9 Jadikan Aku Sebagai Wanitamu

"Berapa hargamu?" tanyanya dengan nada yang sarkas.

Christian tidak melewatkan hal itu. Ia bisa melihat rasa malu yang Ella rasakan, rasa malu yang membuat pipi wanita itu merona.

Christian tidak bisa memahami wanita yang ada di hadapannya ini. Wanita itu sendiri yang melemparkan dirinya ke tempat tidurnya dan sekarang wanita itu merasa malu.

Apakah semua ini hanya kepura-puraan belaka?

"Apa?" tanya Ella sambil mengerutkan keningnya saat mendengar pertanyaan itu.

"Aku tanya, berapa harga untuk semalam?"

Sudut bibir pria itu membentuk cibiran. Kata-katanya begitu tajam dan menusuk.

Wajah Ella langsung memucat. Tanpa sadar, tangannya terkepal dengan erat. Pria ini menganggapnya sebagai pelacur. Pria ini menganggapnya sebagai wanita bayaran, wanita murahan.

Rasa malu dan penghinaan muncul di hati Ella, tetapi ia berusaha untuk menekannya. Sejak ia memilih jalan ini, ia sudah menganggap bahwa harga dirinya tidak berarti lagi.

Ia memang sudah menyingkirkan harga dirinya dan rela menukarkan tubuhnya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

Mungkin memang benar ia murahan, mungkin memang benar ia pelacur.

Wanita bayaran bukalah kata-kata yang salah untuk menggambarkannya.

Tetapi bukan uang yang ia inginkan.

Ia tidak ingin dibayar dengan uang.

Ada hal lain yang Ella butuhkan dari Christian …

"Aku tidak menginginkan uangmu."

Ella mendongak, menunjukkan senyumnya yang menawan. Ia mengatakannya dengan nada datar sehingga Christian tidak bisa menerka perasaannya.

Christian tidak tahu apa yang Ella rasakan saat ini. Apakah rasa malu? Apakah ia merasa marah karena Christian telah menghinanya?

Christian sama sekali tidak tahu. Yang ia tahu adalah wanita itu sedang tersenyum ke arahnya.

Christian mengangkat alisnya dan bertanya. "Lalu apa yang kamu inginkan."

"Jadikan aku sebagai wanitamu."

Setelah mengatakannya, Ella berjalan ke arah Christian. Tangannya bergerak seperti seekor ular putih, melilit pinggang Christian dengan erat.

Ia melontarkan kata demi kata secara perlahan dan penuh penekanan, seolah khawatir Christian tidak akan bisa menangkap kalimatnya dengan jelas.

Begitu kata-kata itu terucap, Christian langsung tertawa dengan keras.

Kalimat itu terdengar seperti lelucon yang sangat konyol di telinganya. Atau mungkin lelucon terkonyol yang pernah ia dengar dalam hidupnya.

"Apakah kamu pikir aku dermawan, atau kamu menganggap aku bodoh?"

Christian tahu apa yang Ella inginkan, tetapi ia dengan sengaja mengabaikannya. Ia bisa melihat bahwa penampilan Ella saat ini mungkin hanya kepura-puraan belaka, tetapi Christian tidak peduli wanita macam apakah Ella ini.

Ia, Christian Adipamungkas, tidak pernah menjadi penolong apa pun.

Kemarin malam hanyalah cinta satu malam saja dan ia sudah siap untuk mengucapkan selamat tinggal di saat pagi.

"Semua orang tahu bahwa kamu adalah pemimpin di sebuah kota kecil. Para wanita di sana mengagumimu. Tentu saja aku juga kagum padamu dan ingin menjadi wanitamu."

Ella menyandarkan kepalanya di leher Christian dan tersenyum dengan menggoda. Ia membiarkan tubuhnya menempel di tubuh Christian yang tanpa busana.

Kulit mereka saling bersentuhan satu sama lain, mengingatkan mereka dengan hasrat yang menenggelamkan mereka semalam.

Christian hanya bisa memicingkan matanya dan memandang wanita yang bagaikan malaikat di hadapannya ini dengan tatapan kosong.

Dari penampilannya, Ella adalah wanita yang sangat sempurna.

Ia cantik dan cerdas. Dengan tubuh yang indah, tidak akan ada yang menyangka bahwa wanita semacam ini pernah tinggal di rumah sakit jiwa selama lima tahun.

