4 4 Situasi Mencemaskan

Semua memanggilnya bersamaan,

"JANGAN tinggalkan aku selama sepuluh tahun!! Aku tak akan sanggup!!!" Tangisan Syeina semakin pecah dan kepalanya ia tubrukkan ke bahu Blue, ia menangis sejadinya di bahu itu. Hingga membuat baju Blue basah oleh air matanya.

"Hei, aku masih belum tidur" ucapnya sambil tersenyum, jarinya menyentuh rambut kepala Syeina.

"Kamu manangisiku sampai segitunya? Apakah aku sangat berharga untukmu?" godanya kepada Syeina tersenyum kecil.

"Aku memejamkan mata karena merasakan pinggang belakangku seakan patah, sakit sekali"

Hal ini menyebabkan Syeina mencucut dan sedikit marah dibuatnya, dia memukul-mukul tangan dan badan Blue karena merasa ditipu.

"Hero, Kamu yang benar!, kamu beneran atau bohong sih. Kamu jahat sekali sama kami semua!" Seru Syeina marah-marah

"Auw ooh, kalau badanku memang beneran sakit semua, jangan kau pukuli" tambahnya.

Syeina tambah mencubit dan tetap memukul-mukul pelan lengan pemuda itu.

Semua mengeluarkan senyuman kecil tersungging diwajah. Blue bisa bergurau begini mungkin keadaannya tidak seburuk yang orang semua kira tadi.

Wajah tampan yang kelelahan itu tiba-tiba surut dari senyuman kecilnya tadi pada saat menggoda semuanya. mulutnya kian menutup rapat dan matanya mulai terpejam lagi. Syeina yang tak menyadari tetap memukul manja dan kesal akan lelaki itu.

"Hei lihat, dia menutup matanya lagi" teriak seseorang.

Syeina dan yang lain melihat dan memastikan keadaanya, ia pegang denyut nadi dan memeriksa detakan jantungnya. Syeina menoleh pelan ke arah dokter kepala medis.

"Semua melemah dokter" Syeina akhirnya harus mewek lagi, ternyata sekarang ia benar-benar tidur karena semua memanggil dan berusaha menggoyang-goyangkan badannya itu tak ada pergerakan sama sekali dari Blue.

dokter menyentuh kening Blue.

"Dia panas tinggi, ambilkan termometer, obat penurun panas dan obat anti kejang untuknya.

Tangisan dari semua pasang mata mulai terdengar lagi bersahut sahutan dengan penuh kepiluan, terutama para suster yang sangat terharu akan jasa Pahlawan satu ini.

Apalagi Syeina, ia sangat hancur melihat

pemuda ini tergolek tak berdaya. Baru saja dia mendamba secerca harapan dengan senyum canda dari Blue tadi, ternyata itu tak bertahan lama, dia benar-benar melemah hingga sekarang ia kehilanangan kesadarannya.

Entah sepuluh jam, tapi tak mungkin ...

atau sepuluh hari, sepertinya kurang ...

mungkin sepuluh minggu, kira-kira belum cukup...

Bisa jadi sepuluh bulan, harapan semuanya

Ataukah pilihan terburuk selama sepuluh tahun???.

Syeina tak sanggup membayangkannya. Apa yang akan ia lakukan dan habiskan waktunya selama itu hanya melihat Blue berbaring di ranjang seperti itu? Syeina masih menenggelamkan wajahnya di bahu Blue, ia habiskan tangisannya disana sambil menggenggam erat jari tangan Blue.

Sementara dokter dan suster mencoba memasukkan obat-obatan tadi di mulutnya dengan perlahan dipaksa terbuka, dan di akhiri dengan suapan dengan sendok air putih untuk mendorong masuk obat-obat itu kedalam kerongkongan dan segera meluncur ke perutnya. Dengan harapan bisa sedikit membantunya.

"Blue kau tidurlah sepuluh bulan saja ya? aku akan terus menungguimu disini sampai kau bangun, seberapa liter cairan infus akan aku berikan kepadamu agar tubuhmu tetap terisi sari-sari makanan. Temannya itu mendekat kepada sahabatnya, dia memeluk erat dan keduanya larut dalam tangisan merasa berat melihat keadaan Pahlawannya yang telah sangat berjasa ini tadi.

Blue tampak sedikit menggerakkan jarinya, dia menoleh perlahan ke arah Syeina.

"Syeun ...."

