1 Episode 1

Dalam kesibukan orang-orang di daratan China yang luas, berfokus pada seorang gadis pengelola bisnis kecil kue kering. Ia bernama, Su Ying.

Sebuah insiden kebakaran gedung yang cukup heboh tujuh tahun lalu telah merenggut nyawa banyak orang, kedua orang tuanya termasuk dalam daftar korban. Saat itu, Su Ying masih berusia 15 tahun. Beberapa kerabat dari pihak kedua orang tuanya datang untuk menghadiri pemakaman, tetapi setelah hari itu Su Ying tidak pernah lagi mendengar kabar apapun dari mereka, seolah ia ditinggalkan.

Karena itu, dalam lingkaran hidupnya, ia hanya mengenal dirinya sendiri. Meskipun cukup menghidupi seorang diri, tetapi entah bagaimana itu masih terasa sulit baginya.

Tahun ini, dirinya berusia 21 tahun dan terjebak dalam masalah yang rumit. Bisnis kecil yang dilakukannya tidak menghasilkan banyak uang, sementara ia harus membayarkan sejumlah hutang. Gadis itu baru tahu belakangan ini bahwa kedua orang tuanya meninggalkan warisan yang ternyata disertai oleh hutang yang cukup besar. Karena itulah, pikirannya menjadi terbuka mengenai alasan dibalik menjauhnya sejumlah kerabat kedua orang tuanya.

Selain dipusingkan dengan pembayaran hutang, ia juga mulai khawatir akan keberlangsungan bisnis toko kue yang digelutinya dan lagi tidak melupakan biaya menghidupkannya. Yang pasti, uang yang dibutuhkan jumlahnya tidak sedikit. Masalah yang datang bersamaan membuatnya mengeluh.

"Tenggat waktu bulan depan, aku sudah diharuskan untuk membayar sewa bangunan toko kue milik ku." Katanya memperhitungkan.

"Hutang ibu-ayah. Jika tidak bertindak cepat untuk membereskannya..bunga hutangnya akan membuatku gila." Su Ying merenungkan.

"Penghasilan dari bisnis ku sudah jelas tidak mampu untuk menutupi ini." Lanjutnya.

Gadis itu menghela napas panjang.

"Aku hanya seorang diri, tetapi sudah memiliki hutang yang begitu banyak." Terdengar cukup frustasi.

"Aku harus bagaimana untuk keluar dari masalah ini..?"

"Bisakah aku menghilang saja..?"

____________________________________

Gadis itu digeluti perasaan sedih. Usahanya untuk meminjam sejumlah uang di bank tidak dapat dilakukannya lantaran dirinya tidak memenuhi sejumlah persyaratan yang diajukan oleh pihak bank kepadanya.

Sebuah bangunan kokoh yang tidak terurus ditengah pasar padat, Su Ying berdiri dihadapan pintu masuk bangunan tersebut. Ia membaca tulisan di depan pintu tersebut sembari mencocokannya dengan sebuah brosur yang entah kapan berada di genggaman tangannya. Tempat Peminjaman Non-Bank, dalam hal ini dikenal sebagai tempat peminjaman Ilegal. Lebih mudahnya, rentenir.

Karena tekanan dari pikirannya, ia memberanikan dirinya melangkah masuk. Begitu masuk, yang pertama dilihatnya adalah seorang pria bertubuh bugar dan garang duduk santai sembari memainkan ponselnya.

Menyadari kedatangannya, laki-laki itu berubah sikap. Diperlakukannya Su Ying dengan ramah, membiarkan gadis itu duduk dan menyiapkan secangkir teh yang prosesnya hanya membutuhkan dua menit.

Teh yang disajikan penuh akan keraguan di mata gadis itu. Meskipun begitu, Su Ying tetap berterima kasih walaupun tidak berani untuk meminumnya.

Tanpa berlama-lama, gadis itu mendiskusikan niatnya untuk melakukan peminjaman uang. Laki-laki rentenir itu langsung saja menghadapkan Su Ying pada sebuah lembar kertas perjanjian. Setelah membaca keseluruhan isi perjanjian yang tertera dalam kertas itu, keraguan mendadak menyelimuti batinnya.

"Sanggup membayar pinjaman disertai bunga 15 persen pada tenggat waktu yang telah disepakati, maka nona bisa menandatangani kertas perjanjian ini.."

"Oh iya, jangan lupakan dalam perjanjian kita, bunga hutang akan bertambah 5 persen setiap kali nona tidak menyelesaikan peminjaman dalam satu waktu."

"Jadi bagaimana....?"

Su Ying terdiam sejenak. Ia mempertimbangkan kembali pilihannya yang keliru. Gadis itu takut, selepas menandatangani perjanjian ini maka dirinya akan tercekik hutang baru dan mungkin penyelesaiannya lebih rumit.

"Bisakah aku memikirkan ini terlebih dulu, ku pikir aku membutuhkan waktu." ucap Su Ying, memilih untuk menghindar saat ini.

"Tentu. Keputusan ada ditangan nona sendiri,.."

"Biar ku beritahu, tidak ada tempat peminjaman lain dengan bunga hutang lebih rendah dari yang kuberikan. Jadi harap untuk mempertimbangkannya..."

