12 Tidak Mau Menunda Lagi

"Tetapi sepertinya kamu lupa. Di pesta pertunanganmu, Haikal kelihatannya masih menyukaiku. Mengapa? Aku sudah pergi selama lima tahun. tetapi kamu masih belum bisa mendapatkan hatinya."

"Kamu …"

Indri menggigit bibirnya dengan kesal. Matanya memandang ke arah wanita, yang tersenyum dengan cerah di hadapannya itu, dengan marah.

Ia ingin melawan, ia ingin membantah. Tetapi apa yang terjadi saat pesta pertunangannya itu merupakan fakta yang tidak bisa terelakkan.

Kejadian itu seperti duri yang menusuk dagingnya. Meski duri itu dicabut sekali pun, rasa sakitnya masih tersisa.

Ia hampir saja meremukkan tas belanjaan di tangannya. Tetapi saat ia mengingat kembali bahwa tempat ini adalah tempat elit, ia berusaha untuk menenangkan dirinya.

Setelah itu, keraguan muncul di tatapannya.

Dari situasi Ella saat ini, mana mungkin ia bisa membeli baju-baju di mall yang berkelas seperti ini?

Ia seperti menemukan sebuah cara baru untuk mempermalukan Ella.

"Ella, apa yang kamu lakukan di sini?"

Ia tidak yakin Ella bisa mendapatkan uang selama tinggal di rumah sakit jiwa. Dan ia juga tidak yakin Ella memiliki uang sebanyak itu untuk berbelanja.

Ella hanya menyibakkan rambut panjangnya. Ia tidak menjawab pertanyaan Indri dan hanya melihat ke sekelilingnya.

Terakhir kali ia datang ke tempat ini adalah lima tahun lalu. Tempat itu masih sama seperti sebelumnya, dihias dengan sangat mewah. Siapa pun yang bisa keluar dan masuk dari tempat tersebut adalah orang-orang yang kaya dan berpengaruh.

Lima tahun telah berlalu dengan sangat cepat.

Ella tidak ingin menghabiskan waktu lebih lama bersama dengan Indri. Saat ia hendak pergi, Indri mengangkat tangannya dan menghalangi langkah Ella.

"Kamu tidak punya uang untuk membeli barang-barang di sini," kata Indri. Matanya terbelalak semakin lebar saat ia berkata dengan sinis. "Apakah kamu menjual dirimu? Kepada siapa?"

Indri benar-benar ingin bertepuk tangan dan tertawa dengan keras saat ini. Saat membayangkan Ella disetubuhi oleh om-om hidung belang, ia seolah merasakan ekstasi yang luar biasa.

"Ella, kamu benar-benar menjijikkan."

Indri merasa benar-benar bahagia.

Lima tahun lalu, ia harus hidup di dalam akting. Ia harus berpura-pura baik dan penurut pada Ella, kakak tirinya ini. Ella dikenal sebagai sosok yang terkenal di kota tersebut dan di rumah, ia adalah anak kesayangan ayahnya.

Bagaimana mungkin ia tidak merasa cemburu?

Tetapi ibunya mengatakan agar ia bersabar sehingga ia hanya bisa berpura-pura menjadi adik yang baik di hadapan Ella.

Ella memicingkan matanya dan memandang Indri dengan jijik saat mengingat kembali bagaimana Indri memanggilnya dengan sebutan 'Kakak', dengan nada yang sangat manis.

Ella sangat menyayangi Indri, meski Indri bukan adik kandungnya. Ia menganggap Indri seperti adik kandungnya sendiri dan tidak pernah ragu untuk memenuhi semua yang ia inginkan.

Sekarang, saat memikirkannya lagi, Ella merasa benar-benar bodoh.

"Oh? Kamu menyadari kecantikanku?" wajah Ella tidak berubah sama sekali, tidak terlihat malu atas penghinaan dari Indri. "Aku juga merasa aku cantik. Kalau aku menggoda Haikal dan memintanya untuk menjadi sponsorku, ia pasti tidak akan menolak."

Indri yang mendengar kata-kata itu langsung berubah menjadi muram.

Ella sama sekali tidak peduli dan melanjutkan. "Seorang pria selalu berpikir bahwa apa yang bisa ia dapatkan bukanlah hal yang terbaik. Di hari pertunangan kalian, ia juga memelukku. Bagaimana menurutmu?"

