1 Panen

"Di, besok bangun pagi-pagi. Ikut Bapakmu ke ladang. Kita panen bawang."

Begitu pesan simboknya kemarin sore. Karena itulah, sepagi ini si Nardi kecil sudah terlihat di jalan setapak menuju ladang. Tangan kiri menggenggam tali bambu, tangan kanan memegang pikulan.

Bapaknya dan para lelaki hilir mudik memikul panenan pulang. Lalu, simboknya dan para perempuan akan melanjutkan pekerjaan di rumah: membersihkan umbi, memisahkan sesuai ukuran, mengikat sesuai hitungan.

Bagi Nardi dan teman-temannya, musim panen selalu menyenangkan. Mereka akan mengaduk-aduk tumpukan sampah daun bawang, mengumpulkan umbi yang tidak sengaja terbuang, lalu menjualnya kepada nenek penjaga warung depan. Sisa-sisa umbi itu bisa ditukar dengan manisan, kelereng, atau layangan.

Oya, pada musim seperti itu, dari dapur sampai halaman rumah Nardi akan dipenuhi hasil panen. Bahkan, jalan di depan rumah juga dipakai untuk menjemur bawang. Orang-orang tua sering berteriak karena selalu saja ada umbi yang terinjak oleh anak-anak.

Musim berganti, tahun berlalu.

Nardi bersekolah di kota, lalu mengadu nasib di rantau.

Sesekali ia mengupas bawang di dapur. Mengiris ingatan demi ingatan.

avataravatar
Next chapter