau pasti sedang melihatku dari neraka, bukan?" Erwin mengguman sendiri.

Tangannya mengambil ponselnya, kemudian melihat semua saham milik Hamzah yang naik begitu drastis.

Senyuman licik Erwin pun tercetak dengan jelas, dengan semua yang didapatkan olehnya kini.

Semua yang memangsanya pun akan sulit untuk mendapatkan dirinya, Erwin telah lebih dulu menguasai harta milik Alea yang tak diketahui oleh Alea itu sendiri.

***

Alea tersenyum kecut, memikirkan hidupnya yang begitu sangat bodoh dan sangat hina.

Semua permintaan Hamzah seperti sebuah siksaan untuknya.

Alea bertanya kepada Dokter, tanpa sepengetahuan Herdy. Hal apa saja yang akan terjadi kepadanya, setelah apa yang dilakukan Erwin kepadanya.

Awalnya sang Dokter tak membuka suaranya, namun Alea pun tak kehabisan idenya.

Ia menyakinkan Dokter tersebut jika ia telah baik-baik saja, semua ucapan Dokter pun terngiang di kepalanya.

Selain trauma yang didapatkan olehnya, kemungkinan besar Alea tak akan bisa melakukan hubungan intim lagi.

Dan hal yang membuat Alea terdiam adalah, kemungkinan ia akan mandul karena obat yang di cekoki oleh Erwin kepadanya.

"Ngelamunin apa?" suara Herdy membuat Alea langsung menatap Herdy.

Alea menggelengkan kepalanya dengan pelan, "Kapan aku bisa, pulang?" satu pertanyaan yang membuat Herdy langsung mendudukan pantatnya di kursi.

"Setelah Dokter bilang kalo kamu sembuh, aku nggak punya kuasa buat bawa kamu pulang," tangan Herdy langsung mengusap lembut kepala Alea.

"Her.."

"Hmm.."

Alea akan membuka mulutnya, namun melihat tatapan Herdy yang begitu sangat teduh.

Alea menghentikan semua ucapannya, "Aku lapar," cicit Alea.

Herdy terkekeh mendengar ucapan Alea, lelaki itu kemudian bangun dari duduknya dan mengambil sebuah paper bag di sofa.

Alea melihat paper tersebut, "Kapan kamu bawa semua itu?" tanya Alea dengan cepat.

"Aku udah lama disini, ngeliat kamu yang terus aja ngelamunin aku," goda Herdy.

"Ck!" Alea hanya berdecak sebal, mulutnya kembali ingin bersuara.

Namun Herdy telah lebih dulu membukamnya dengan kecupan manis.

"Makan dulu, baru kamu boleh ngomong," suara Herdy terdengar sangat jelas, meskipun itu hanya sebuah bisikan.

Tentu saja semua itu terdengar sangat jelas, Herdy membisikan ucapan tersebut sangat dekat dengan telinga Alea.

Tangan Alea bergerak dengan cepat, mengambil paper bag tersebut dan membukanya.

"Nanti aku bayar," ucap Alea.

"Pake cinta," balas Herdy.

Alea hanya melirik sekilas, kemudian segera mengambil bowl tersebut.

Meskipun tangan Alea bergerak menyentuh makanan, namun pikirannya melayang memikirkan hal lain.

Alea masih memikirkan dimana suaminya, dan kemana perginya Erwin saat ini.

Andai saja, Alea bisa pergi dan mencari lelaki tersebut. Alea ingin sekali melakukannya namun semua itu hanya bayangannya saja.

Erwin sepertinya telah pergi jauh, dan Alea tak tau apa yang Erwin rencanakan.

Mungkin jika ia telah keluar rumah sakit, Alea akan mencari lelaki tersebut dan apa yang Erwin inginkan darinya sehingga melakukan hal yang begitu sangat menyikitinya.

"Kamu jangan pikirkan lelaki brengsek itu lagi, Lea." Peringat Herdy.

Alea melirik sekilas, kemudian mengedikan bahunya acuh.

Mungkin bagi Herdy seperti itu, namun bagi Alea sendiri tidak.

"Aku akan mengurus semua perceraian kamu," sambung Herdy kemudian.

Mata Alea membulat sempurna, apa yang didengar olehnya barusan adalah sebuah gurauan semata atau memang kenyataan.

"Hentikan gurauanmu itu, Her. Nggak lucu," ujar Alea sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Menurutmu aku bercanda? Oh, Lea. Kamu tau apa yang terjadi kepadamu bukan?" Herdy melipat kedua tangannya di dada.

Alea meletakan sendoknya, kemudian menatap Herdy dengan lekat.

Ia memang harus berterima kasih kepada Herdy, atas apa yang dilakukan oleh mantannya itu.

Namun Alea tak ingin melibatkan Herdy terlalu jauh, "Aku akan mengurusnya sendiri," ucapan Lea tersebut membuat Herdy tertawa renyah.

"Kamu meledekku?!"

Herdy menggeleng pelan, "Aku telah terlibat lebih jauh, Lea. Dan itu tanpa sepengetahuan kamu,"

Alea menyipitkan matanya, menatap Herdy dengan seksama. Hal barusan yang ia dengar memang tak dapat Alea pahami, namun hal itu membuat Alea sangat penasaran.

avataravatar
Next chapter