8 8 Hari ini

Blue sangat kecewa dengan jawaban Ibunya, ia memendarkan tatapan sedih dengan jawaban Ibundanya yang ia sayangi dan ia mengira dengan kelembutan hatinya akan membantunya menyampaikan kepada Ayahnya, karena Blue tahu Ayahnya tidak akan pernah mengizinkan hal itu.

"Apa tidak ada cara aku agar tetap bisa menikahinya Bu? Aku tak mau meninggalkannya. Aku sudah terlanjur menyayanginya Ibu," balas Blue bertekuk lutut di hadapan Ibunya.

"Aku tak bisa berbuat apa-apa, Nak, Ibu hanya Ratu yang tetap dibawah perintah Raja." Ibundanya berdiri menghindari Blue, beliau mendekat ke arah jendela kamarnya, menyibakkan tirai berkilauan itu dan melihat jauh keluar istana. Blue segera mengikuti ke arah Ibunya.

"Ibu, tolonglah aku, aku tetap akan menikahinya meskipun tidak dibolehkan"

"Kau ingin menghancurkan Kerajaan dan Negeri ini?"

Blue menggeleng dengan berat hati.

"Apa tidak ada cara lain ibu untuk membawanya kesini dan menikahi dirinya"

"Dia hanya bisa menikah denganmu sebagai selir saja, tidak lebih. Kamu juga harus meminta izin dari istri sahmu untuk menikah lagi dengan gadis lain." Sang Ibu tertunduk mengatakan solusi yang sebenarnya berat untuk diucapkan. Karena meskipun hanya selir, haruslah tetap ada seleksi dan penilaian tersendiri, seperti keturunan siapa, tinggal di Negeri mana dan kualitasnya bagaimana gadis itu. Sedangkan gadis Blue adalah hanya sebatang kara, tak tahu dari Negeri mana, keturunan siapa dan kualitasnya bagaimana, anggapan Ibu Blue, ia hanya gadis "temuan" yang kebetulan bertemu dengan putranya yang seorang Pangeran dan sedang tersesat.

"Aku akan tanyakan padanya Ibu, aku akan sampaikan mungkin dia masih mau menjadi selir, asal aku bisa menikah dengannya." Blue segera mencium kedua punggung tangan Ibundanya. Dia lantas mengatakan bahwa dalam beberapa hari ke depan ia akan mendatangai Negeri masa depan itu, dan menemui Syeina gadis yang sudah bersemayan di relung hati Blue.

Sebenarnya Ratu berat hati mengizinkan putranya pergi lagi karena baru saja kembali, tapi karena anaknya itu sudah bersikukuh, juga ada Pamannya yang akan menemani, membuatnya tak bisa melarang kemauan hati anaknya. Kemauan Blue yang sudah keras untuk ia lakui. Ibundanya hanya mengelus dada dan tidak tidak tahu harus berbicara apa lagi. Dia hanya menunggu apa yang akan terjadi setelah ini.

Blue pun berpamitan kepada Ibunya untuk keluar dan berjalan-jalan di istana. Baru saja ia keluar dan menutup pintu itu. Dirinya merasa tubuhnya itu ditubruk oleh pelukan seseorang dari belakang stelah ia mendengar deru langkah kaki yang berlarian.

"Aku sangat merindumu Yang Mulia, sekian lama aku mencemaskanmu. Aku tadi mencarimu di kamar, kata penjagamu, kamu sedang bertemu Ibunda Ratu." Putri cantik itu menangis dengan tersedu-sedu melihat calon suaminya yang ia rindukan kini di depan matanya. Dan dalam pelukannya.

"Maaf Putri membuatmu bersedih, tapi ini sudah garis takdir tiba-tiba saja harus begini," ujarnya dengan sopan.

Pangeran Blue dibantu para pengawal membawa bekal yang lumayan banyak, setidaknya ia hari ini hendak melakukan perjalanan jauh antar dimensi. Ia ingin sedikit berbagi meskipun belum bisa bantuan besar, dia membawa makanan banyak untuk orang-orang sekitar base camp saja niatnya. Penasehat tersetia Raja juga turut membantu persiapan Pangeran Blue, kali ini mereka menunggang kuda agar lebih mudah untuk kemana saja. Wajah gadis itu sudah terngiang-ngiang di pelupuk mata Blue. Ia sudah tak sabar ingin bertemu dan memeluknya. Raja dan Ratu hanya bisa memandang dan melepas kepergiannya dengan pasrah, namun sedikit lega karena ada sang Penasehat yang memang tak pernah mengecewakan Kerajaan dan Raja selama ini. Dia bahkan rela mengorbankan nyawanya demi keluarga Kerajaan dan yang berhubungan dengan Kerajaan.

