11 Bab 11 ke rumah suami Ibu

Hari selasa aku masuk sekolah seperti biasa,ada rasa kangen berjumpa dengan teman sekelas,mereka menyambutku dengan gembira. 

Hari Rabu kesibukanku disekolah seperti hari hari lainnya.

Hari Jumat ada tanggal merah lagi,dihari Sabtu sekolah diliburkan.

Aku punya waktu libur tiga hari jumat sampai minggu.

Hari kamis ini aku pulang agak cepat.

Sani mengajakku kerumahnya ,namun ku tolak.

Aku ingin secepatnya sampai dirumah,Buah Sawo di kebun belakang rumah sudah siap untuk dipetik,hasilnya bisa untuk menambah uang saku.

diluar pintu gerbang aku di kejutkan dengan kehadiran Rani dan Ibu.mereka tampak sudah lama menantiku.

" Abaang" teriak Rani memanggilku.semula aku tak memperhatikan kehadirannya ,namun suara gadis kecil yang kukenal,membuatku menoleh.

Aku heran dengan kehadiran Rani dan ibu.

"Bayu... sini...teriak ibu memanggilku.

Aku mendekat.Rani berlari menyongsongku.ia memelukku.

"Rani..kangeeen"

Aku balas memeluk Rani dan mengangkatnya keudara.

" Abaang juga kangeen Rani..." kataku dengan gembira.

Rani tertawa senang saat tubuhnya kuayun ke sana kemari.Tawanya berderai derai,seperti saat saat kami masih bersama.

" tambah cantiik aja..." kataku sambil mencubit pipinya.

" gimana keadaanmu Yu, kemaren sakit Ya." Tanya ibu.

Aku melepaskan Rani dan berpaling pada ibu.

" Iya ,Tiga hari..  aku udah sehat"

Ibu membelai rambutku," Yanto baru bilang hari Sabtu,Hari minggu Siang ,Kami bertiga menjengukmu tapi kalian tak dirumah."

"Ooh ibu datang ya,Aku dan Ayah pergi ke pantai,ada teman yang ngajak."

Aku memperhatikan Ibu,Penampilan ibu bak Artis lagi show,serba glamour .ibu terlihat  lebih cantik dari Soimah.

Rambutnya yang panjang sebahu,dibuat bergelombang.

Wajahnya diolesi make up yang serasi.ibu memakai gaun mahal berwarna merah maroon.dijari manis nya ,terpasang cincin berlian,di pergelangan tangan ada tiga gelang emas.

Rani masih pakai seragam SD,kulitmya terlihat putih dan bersih.

" Bayu ,ibu mau ngajak kamu kerumah,kamu  kan lagi libur."kata ibu mengutarakan rencananya.

Aku tercenung sejenak,pernah beberapa kali ibu mengajak kerumah Suaminya,tapi selalu kutolak dengan berbagai Alasan,

" kayaknya ndak bisa Bu.aku dah janji mau bantu Ayah di kebun."

" Selama kita berpisah,kamu selalu  saja menghindar"kata ibu dengan sikap yang lebih sabar." kamu masih marah sama ibu".

"Nnndaak.." aku mencoba mengelak.ada rasa enggan dihatiku bertemu ibu,apalagi berkumpul lagi dengannya,meski hampir lima  tahun berpisah,perasaan itu masih tetap ada.

Aku tak  merindukan ibu,Rani lah yang sering aku kangeni.

"Abaang ikut ya,Di rumah kita yang baru Asik lho,ada kolam renangnya" kata Rani ikut menimpali.

Aku memandang Rani ,gayanya yang ceplas ceplos saat bicara membuat aku gemas.

" Papa udah nyiapin kamar buat abang..isinya lengkap loh."

" iya Bayu...Kamar kamu udah disiapin..didalamnya ada Ps3,komputer dan banyak lagi.." ibu membujukku dengan kemewahan dan gadget canggih.

Aku memang suka gadget,aku pernah memainkan PS3 dirumah Sani,gamenya keren.aku kadang sampai lupa waktu saking asiknya memainkannya.

" Papamu udah. Nunggu dimobil tuh..".

Ibu menunjuk sebuah mobil berwarna Biru metalic seorang lelaki  tampan sedang berdiri didekat mobil itu.

Mobil itu diparkir diseberang jalan.

Lelaki itu melambaikan tangan padaku.

Aku tercenung lagi,kalau aku sampai pergi Ayah pasti sudah menunggu kepulanganku.

" aku ndaak bisa ninggalkan Ayah."

" ndaak lama Yu,cuman tiga hari , dia pasti ngerti..kok"

Aku mengeluarkan ponsel dari saku celana.

" kalau Ayah ndak ngijinkan aku ndak mau ikut."

Aku mencari nomor Ayah dan menelponnya.

Hanya ada ada suara tuuut.. Tuut.

