9 9 Menanti Jawaban

"Apa ini bukan mimpi? Apa itu Pangeran Blue yang kemarin?" Buliran-buliran bening di matanya mengalir lagi. Ini kebahagiaan atau kesedihan ia juga bingung mengartikannya.

"Apa ini bukan halusinasi? Atau bayanganmu saja?" Syeina tak berani melanjutkan langkahnya. Ia merasa takut ini hanya fatamorgana yang semakin didekati akan semakin menghilang. Dia menggeleng-geleng tak percaya. Blue dengan gagahnya turun dari kudanya dan dia mengangguk sambil merentangkan tangannya. Dia tersenyum lebar sehingga gigi putihnya nampak oleh mata.

"Kemarilah Syein, apa kamu tak rindu kepadaku?" Dia mengerlingkan matanya genit kepada gadis itu. Gadis itu makin menangis bercampur tertawa. Ia segera berlari sekuat tenaga ingin meluapkan segala rasa yang ia pendam, rasa rindu, sedih, bahagia, marah dan rasa cintanya kepada lelaki itu.

"BLUUUIEEEEE!!!!" teriaknya kencang masih terus berlari, lalu menubrukkan dirinya dengan keras ke dada lelaki itu. Mereka saling merengkuh melepas kerinduan yang terasa berat selama ini dipikulnya. Syeina meluapkan tangisannya yang makin membuncah. Blue juga tak terasa tiba-tiba air matanya juga mulai membasahi. Mereka tak tahu kapan rasa saling mencintai itu singgah, keduanya juga tak ada yang menyatakan perasaan masing-masing, hanya saling merasakan bahwa perasaan itu ada, satu sama lain yang ternyata saling membutuhkan.

"Syeina nampak kurus dan wajahnya sangat lelah," gumam Blue dalam hati. Dia sangat tahu pasti Syeina setiap hari menguras air mata untuk dirinya.

"Kamu menghilang, kamu darimana? Aku ... aku ...." Blue segera meletakkan jari telunjuknya di bibir Syeina, seakan tak ingin mendengar apa-apa dulu dari Syeina. Saat ini dia ingin memeluknya saja dengan erat.

Blue memeluknya lagi dan mengeratkannya.

Lelaki itu mengelus-elus dengan penuh kasih sayang punggung dan rambut Syeina masih dalam dekapannya.

Mereka segera saling memandang penuh kerinduan. Blue segera mencium lembut bibir manis Syeina itu dengan penuh cinta. Gejolak di dada masing-masing mulai menggelora diiringi terpaan angin menggetarkan mereka, urat-urat nadi seakan mengkaku, merinding tercecap merasuki sekujur tubuh keduanya menahan kobaran api asmara yang sedang menyala.

Blue segera menggendong tubuh Syeina, membuat gadis itu sedikit terkejut, Blue naikkan gadis itu pada kudanya dengan posisi duduk menyamping, diikuti dirinya yang juga segera menaiki kudanya. Ia ingin mengajak Syeina dan mengenalkan kepada Pamannya.

Syeina sangat berbahagia berkuda dengan seorang Pangeran. Ini bagai sebuah mimpi yang tak mungkin ada. Dia duduk di depan Blue seperti seorang Putri yang diselamatkan Pangerannya di film-film kolosal yang pernah ia lihat. Semakin cepat lari kuda yang mereka tunggangi, semakin erat ia mengalungkan pelukan ke pinggang Blue, lelaki yang dicintainya. Ia tak mampu membendung rasa bahagianya. Ia tersenyum-senyum tak percaya.

Dalam sekejap telah sampai mereka berdua ke tempat Penasehat Kerajaannya. Lekaslah turun keduanya dan Blue memperkenalkan Syeina kepada Penasehat Agung kepercayaan Ayahnya.

"Paman, dia adalah Syeina gadis yang aku ceritakan kepadamu kemarin juga kepada Ibu." Penasehat itu segera membungkukkan kepala dan badannya kepada Syeina.

"Syeina, dia Penasehat istana, orang yang paling setia dalam Kerajaan kami, juga seorang Ksatria yang tak diragukan kehebatannya," jelas Blue memperkenalkan.

"Sekarang aku ingin mengatakan kepadamu, menikahlah denganku Syein. Aku sangat mencintai dirimu. Ikutlah bersamaku ke Negeriku." Blue melamar Syeina di hadapan Penasehat dan para prajuritnya itu. Membuat Syeina gugup, malu dan hatinya jadi tak menentu. Ia membelalakkan mata sambil merasakan sesak dalam dada.

