3 CHAPTER III

Pagi yang cerah sudah terbentang diluar rumah Madam Jane namun Suzy berdiri terpaku tidak percaya dengan apa yang Eommanya katakan dan terasa seperti tersambar petir ditengah hujan lebat dan badai.

Mengapa begitu? karena ia diperintahkan untuk mengikuti test beasiswa disekolah Shinwa. Yaitu sekolah swasta terbeken di Seoul dimana DO dan Jimin sekolah disana.

Tempat semua manusia yang tidak lagi memakai uang recehan sepertinya. Bahkan mungkin tidak tahu bentuk uang karena memakai berbagai macam kartu dari orang tuanya masing-masing. Sekolah yang penuh dari kehidupan hedonisme masa kini. Sedangkan Suzy? itu seperti langit baginya dan ia hanya ada dipelosok bumi yang tidak terdetect google maps mungkin.

Ia tidak mungkin menolak hal itu didepan pemilik Yayasannya sendiri. Ia begitu tahu sopan santun dan tidak ada yang bisa keluar dari mulutnya saat ini.

Mata dari Eomma juga sangat berbinar dan hendak mengeluarkan air mata karena mungkin terlalu berterima kasih atas kesempatan emas itu baginya. Ya itu hanya baginya, tidak bagiku, Jerit Suzy membatin.

Hari ini ia masih diperbolehkan sekolah dan 3 hari kedepan ia harus mengikuti serangkaian test. Karena kebetulan liburan musim panas sudah tiba.

Walaupun dengan test. Ia yakin itu hanya formalitas bagi seorang Madam Jane. Siapa yang berani membantahnya ketika ia memiliki tekad yang bulat. Dan itu semua terlihat dari bagaimana ia meyakinkan Suzy bahwa Suzy akan lolos dari test itu.

Suzy sudah sampai, Ia tidak mengambil minum yang sudah Na ri bawakan diparkiran sepeda seperti biasa.

"sebenarnya ada apa Suzy?", suara Na Ri begitu khawatir melihat wajah murung Suzy apalagi kemarin ia pergi begitu saja sembari menangis, "kau bisa cerita denganku? jangan sungkan".

"mungkin aku akan pindah sekolah Na Ri", ucap Suzy dan ia bingung harus bicara apa lagi.

"apa sih yang dikatakan Min Hyuk hingga kau seperti ini?", ucap Na Ri kesal.

Suzy melambaikan tangan "aniyooo Na Ri! Itu bukan karena Min Hyuk. Nanti saat makan siang akan aku ceritakan. Lebih baik kita bergegas kalau tidak mau dapat hukumankan".

Na Ri dan Ji Na berteriak kesenangan mendengar cerita Suzy bahwa ia akan pindah ke sekolah bergengsi itu. Suzy sangat bingung mengapa temannya malah bahagia disaat dia sangat menderita akan meninggalkan sekolah ini dan mereka.

"kalian ini ada apa sih? apa kalian baik-baik saja kalau aku pergi?", tanya Suzy dan ia semakin tidak nafsu makan. Ia meletakkan sumpitnya.

Ji Na mendekatkan wajahnya ke Suzy dan tersenyum, "harusnya kau memiliki respon seperti kita saat ini. Apa kau tahu disana adalah impian para anak-anak biasa seperti kita?".

Na Ri memicingkan matanya dan terlihat membuat-buat eskpresinya, "kau sangat beruntung. Bahkan test hanya seperti formalitas. Ji Na sepertinya kau harus menceritakan seperti apa sekolah itu"

"Baiklah, aku akan memulai cerita" ... (cerita akan di skip untuk saat ini).

***

Keesokkan harinya Suzy semakin terlihat tidak bersemangat. Ia tidak memakan sarapan yang dibuatkan Eomma sehingga Eomma harus membuatkan bekal untuk makan siang.

"kau harus melakukan yang terbaik!", kata Eomma sembari memberikan kotak makan ketika Suzy akan berangkat, "Eomma tidak mau, kau mengecewakan Madam Jane. Ingat, ia sangat mengharapkanmu memiliki nilai tinggi agar ia semakin yakin bahwa kau bukan anak assisten yang tidak memiliki masa depan. Ia sangat mendukungmu", Eomma mengulang omongannya tadi malam. Membuat Suzy semakin terbebani.

Kalau ia tidak sungguh-sungguh, ia tetap akan diloloskan tapi dengan rasa kecewa Madam Jane. Bisa saja perempuan baik itu menyesal memberikan tiket emas seperti ini. Ia tidak punya pilihan selain melakukan yang terbaik.

Tiga hari pun berlalu dengan berat dan lelah namun Na Ri dan Ji Na selalu rela untuk mem-video call Suzy sebelum atau sesudah test untuk memberikan semangat dan meyakinkan bahwa inilah hal yang terindah dalam hidup Suzy. Itu sungguh menyebalkan.