Ayah pasti sedang sibuk memasak.

Nada dering ponsel Ayah cukup keras terdengar,ponsel itu biasa ditaruh di dekat Rak Tv atau di atas meja makan.

Aku harus menunggu cukup lama sebelum terdengar suara Ayah.

" Halo... Bayu... Ada..apa...nak".kata Ayah dengan nada heran.

" Yaah." kataku sambil memandang ibu.

" ya..ada.. apa..Yu." suara Ayah mulai terdengar cemas.

Saat Sani mengajakku kerumahnya aku pasti nelpon Ayah dulu.

Aku mengaktivkan speakernya biar ibu bisa dengar.

" kamu dimana yu.."

" digerbang sekolah,aku pulang lebih cepat.aku mau minta ijin."

"Mau ke rumah Sani...ya"

"Ndaak,ke Rumah Ibu..."

" Ke rumah ..ibumu..." Ayah terdiam beberapa saat seperti  mencoba mencerna omonganku.

"Iya.. Yah..Ibu datang ke sekolah menjemputku.jumat sampai minggu sekolah kan libur,jadi senin siang aku baru pulang."

Terdengar suara helaan napas,sepertinya Ayah keberatan.

" Ayaaah...aku boleh pergi ndak.."tak terdengar sahutan Ayah.

"Yaah..kalo Ayah ndak mau aku ndak jadi pergi.."

" Sini.. Ibu ya yang bicara.."kata ibu meminta ponselku.

Aku memberikan ponsel itu pada ibu.

" Haloo.. Mas ..ini aku Surti..."

" iya.."

" Mas..aku  mau ngajak Bayu kerumah...cuma tiga hari.."

" kayaknya ndak bisa tuuh..."

" Maas.. Sejak kita bercerai aku belum pernah sama Bayu..aku ini ibu kandungnya.." Suara  ibu terdengar meninggi penuh emosi." aku juga berhak sama Bayu..mas ndaak bisa seenaknya gitu.."

Aku bisa menduga ibu pasti mulai mengungkit ungkit kesalahan Ayah.

"Apa sih..yang bisa mas kasih sama dia.. Kere..gitu.Napa dia bisa sakit kemaren...pasti ndak di kasih makan yang benar..kan.

Aku mendelik pada ibu.dongkol hatiku mendengar omongan ibu.Dia tak tahu apa apa malah narik kesimpulan seenaknya.

" Kamu tahu apa..Dasar perempuan gila Harta." kudengar suara Ayah mulai marah.

"Selama hidup denganmu..apa yang bisa kamu berikan..aku ndak  mau Bayu..juga ikut menderita karena..ndak terurus..gitu..

Ibu mulai meledak meledak ,suaranya nyelekit menarik perhatian orang yang lewat. Mereka kaget dan menoleh memperhatikan ibu.

Aku cukup malu dibuatnya.tapi untunglah Ayah memutuskan sambungan.

" Halooo. Mas..." terdengar suara tut,tanda diputuskan.ibu mencoba menelepon kembali,namun hanya suara operator yang terdengar,ponsel sudah dimatikan.

" Bikin kesaal aja"kata ibu sambil mengembalikan ponselku.

"Ayo..Bayu..kita ke mobil"ajak ibu.

" aku ndak jadi ikut."kataku enggan. Aku membayangkan Ayah pasti sangat kecewa.

" Napa... Ibu minta maaf..kebawa emosi.."

aku mencoba menghubungi Ayah,tapi ponsel Ayah tetap mati.kukirim Sms pada Ayah,bila Hape ia aktivkan Sms itu akan terkirim.

"Bayu..papa punya sesuatu.." kata seorang lelaki.

Aku menoleh.lelaki  itu telah berdiri dihadapanku.penampilan cukup menarik,gagah dan tampan.

" sejak menikah dengan ibumu,kita belum pernah bersama,kamu pasti marah sama papa."

Aku hanya diam.pikiranku sibuk menganalisa lelaki menyebut dirinya Papa.Dulu aku berpikir,Suami ibu pasti seorang lelaki tua,buncit dan jelek.Ternyata bayangan itu terbantahkan,Lelaki dihadapanku ini,Ganteng dan mempesona.Tubuhnya padat berotot,dadanya bidang,perutnya kecil dan rata,otot lengannya kekar.

Aku pikir dia pasti sering Fitness,berlatih di Gym.

"Papa bisa memahamimu,Bayu."katanya sambil menyentuh bahuku."kita ke mobil ya.nanti papa cerita lebih banyak."

Aku ingin menolak,namun entah mengapa aku mau saja diajak masuk kemobil.

Tadinya mobil itu diparkir diseberang jalan,dengan posis berlawanan arah.diantara dua jalur dipisah dengan jalur hijau ditengahnya..