"Tempat ini terbuka untuk nona kapan saja," Perkataan terakhir dari laki-laki itu sebelum Su Ying keluar dari kantor ilegal yang sempit itu.

___________________________________

Langit malam yang polos tanpa kerlip bintang, membuat Su Ying kecewa. Sepanjang hari ini yang melelahkan baginya, dirinya hanya ingin menghibur diri saja. Gadis itu berjalan menyusuri jembatan yang cukup hening dan panjang. Dirinya berusaha mengobati perasaannya yang tidak karuan itu.

"Aku hanya bermimpi ingin menjadi seorang pebisnis kue kering yang sukses..."

"Belum juga berhasil menggapainya tetapi mengapa rasanya aku telah menggadaikan segalanya..., kecuali hidupku."

"Entah di masa depan, aku mungkin akan melakukannya tanpa berpikir."

Gadis itu terdengar menghela napas sesekali ditengah tenggelam dalam lamunannya. Memandangi laut dan langit malam silih berganti, kini pandangannya menghadap pada jalanan lurus yang sedang di tapakinya. Ia menemukan, ternyata tidak hanya dirinya seorang yang sedang menghibur diri disana. Dari arah sebaliknya dari arah kedatangan Su ying, seseorang berjaket berwarna kelabu gelap dengan penutup kepala terlihat berkeliaran sama halnya yang dilakukan gadis itu. Tampangnya tidak terlihat jelas walaupun penerangan lampu di kisaran jembatan sedikit menekan gelapnya malam.

"Sepertinya bukan hanya diriku yang perlu menyegarkan pikiran..."

Sosok itu diperhatikan Su Ying, berdiam diri sembari menatap ke arah laut lepas di atas jembatan. Gadis itu berjalan melintas bersebelahan dengannya. Sesaat melewati orang itu, mendadak ia merasakan keanehan dari gelagat sosok yang dilihatnya hanya terdiam itu. Su Ying segera menghentikan langkahnya.

"Apa ini...?" Ia merasa cemas.

"Mengapa aku berfikir dia akan bertindak bodoh...?" Prasangka gadis itu.

"Bunuh diri? Pikiranku berlebihan."

Sekedar untuk memastikan dugaan bodohnya, Su Ying menoleh ke belakang untuk melihat orang itu.

"H-H-Heii!!!"

"Berhenti disana!!!!" Su Ying berteriak histeris menegur sosok yang sudah terduduk di besi pengaman pinggir jembatan.

Gadis itu berlari menghampiri secepatnya. Melihat respon Su Ying yang berlari kepadanya, orang itu tampak tidak peduli keinginan gadis itu untuk mencegat tindakannya.

Sosok itu mendorong kecil, membiarkan tubuhnya terjatuh. Disaat hampir secara bersamaan, gadis itu berhasil menangkap salah satu tangan orang itu dan membuatnya bergelantungan.

Masalahnya, perbandingan berat antara orang itu yang ternyata adalah laki-laki dengan tubuhnya yang nampak ramping sudah jelas sangat jauh. Karenanya, otomatis tubuh gadis itu ikut ditarik hingga setengah dari tubuhnya melewati besi jembatan.

Su Ying memperhatikan setengah wajah laki-laki itu tertutup masker dari hidung hingga dagu, membuat rupanya benar-benar misterius.

"Siapapun namamu, ini tidaklah benar. Bantu aku memperjuangkan hidupmu."

"Biarkan sebelah tangan mu berpegangan pada besi, sementara aku menarik mu."

Laki-laki itu tidak bergeming mendengar bujukan Su Ying. Sorot mata yang kelam seolah ia benar-benar sudah menyerah terlihat jelas pada mata laki-laki itu.

"Masalah apa yang membuat mu menyerah dari hidupmu? Apakah lebih berat dariku yang terlilit banyak hutang diusia semuda ini?"

"Cepat. Naik."

"Aku tidak bisa menahan mu lebih lama."

Su Ying berusaha keras menahan genggaman tangannya agar tidak lepas hingga urat di lehernya yang sulit dicari pun muncul. Ia berteriak memanggil pertolongan, hanya saja tidak ramai orang disana yang bahkan terlalu lambat menyadari situasi mereka.

Mereka berdua berakhir dengan terjatuh dari jembatan secara bersamaan menghantam keras air laut. Dingin membuat Su Ying bergetar menggigil tatkala dirinya tercebur ke dalam laut. Ia masih belum melepaskan genggaman tangannya dari laki-laki itu, dirinya berusaha keras menarik tubuhnya dan orang itu ke permukaan. Meski sejatinya, Su Ying tidak akrab dengan air—tidak tahu berenang— tetapi dirinya tidak ingin menyerah.

Pelan, gadis itu menyadari situasinya memburuk dikarenakan pasokan udara yang tersisa menipis. Su Ying kesulitan, ia tidak bisa melihat dikarenakan air asin menyengat matanya segera setelah dibuka. Gadis itu tidak bisa mengetahui keadaan laki-laki yang sedang digenggam tangannya. Lautan menjadi ruang gelap bagi mereka.

"Ah, jadi ini akhirnya. Aku mati tenggelam." Batin gadis itu, menyayangkan.

avataravatar
Next chapter