Syeina sangat senang dengan apa yang ia terima saat ini, tak mampu dilukiskan oleh kata-kata, namun bersamaan dengan itu. Hatinya sangat ketakutan, Sang Pangeran memang bisa mencintainya dan menerimanya. Bagaimana keluarganya? Terus Negerinya? Apa iya bisa menerima dirinya ... memangnya siapa dirinya? Hanya sebatang kara yang tidak memiliki apa-apa, mana mungkin bisa diterima disana? Apakah hidupnya di Istana akan Berbahagia seperti di dongeng-dongeng Princess yang ada? Atau bisa sebaliknya?.

"Blue, jujur aku sangat bahagia, dan aku sangat-sangat mau menerimamu, tapi aku tak yakin bisa mengikuti cara hidupmu di istana dan bagaimana orang-orang di Negerimu memandang aku? aku rakyat rendahan" ucap Syeina dengan takutnya.

"Bukankah seorang Putri lebih pantas untukmu? Sedangkan aku? Siapa aku? Aku takut tak bisa hidup disana."

Blue langsung berdiri mendekati Syeina, dia lalu menarik tangan gadis itu dan mengatakan sesuatu dengan lirih.

"Hanya ada dirimu disini." Ia mengenggam tangannya dan menunjuk kepada dada dan memukul-mukulkan ringan.

"Sungguh aku tidak bohong, kalau aku bohong, mana mungkin aku kembali kesini mencarimu dan mengajak mereka semua? Beliau adalah tangan kanan Ayahku, kesungguhanku disaksikan olehnya. Lalu tahap selanjutnya akan aku bawa dirimu kepada Ibuku, Sang Ratu. Beliau akan banyak mengajakmu berbicara, beliau sangat-sangat lembut, tidak ada yang perlu ditakutkan," bisik Blue lirih di telinganya.

"Lalu Ayahmu? sang Raja?" tanya Syeina.

"Ikutlah denganku sekarang, semua akan dijelaskan oleh Ibuku, nanti kalau kau keberatan untuk menerima lamaranku ini, kau bisa kembali kesini lagi dan meninggalkan aku." Blue memberikan dua pilihan.

"Apa kau yakin aku bisa kembali kesini Blue? aku takut terperangkap disana sendirian."

Ajaklah satu temanmu bersamamu, siapa saja juga boleh."

"Aku harus berbicara dulu dengan yang lainnya. Aku sangat bingung memberi jawaban kepadamu Blue."

"Iya, aku tidak terburu-buru. Aku bisa tiga hari berada disini, baru aku kembali ke Istanaku. Kamu bisa pikirkan itu baik-baik," pungkasnya.

Mereka bertiga menuntun kuda-kudanya yang membawa banyak bahan-bahan makanan dan pakaian era Kerajaan yang berhiaskan manik-manik mahal yang mungkin bisa jadi cinderamata atau bisa dijual lagi atau bisa dipakai bagi yang mau. Semua Blue serahkan untuk Syeina bagikan kepada teman dan yang membutuhkannya. Semua diletakkan di base camp yang ada.

Kehadiran Pangeran Blue yang sangat gagah dengan jubahnya itu menghadirkan sorak sorai dan tepuk tangan meriah penghuni base camp yang tersisa. Mereka semua telah merasa kehilangan pahlawan untuk beberapa hari yang lalu, namun base camp tidak seramai saat itu, karena memang sebagian telah banyak yang kembali ke daerah masing-masing. Hanya tinggal beberapa saja yang masih bertahan disitu selain karena memang sebatang kara seperti Syeina, juga berjaga-jaga bila memang yang ditakutkan mungkin terjadi, yakni serangan susulan mungkin. Mereka semua mengorek dan bertanya banyak hal kepada Sang Pangeran karena kejanggalan dan banyak keajaiban yang menyertai Pangeran Blue. Dia adalah Pahlawan Negeri ini. Kejadian yang waktu itu banyak juga yang diabadikan dalam ponsel orang-orang berupa video, namun belum ada yang menyebarkan. Karena khawatir akan keselamatan Blue waktu itu yang sedang lemah.

Kalau pemerintah tahu lelaki inilah yang menyerang begitu banyaknya pasukan musuh itu hingga kocar kacir dan lari tunggang langgang, pasti akan dipanggil ke pusat untuk diberi penghargaan. Atau diadakam acara besar-besaran karena Negeri ini memiliki penyihir yang luar biasa, seperti yang telah tersebar di seluruh penjuru Negeri musuh pada waktu itu.

avataravatar
Next chapter