1 Chapter 1 : Kelainan

Hujan pagi ini membuatku mual, entah mengapa aku sangat benci hujan. kedatangan hujan hanya mengingat kan kembali ingatan yang buruk kepadaku, hujan hanya mendatangkan kesialan kepadaku seperti saat ini, lihatlah mereka sangat menikmati hujan itu diluar bersama teman-teman nya, roh roh itu sangat menyebalkan.

Apa yang pertama terlintas dipikiranmu tentang indigo? dapat melihat hantu? mungkin itu yang umum orang katakan kalau mendengar kata indigo. Entah dari sekian banyak manusia dibumi ini kenapa harus aku yang terlahir sebagai anak indigo? apa ini takdirku? atau kutukan bagiku? ini menyiksa ku selama 17 tahun, mengapa hanya aku yang bisa melihat hantu sedangkan kakak ku tidak bisa? ini sungguh tidak adil. Aku hampir memikirkan seperti itu tiap harinya dan terus menyalahkan orang atas takdirku ini.

"Remi, hujan sudah reda kenapa nggak berangkat sekolah?". Kedatangan kakakku menyadariku dari lamunanku dan benar saja hujan telah berhenti dan aku harus kesekolah meskipun itu menyebalkan.

"ini udah siap kok, tinggal berangkat aja, oh iya nanti pulangnya aku telat ya kak, soalnya aku mau pergi ke suatu tempat". kataku

"yaudah, yuk berangkat". Ajak kakakku utuk kesekolah, memang kakakku selalu mengantarku kesekolah karena jalur untuk kekampus nya melewati sekolahku.

Kakakku bernama Rey, dia 2 tahun lebih tua dariku, kakakku tidak indigo seperti ku, kedua orang tua kami meninggal dikarenakan kecelakaan, kata warga kedua orang tua kami meninggal karena gangguan makhluk halus, mereka berkata seperti itu karena ibuku seorang indigo seperti ku, dan kematian ayahku belum bisa diikhlaskan kepada nenekku, ibu dari ayahku. nenek menyalahkan ibuku atas kematiannya karena telah menikahi seorang perempuan indigo yang tiap hari. memberikan kesialan terhadap ayah dan keluarga, karena perselisihan itu nenek dari ayahku tidak pernah lagi mempedulikan kakaku dan juga dirinya, nenek tidak lagi menganggap diriku dan kakak sebagai cucunya, maka dari itu nenek dari ibuku lah yang membiayai segala keperluan ku bersama kakak, tetapi karena nenek dari ibuku sakit"an akhirnya beliau meninggal dan dari situlah kakakku menjadi tulang punggung keluarga untuk membiayai hidupku dan dirinya, kakakku membanting tulang dengan bekerja di salah satu cafe dan menjadi barista, karena kakakku lumayan tampan, jadi pemilik cafe sangat menyukai kakakku bekerja disana karena semenjak kakakku bekerja disana pelanggan tiap hari berdatangan.

20 menit perjalanan akhirnya aku sampai kesekolah, aku memasuki pagar sekolah dan tatapan dingin dari orang orang mulai membuatku mual dan suara suara itu mulai membuat telingaku panas, aku memang selalu dikucilkan disekolah karena satu sekolah tahu bahwa aku adalah indigo dan ditambah rumor" tidak jelas tentangku bahwa aku melakukan ritual ritual aneh dan sering berbicara sendiri membuat semua orang menjauh. aku memasuki kelas dan kelas masih sepi, mungkin karena masih terlalu pagi.

Saat aku hendak duduk ditempat ku, aku dikagetkan dengan seorang wanita yang yang memakai gaun pengantin yang berlumur darah, wajah wanita itu hancur, dan bola matanya tidak ada, meskipun aku selalu melihat seperti ini tapi aku tidak tahan dengan baunya, sangat menyengat. Aku berpura" tidak melihatnya dan segera duduk di tempat ku, murid" lain mulai datang satu per satu tetapi hantu itu belum juga pergi, aku membalik badanku untuk melihatnya dengan jelas, saat aku melihatnya dia juga melihatku dan anehnya bola matanya muncul tetapi berwarna hitam pekat, aku kaget karena mungkin dia menyadari aku bisa melihatnya.