"Apa yang bisa kamu lakukan untukku?"

Christian mengulurkan tangannya dan mengangkat wajah Ella agar mereka bisa saling beradu pandang. Suaranya terdengar rendah dan menggoda.

"Apa pun."

Ella menjawab dengan tegas. Ia sudah mendapatkan kesempatan ini dan ia tidak akan melepaskannya lagi.

"Oh?"

Christian mengangkat alisnya dan terkekeh. Sedetik kemudian, Christian mendorong Ella ke arah jendela yang tinggi dan membuka jendela tersebut.

Jendela itu menghadap ke arah jalanan kota.

Hari sudah siang sehingga cukup banyak mobil yang berlalu lalang di jalanan, sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

Permukaan jendela yang dingin itu menyentuh kulit Ella dan rasa dingin itu langsung membuatnya bergidik.

Wanita yang sebelumnya terlihat sangat pemberani sekarang telah berubah menjadi domba kecil yang ketakutan.

Mata hitamnya menunjukkan sedikit kekhawatiran, membuat tatapan Christian berubah menjadi semakin kejam.

"Apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Ella.

Tanpa sadar, tangannya yang memegang Christian mencengkeram lebih erat. Ada sedikit ketakutan terdengar dalam suaranya. Meski ia berusaha untuk tidak menunjukkannya tetapi tubuhnya memberontak.

Matanya memancarkan ketakutan.

Tubuhnya memancarkan aura ketakutan.

Dan tanpa sadar tangannya menggenggam lebih erat karena ketakutan.

"Bukankah kamu bilang akan melakukan apa pun untukku? Lompat dari sini dan aku akan percaya pada ketulusanmu."

Christian menyunggingkan senyum tipis. Wajahnya yang tampan penuh dengan pesona, tetapi setiap kata-kata yang terlontar dari mulutnya bertujuan untuk menghancurkan mental seseorang.

Dingin dan kejam, seperti sebuah bongkahan es tajam yang tidak akan pernah bisa meleleh, tidak peduli meski terkena api sekali pun.

"Ini lantai 30."

Ella memandang ke arah Christian dengan mata terbelalak lebar, tetapi sepertinya pria itu sama sekali tidak bercanda. Pria itu benar-benar ingin ia melompat!

Ella bahkan belum memulai balas dendamnya, tetapi ia sudah berada di ambang kematian sekarang.

"Tidak berani?"

Christian menyunggingkan senyum menghina.

"Aku akan mati kalau aku melompat dari sini."

Ella tidak takut mati. Tetapi ia tidak rela kalau ia harus mati sendirian. Ia akan mati di saat ia bisa membawa semua orang yang membuatnya menderita ke neraka.

Namun, pria di hadapannya itu benar-benar tidak terduga. Ella tidak bisa memahami jalan pikir pria tersebut. Ia tidak bisa menerka apakah pria itu benar-benar ingin menyuruhnya untuk melompat dari sana.

"Lalu?"

Christian tampak sangat terhibur saat menggoda Ella seperti ini. Ia terlihat sangat santai saat mengamati setiap ekspresi yang muncul di wajah Ella.

Semakin banyak ekspresi yang ia temui, ia merasa hal ini semakin menarik perhatiannya.

"Baiklah, aku akan lompat."

Ella melepaskan tangannya dari Christian. Ia menggertakkan giginya dan memejamkan matanya, menarik napas dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya. Ia memutuskan untuk mempertaruhkan nyawanya.

Ia sudah bertekad untuk melakukan apa pun dan ia tidak bisa berhenti di sini.

Kalau ia menyerah, ia harus memulai kembali dari nol. Ia tidak tahu jalan mana yang harus ia tempuh untuk bisa membalaskan semua dendamnya.

Jadi, sekarang, bagi Ella, hanya adalah satu jalan lurus, yaitu jalan menuju ke arah jendela.

Ia berjalan ke arah jendela yang terbuka itu dan merasakan angin yang berhembus dengan kencang. Angin dari lantai yang tinggi itu sangat keras, seolah ingin menyadarkan Ella bahwa semua ini nyata.

'Apakah aku benar-benar akan mati? Apakah aku akan mati dengan cara seperti ini?' tanyanya pada dirinya sendiri.

avataravatar
Next chapter