Keadaan sekolah ini sangat sepi mengingat sedang libur musim panas. Tetapi Suzy sedikit setuju untuk saat ini dengan Ji Na bahwa sekolah ini begitu menakjubkan dengan segala fasilitas yang ada.

Hasil akan diberikan besok melalui Email dan apa saja yang perlu dilakukan jikalau Suzy diterima dan ia yakin ia pasti diterima. Tetapi memohon agar email itu beserta nilai testnya karena ia ingin tahu sejauh apa kecerdasannya hingga Madam Jane memberikan hal yang sangat langka bagi anak-anak murid diluar sana.

***

Sore ini Suzy sudah disibukkan dengan pekerjaannya disebuah restaurant sushi milik orang jepang. Restaurantnya tidak begitu besar namun selalu ramai pengunjung.

Disini ia memiliki satu teman perempuan yang berbeda sekolah dengannya. Ia bernama Park Hye Soo. Perempuan mungil dan imut yang selalu curhat mengenai apapun ke Suzy. Itulah yang membuat mereka berdua menjadi dekat hingga sekarang.

Responnya ketika tahu bahwa hasil dari beasiswa adalah lulus dengan nilai yang sangat memuaskan juga sama seperti Eomma, Madam Jane, Ji na dan juga Na Ri. Ia begitu bahagia dan sudah 5 kali menyemangati Suzy. Suzy merasa sudah tidak ada yang mendukungnya. Ia hanya tersenyum dan tidak berani complain lagi dengan siapapun.

Suzy kembali kerumah Madam Jane. Kebetulan Ia selalu ganti-gantian untuk menginap dirumah itu. Itu memang sudah perjanjian dirinya dengan Eomma. Madam Jane pun tidak keberatan. Suzy juga bukan satu-satunya asisten yang menginap dirumah besar itu. Ada sekitar 10 orang yang memiliki kamar masing-masing.

Ia sedang berbaring ditempat tidurnya, merasakan kelelahan hari ini. Sudah 4 hari ia tidak menikmati semuanya dan bahkan sulit tersenyum.

Ketukan pintu kamarnya terdengar. Siapa yang datang malam-malam begini mengingat hanya dirinya yang paling muda diantara asisten disini.

Sosok Jihyun mengejutkan dengan baju tidur gambar princess menggemaskan.

"wae? kenapa Nona kemari malam-malam begini".

Ia membawa sekaleng soda untuk Suzy dan sebotol beer dingin untuknya dengan senyuman manisnya. Mereka pun duduk di taman belakang dekat kamar para asisten.

"chughahae and cheers", Mereka berdua menempelkan kaleng minumannya.

"entah mengapa aku memiliki perasaan tidak enak", kata Suzy sehabis menyesap soda miliknya yang memiliki sedikit rasa asam karena mengandung rasa lemon yang kuat.

"wae?", Jihyun menatap Suzy dengan saksama

"aku sangat sedih meninggalkan sekolahku dan teman-temanku dan kurasa sekolah itu tak cocok denganku", keluhnya menatap kakinya sendiri.

Jihyun kurang lebih memahami namun ia yakin dengan Suzy bersekolah ditempat itu, ia akan mendapat lebih banyak keuntungan dan masa depan cemerlang dengan kecerdasan yang mendukung, "Kau harus bertahan demi ibumu. Aku bukannya tidak senang ibumu bekerja hingga tua disini namun apakah kau tidak ingin cepat sukses agar ibumu tidak harus bekerja sebagai asisten lagi? sekolah ini dapat memberikanmu peluang yang jauh lebih besar. Kau harus jadikan itu sebagai semangatmu".

Suzy langsung memikirkan wajah Eomma yang sudah mulai mengendur dan tidak jarang ia sering batuk-batuk jika terlalu lelah bekerja. Benar kata Jihyun, sekolah ini memang bukan dunianya namun bisa menawarkan dunia yang lebih untuknya.

"Suzy... aku tau tak pantas mengatakannya padamu karena mungkin yaaa aku terlihat tidak memiliki beban hidup", Jihyun menenggak kembali beernya dan menatap Suzy dengan lekat, "hidup itu penuh dengan rasa sakit dan tantangan. kalau kau tidak bisa bertahan dengan rasa sakit dan tantangan hari ini, bagaimana dengan besok? lusa? dan seterusnya? apa itu harus terus menumpuk dan membuat dirimu kacau?".

Tentu tidak, batin Suzy menjawab.

"take your challenge and make it to be your chance".

Suzy memahami ucapan Jihyun karena nilai bahasa inggrisnya lumayan bagus disekolah. Ia menaruh kaleng sodanya lalu berdiri dan memeluk Jihyun. Baru kali ini ia merasa benar-benar tersentuh oleh Jihyun. Perempuan cantik ini seperti malaikat baginya.

"gomawo eonnie".

Eomma, aku akan berusaha

***

avataravatar
Next chapter