"kau melihatku? " kata wanita itu, dia mendekatkan wajahnya ke wajahku, aku menahan bau busuk itu.

"KAU MELIHATKU!!" teriaknya membuat ku terjatuh dari kursi, dan sontak tatapan murid dikelas tersorot padaku.

"Dasar cewe sinting, dia berulah lagi hahahaha" tawa salah satu murid yang memang selalu membully ku.

"Hei Remi, bisa gak kamu nggak bikin ulah sekali aja?? Dasar cupu". omongan itu sontak membuat sekelas menertawakan ku. karena belum ada guru murid sekelas ku berkumpul disekelilingku. dan membuatku tidak nyaman. Salah satu murid mulai membuka tutup botol minuman nya dan menyiram kepalaku, sontak seluruh pakaian ku basah dan itu membuat semuanya tertawa, aku menunduk dan tak bisa berbuat apa". Aku terdiam dan salah satu murid menarik rambutku dan sontak membuat tubuhku terangkat keatas.

"akhh sakit hentikan" kataku saat rambutku ditarik dengan kuat

"DIAM gak? Mei cariin gunting dong, bagus kali yah kalau rambut panjang lo dipendekin hahahaha" Salah satu murid tersebut mengarahkan gunting itu ke rambutku dan hendak menggunting nya.

"Tolong jangan lakuin ini" tangisku saat gunting itu dia terus saja menari rambutku dan mengarahkan gunting itu ke rambutku.

"jangan banyak gerak bisa gak? dasar cupu lo, lo rasain nih" saat gunting itu mulai memotong suara salah satu murid lelaki sontak mengagetkan semua murid yang ada dikelas.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN? Lepasin tangan lo dari rambut dia" Aku melihat pria itu, aku rasa dia bukan dari kelas ini.

" kamu nggak apa apa? "tanyanya, dia membawaku ke kursi ku dan mendudukkan ku, satu demi satu murid dikelas mulai. membubarkan diri dan duduk ditempatnya.

Tak lama setelah itu Ibu Melisa masuk ke kelas kami dan pria itu maju kedepan bersama Ibu Melisa.

" Selamat pagi anak anak, hari ini kita kedatangan murid baru dari luar kota, silahkan perkenalkan namamu. dipersilahkan Ibu Melisa kepada pria tersebut.

"Selamat pagi semua, perkenalkan nama saya Alvaro Putra, kalian bisa memanggil ku Alva, senang bertemu dengan kalian semua.

"Baiklah silahkan duduk di kursi yang kosong Alva. kata Ibu Melisa

" Bu, Alva disini aja bareng aku" suara salah satu murid perempuan

"ih apaan sih Alva disini aja bu, ntr Agil aku suruh pindah aja"

"Enak aja lo suruh gue pindah, lo aja yang pindah"

"tenang semua, yasudah kamu duduk disamping Remi kalau begitu, kursi disebelah Remi kosong dan tak ada yang menduduki nya" pinta Bu Melisa

"Baik bu, dengan senang hati" girang Alva saat Bu Melisa menyuruhnya duduk disampingku, sontak tatapan sinis dari murid murid membuatku tidak nyaman. Alva duduk disampingku dan mengulurkan tangannya.

"Hai nama aku Alva" katanya

"udah tau" dingin ku tanpa membalas jabatan tangannya

"cuek amat" gumamnya

Setelah sejam lebih berlalu pelajaran pun usai, dan satu persatu murid dikelasku berhamburan untuk kekantin, dan seperti biasanya aku hanya dikelas dan anehnya kenapa Alva tidak keluar dan pergi kekantin, aku berusaha menghiraukannya. Saat keheningan terjadi dikelas, tiba tiba bangku yang dibelakang terjatuh dan sontak membuatku menoleh kebelakang, dan tepat tebakanku, hantu wanita tadi belum juga pergi

"Kenapa dia belum juga pergi, dasar penganggu" gumamku, ternyata gumamanku terdengar oleh Alva.

"Kamu juga bisa melihat nya?" sontak omongannya membuatku kaget.

avataravatar
Next chapter