Hari pertunangan itu seperti sebuah rasa sakit hati yang membebani Indri.

Melihat wajah Indri yang semakin buruk rupa, suasana hati Ella menjadi semakin baik.

Ini hanyalah permulaan.

Dari semua penghinaan, semua penderitaan yang Ella rasakan, ia akan membalasnya 10 kali lipat.

Indri mendengar maksud tersembunyi di balik kata-kata Ella. Ia tahu bahwa Ella sengaja menggoda calon suaminya di hari pertunangannya!

Indri benar-benar membenci Ella, tetapi ia tidak tahu bagaimana cara menutup mulutnya. Ia hanya bisa pergi sambil meninggalkan pesan. "Tunggu saja nanti."

Setelah itu, ia melenggang pergi sambil membawa tasnya.

Ia tidak akan pernah membiarkan Ella menginjakkan kakinya di rumahnya lagi.

Setelah Indri pergi, Ella bisa melanjutkan berbelanjanya dengan lebih tenang.

Ia mengambil beberapa baju di toko tersebut sambil berpikir, berapa banyak uang yang Christian berikan di kartu tersebut.

Seorang pegawai toko tersebut terus menerus merekomendasikan model terbaru di sampingnya. Saat ia melihat tag harganya, ia merasa hatinya sakit setiap menghitung berapa banyak jumlah angka 0 yang ada.

Saat ia kembali berkeliling, ia melihat sebuah gaun berwarna merah muda di bagian sudut toko.

"Nona, Anda memiliki selera yang sangat bagus. Gaun itu sedang populer sekarang."

Sambil mengatakannya, pegawai tersebut telah mengambil pakaian tersebut. "Kalau Anda menyukainya, Anda bisa mencobanya."

Ella menerima gaun tersebut dan mengangguk sambil tersenyum. Setelah itu, ia berjalan ke arah ruang ganti.

Setelah ia mencoba pakaian tersebut, pegawai tersebut memandangnya dengan tatapan kagum. "Nona, gaun ini sangat cocok untuk Anda."

Meski gaun tersebut terlihat sederhana, tetapi setiap detailnya dibuat dengan sangat hati-hati untuk menarik perhatian banyak orang. Desain tersebut membuat Ella terlihat lebih elegan dan menawan. Ia terlihat seperti wanita kelas atas.

Pegawai toko tersebut mengambil sebuah cardigan yang agak longgar dan memberikannya pada Ella, menambahkan pesona dari gaun tersebut.

"Sempurna!"

Ella juga merasa sangat puas saat melihat penampilannya. Tiba-tiba saja, ia mulai membayangkan bagaimana reaksi Christian saat melihatnya.

Ia mengganti pakaiannya dengan pakaian sebelumnya dan pegawai toko tadi sudah membantunya untuk membungkus gaun yang ia beli.

Setelah itu, ia memberikan kartu yang Christian berikan sebelumnya.

Pegawai toko tersebut menerimanya dan menggesek kartu tersebut. Lalu memberikan tagihannya pada Ella.

Satu baju dan satu cardigan saja harganya 50 juta. Ella merasa ingin mengembalikan gaun itu kembali ke tokonya.

Tetapi saat mengingat kembali mata Christian yang memandangnya dengan kritis, ia menahan dirinya.

Ia melakukan ini bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk anaknya.

Christian sudah memberikan uang untuknya dan ia harus membeli baju agar tidak membuat Christian malu.

Setelah pergi dari mall tersebut, Ella menggunakan bus untuk kembali ke tempat tinggal yang ia sewa.

Ia tinggal di sebuah apartemen kecil berukuran studio. Hanya ada satu ruang tamu dan satu kamar. Tempat tinggalnya itu bau seperti berjamur karena sudah lama tidak ada yang menyewanya.

Ella berhasil menemukan tempat ini beberapa hari yang lalu. Memang kondisinya kurang baik, tetapi harganya sangat murah.

Di malam hari, udara dingin akan menembus ke dalam, membuat Ella merasa kedinginan.

Ella menutup jendela kamarnya sambil memegang baju yang baru saja ia beli. Ia berpikir ingin menggunakan pakaian tersebut dan kembali ke hotel.

Ia tidak ingin menunda lagi. Satu hari pun sangat berharga untuknya.

avataravatar
Next chapter