Syeina terkaget dan segera memegang tangan kekar Blue dengan kedua tangannya, Syeina tampak mengharu bercampur berbinar,

"Kamu siuman? Katakan kau butuh berapa lama untuk pemulihan tenagamu saat ini?" tanya gadis itu penuh pengharapan.

"Aku juga tidak tahu, karena ini pertama kali aku mengeluarkan tenaga sedahsyat tadi, aku sendiri tak menyangka mampu mengendalikan Alam seluar biasa tadi. Aku tak pernah melihatnya juga" Penjelasannya dengan suara yang sangat lirih, karena semua diam dan hening, suara dia masih kedengaran.

"Dan sekarang aku seperti orang yang lumpuh, menggerakkan tanganku saja aku tak kuat. Cobalah tunggu aku sampai sepuluh bulan, semoga aku sudah bangun dari tidurku, tapi jika aku belum bangun, apa kamu mau menunggu aku sepuluh tahun lagi?" Tambahnya membuat Syeina seketika menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya, bibirnya bergetar mendengarkan ini. Air matanya bak air terjun mengucur dengan derasnya.

"Jangan tinggalkan aku" Pesan Blue selanjutnya diikuti ia memejamkan kedua matanya.

"BLUUUUUEEEE!!!" Teriak Syeina keras.

Setelah peperangan berakhir, pemerintah memulihkan lagi dengan perlahan segala aspek dan sektor penting dalam kelangsungan suatu Negeri, petugas paramedis juga masih berbenah dan melanjutkan untuk menyelesaikan sisa tugasnya agar bisa segera pulang dan kembali ke rumahnya masing-masing. Syeina masih setia merawat Blue dengan penuh ketulusan dibantu dengan rekan-rekan medis lainnya, tak luput dokter kepala juga turut memperhatikannya. Bagaimanapun Blue adalah pemuda yang berjasa pada Negaranya.

Para perawat pria bertugas mengelap badan Blue agar tetap terjaga kebersihannya.

dan mengganti pakaiannya itu dengan pakaian pasien yang hanya model "blusukan" biar gampang memakai dan mencopotnya.

Syeina sangat mengharapkan setiap harinya lelaki itu bisa segera terbangun dan memberi dirinya senyuman, Syeina merindukan kebersamaan mereka, hangatnya dekapan Blue dan lembutnya ciuman itu kepadanya, meskipun bukan first kissing bagi Syeina, tapi ciuman itu adalah yang paling berkesan baginya, sesekali dia menyeka air matanya. Mengingat Blue membuatnya menangis karena melihat tubuhnya yang sekarang sedang tak berdaya, setiap saat secara berkala ia akan memeriksa detak jantung dan denyut nadi lelaki itu.

Setiap kali melihat wajah Blue, ingin sekali Syeina menciumnya, namun takkan mungkin karena semua orang akan melihatnya. Ia hanya memendam rindu dan hanya memendam rasa sakitnya sendirian.

Saat tengah hari yang terasa panas menyengat, Syeina yang memang biasanya duduk di kursi disamping Blue karena setia menjaganya itu, terserang kantuk yang luar biasa, dia memegang tangan lelaki itu selalu dan mulai menguap-nguap sambil memandangi wajah pangeran itu terus.

Tak lama, ia tak sadar juga dan akhirnya dirinya ketiduran, sebagian petugas yang lain bersih-bersih dan beres-beres lokasi sekitar karena sebagian ingin meninggalkan base camp dan kembali pulang bagi yang masih ada rumah atau keluarga, dan sebagian lain di dalam base camp seperti Syeina, ada yang sekedar mengobrol, ada yang beristirahat santai, ada yang tidur juga.

Tidak ada berapa menit tiba-tiba base camp digemparkan suara teriakan salah seorang perawat yang melihat tubuh Blue itu tiba-tiba memudar seperti berupa bayangan yang awalnya masih terlihat nyata, namun semakin lama semakin menghilang dari pandangannya dan dari tempat tidurnya, tangan Syeina yang sedari tadi memegang tangan lelaki itu pun tak merasakan kalau tangan Blue telah luput dari genggamannya, bahkan tubuh lelaki itu lenyap tak bersisa.

"WOOOO ... TUBUH PAHLAWAN ITU MENGHILANG!!!!!" teriaknya.

"Iya aku juga lihat dia menghilang seperti asap dengan cepat"

"waaah kemana perginya???!!"

avataravatar
Next chapter