"YANG MULIA!!!" teriak Putri dengan menunggang kuda dengan cepatnya pula mengejar dan menghentikan mereka berdua. Membuat Blue menghentikan laju kudanya seketika.

"Kenapa Yang Mulia tidak mengatakan kepadaku kalau hendak pergi ke dimensi lain lagi? Izinkan aku bersamamu Yang Mulia. Aku ingin ikut," lanjutnya sambil menjalankan kudanya memelan mendekati Blue.

"Maaf Putri, ini bukan acara jalan-jalan. Ini adalah misi hanya untuk laki-laki," jawab Blue.

"Aku ingin melihat masa depan itu bersamamu," pintanya sambil menampilkan mata yang berkaca-kaca.

"Mungkin lain kali, untuk saat ini hanya kami berdua yang akan pergi, sampai bertemu kembali Putri" Blue melambaikan tangan dan juga membalikkan badan melajukan kudanya lagi, sedangkan Putri? Dia sebenarnya patah hati mendapat penolakan oleh Pangeran yang dicintainya untuk menemani perjalanan ke Negara lain dan dimensi lain.

"Apa yang terjadi dengan Pangeran? Sekian lama tidak bertemu dengan aku, kenapa dia seperti biasa-biasa saja? Apa dia tidak merindukan aku? seperti aku yang merindukanmu Yang Mulia ...." tangisnya pecah dan terdengar sesenggukan. Dia entah merasa sebagai calon istri tidak pernah mendapatkan perhatian darinya. Padahal 40 hari dia tidak bertemu dengan dirinya. Putri kembali ke istana dengan mengendarakan kudanya dengan perlahan. Mengiringi sendunya jiwa yang direngkuhnya. Langkah demi langkahnya pilu tersedu-sedu.

Seperti yang sudah-sudah, Blue menghantamkan pedangnya di batu portal itu, dan benar saja terbuka kilau cahaya putih teramat terang menusuk mata. Batu itu di kelilingi prajurit dan orang sakti penjaga yang amanat. Penasehat segera memegang pundak Pangeran lalu secepat kilat pula mereka berdua lenyap dari batu yang sudah terpecah lagi sebanyak empat bagian.

"GEDEBUKH!"

"BRUKH!!! BRAKH!!!"

Suara mereka beserta pengawal dan kuda juga barang-barang bawaanya itu berjatuhan setelah keluar dari black hole di atas daratan dimana ia memang pernah datang ke Negeri dimensi modern ini.

Segera mereka merapikan bawaan dan bangkit menaiki kuda lagi.

"Paman, tolong Paman tunggu disini saja ya? Aku ingin mencari seseorang." ucapnya berpesan kepada Penasehat, Penasehat dan para pengawal itu berdecak kagum sambil memandangi keanehan dan perbedaan semua barang dan benda yang ada di jamannya.

Pangeran Blue dengan gagah dan perkasa menaiki kuda dengan lari cepatnya, berkibar-kibar jubah menakjubkan itu. Pangeran mengenakan pakaian terbaiknya hari ini. Ia hendak melamar Syeina dan ingin membawanya ke Kerajaannya. Dia menuju tanah lapang yang biasa ia latihan, entah ia tak tahu hanya menebak saja bahwa mungkin gadis itu berada disana. Blue terus memacu kudanya agar segera sampai disana.

Benar saja, dari jarak yang sudah mulai dekat, ia melihat gadis sedang duduk mendongak menatap langit dari belakang, tangannya memegang gelas minuman. Blue tak mungkin lupa dengan postur tubuh gadisnya itu. Seutas senyum manis tersungging hadir di bibir manis Blue, dia sangat senang bisa berjumpa dengannya lagi.

"Syeiiin ...!" panggilnya tidak terlalu keras. Telinga Syeina berfungsi dengan baik karena ia mendengar panggilan itu meskipun lirih. Ia menolehkan wajahnya karena merasa ada suara yang tidak asing memanggil namanya.

Terkesiap hebat dirinya melihat pemandangan yang sungguh tidak pernah ia kira. Wajah sayunya yang berhari-hari bermuram durja itu kini terik sebuah keceriaan.

avataravatar
Next chapter