webnovel

Epilog

Tiga tahun sudah Unaya pergi, Jeka masih setia menunggu gadisnya pulang. Waktu tiga tahun sudah begitu lama untuk sebuah penantian. Diawal-awal Unaya pergi, mereka masih rajin berkomunikasi hingga pada masanya gadis itu tak bisa dihubungi dengan alasan fokus ke pengobatan. Jeka sudah lulus setahun yang lalu dan kini melanjutkan studinya di jurusan Bisnis Managemen seperti permintaan Papa-nya waktu itu.

Di kota yang sama dan ditempat yang sama Jeka masih setia menanti. Sampai Ririn dan Victor menikah pun Jeka tetap setia dengan satu orang gadis. Hingga pada suatu hari, badai besar datang padanya. Ia mendapat kabar dari Ririn tentang seseorang yang tiga tahun ia nantikan.

"Unaya mau tunangan Jek". Ujar Ririn takut-takut pada saat itu. Jeka yang tengah menyeruput kopinya sempat mematung namun sekuat tenaga menahan sesak didadanya.

"Kok gak ngasih tahu gue?". Sahut Jeka sok tegar mulai mengalihkan rasa sedihnya dengan sebatang rokok. Siapa yang tidak sedih, siapa yang tidak hancur begitu mendengar kabar orang yang kita cintai, orang yang kita nantikan bertunangan dengan orang lain?

"Dia gak enak mau ngasih tahu loe. Dia juga dipaksa sama bokapnya buat tunangan sama cowok itu". Jelas Ririn. Jeka menghembuskan asap rokoknya sembari memejamkan mata, sakit anjing! Yang berjuang siapa, yang dapetin siapa!

"Apaan sih! Si Unaya gak tahu diri banget! Si Bos sampai rela jomblo tiga tahun demi dia, eh malah tunangan sama cowok lain!". Victor senewen sendiri. Ririn tentu saja tidak terima sahabatnya dihujat seperti itu, alhasil dua pasutri itu ribut sendiri.

"Cowoknya kayak gimana? Kerja apa?". Tanya Jeka kemudian menghentikan pertengkaran Victor dan Ririn.

"Dokter magang di rumah sakit Singapura. Ganteng, kayaknya sih cowok alim". Sahut Ririn jujur. Jeka menganggukan kepalanya.

"Baguslah kalau calonnya punya masa depan yang bagus, seenggaknya Unaya gak bakal hidup susah".

"Loe gak marah Bos? Gak mau nyusul dia gitu?". Victor heran bukan main melihat Jeka yang terlihat sangat tegar. Ya meski ia yakin jika Jeka diam-diam menyimpan luka sendirian, seperti biasa.

"Tadinya gue emang mau nyusul dia. Tapi pas tahu calon-nya dokter dan cowok baik-baik gue mundur teratur aja Bro. Kalau ada cowok yang masa depannya jelas buat Unaya, kenapa enggak? Dia pantas bahagia". Perkataan Jeka membuat Ririn dan Victor terdiam. Mereka berdua salut dengan pemikiran dewasa Jeka, pemuda itu rela melepaskan Unaya agar bahagia.

"Una bilang dia bakal batalin pertunangannya kalau semisal loe mau nyusul dan bicara sama Papa-nya. Dia gak cinta sama cowok itu Jek, dia...".

"Bilang aja gue udah punya pacar disini. Gue yakin keputusan Papa-nya terbaik buat dia". Potong Jeka cepat-cepat. Toh kalaupun Jeka nekat menyusul Unaya, ia tak punya apapun untuk dibanggakan dihadapan Papa sang gadis. Bukannya cupu, hanya tahu diri saja. Jeka belum sukses, masih merintis. Ia juga malu melamar anak gadis orang jika belum punya apa-apa.

"Oke kalau itu keputusan loe, gue bakal sampaiin ke Una". Kata Yerin kemudian. Jeka mengangguk, tak lama suara bayi menangis terdengar. Itu suara tangisan anak Ririn dan Victor yang masih berusia enam bulan. Baby Tiger namanya...

"Oh, ponakan Om nangis. Cup... cup...". Dengan sigap Jeka menggendong baby Tiger dan menepuk pantat bocah itu dengan lembut. Victor dan Ririn saling pandang, keduanya prihatin dengan kisah percintaan Jeka. Rasanya ada saja cobaan dalam hubungan dua sejoli itu.

Entah Jeka yang tidak mau berjuang atau Unaya yang tidak mau berkorban, rasa lelah itu pasti ada. Jeka terlampau lelah menunggu Unaya yang tak jelas, tiga tahun pemuda itu bersabar tapi apa balasannya? Unaya-nya seakan tak menghargai penantiannya selama ini. Meski demikian, Jeka tidak pernah menyesal pernah menunggu gadisnya kembali, pemuda itu percaya cinta hanya butuh waktu. Mendapatkan ending yang indah tidak sesederhana itu prosesnya. Jeka yakin sesuatu yang memang ditakdirkan untuk kita, suatu saat nanti akan datang pada pemiliknya.

Yogyakarta, 18 November 2020