Bayangan bisa bebas memainkan PS3,membuatku tertarik untuk ikut.lagian aku merasa Papa tiriku ini  asyik orangnya,kayaknya dia menguasai teknologi.

Beda banget dengan Ayah yang Gaptek,pakai ponsel yang sederhana aja aku mesti ngajarin berkali kali sampai dia paham betul.

Mobil itu sebuah mobil keluarga dengan tiga ruang ,dibagian tengah duduk ibu dan Rani,bukan papa tiriku yang nyetir tapi sopir pribadinya.

Lelaki itu mengajakku duduk dibagian belakang.mobilpun melaju meninggalkan sekolah.melewati jalan menuju kota.

                   Selama didalam mobil aku lebih banyak diam, om Danil lah yang banyak bercerita,setahuku Ayah pernah menyebut nama Suami  ibu sebagai Suryo,padahal itu nama belakangnya,nama lengkapnya Danil Suryo putra.

Aku belum ingin menyebutnya sebagai Papa,ada perasaan Risih dan mengganjal dihatiku,entahlah kalau nanti,mungkin seiring dengan berjalannya waktu pasti akan kupanggil dia papa.

Wajah om Danil ganteng, kulitnya putih dan bersih,dihiasi dengan  kumis tebal yang rapi.matanya hitam dan hidungnya mancung.sorot matanya tajam,namun terasa teduh.

Suaranya keras dan berat seperti suara  lelaki dewasa umumnya,tutur katanya lembut dan bahasanya seperti kaum intelek.

Kutaksir usianya sudah kepala empat.beda tipis dengan umur Ayah.

Ia memakai Baju kaos  krah  ungu,dan celananya terbuat jeans dengan warna biru tua.

" kamu pasti lapar ya, " kata om Danil." tadi papa beli makanan.ada pizza ,fried chicken dan kue brownies."

Om Danil berseru pada Ibu," makanan yang ku beli tadi mana".

" itu dibelakang papa," kata ibu menunjuk ke belakang sandaran jok yang kami duduki.

Om Danil mengambil bungkusan yang terletak di belakang kepalanya.

Semuanya ada ada tiga kantong besar berisi makanan yang di sebutkannya tadi,juga ada tujuh kaleng minuman dan  beberapa botol Aqua.

Perutku mulai terasa lapar,perjalanan kerumah om Danil makan waktu sekitar dua jam.

Om Danil menyodorkan semua makanan itu padaku.

" ini semua Papa belikan khusus untukmu".

Aku memandang Om Danil,pikiranku menerawang,kenapa dia mengistimewakan aku,padahal ada Rani dan ibu yang sudah lama bersamanya.

" Kita makan sama sama ya "kataku sambil mennyodorkan pada Rani dan ibu,juga pada Om Danil sendiri.

" Ran,Tolong bagikan pada Pak Sopir."kataku memberikan sebagian makanan tadi.

Om Danil tersenyum melihat tingkahku," Papa sudah menduga kamu pasti akan membaginya" katanya sambil mengusap  bahuku.

" papa dengar  kamu suka menolong orang ya.pantas kamu disukai banyak orang."

" Biasa aja om" kataku sambil menguyah sepotong pizza.

Rani dan ibu juga turut menikmati makanan itu.

Pak Rudin ,Si sopir juga turut makan.

Mobil Ia berhentikan sebentar.

Om Danil juga sibuk menguyah sepotong Ayam.

"Papa sudah nyuruh juru masak bikin masakan yang enak.ini cuma pengganjal aja."

" Rani mau nambah ya."kataku menyodorkan Ayam goreng padanya.Aku juga menyodorkan pada ibu.

" Jangan nambah lagi,Bayu belum kenyang tuh."kata  Om Danil pada ibu.

Ibu mengangguk penuh hormat,sepertinya  ibu sangat patuh dan penurut pada suaminya itu.

Aku menangkap gelagat  yang kurang baik pada lelaki itu.

" ndak apa ini aja udah cukup kok."

Aku mengambil sekotak Ayam goreng dan sebotol Aqua.

" ini om,aku cukup yang ini aja." kataku sambil menyerahkan  kantong yang lain pada Om Danil.

Mobil mulai melaju, Pak Rudin sudah selesai makan,sekarang konsentrasinya membawa mobil dijalan yang ramai.

Semakin mendekati kota Suramaya,kepadatan makin terasa .

Dibeberapa titik jalan terjadi kemacetan.

Para pelajar Sma tampak bergerombol naik motor,mereka membawa motor seenaknya tanpa

mempedulikan penguna jalan lain.

Suara raungan motor bercampur dengan klakson mobil tak henti hentinya bergaung.

Membuatku merasa tak nyaman dengan suasana ini.

Tapi sukurlah Pak Rudin mengambil jalan  lain untuk menghindari kemacetan  tampaknya  ia supir yang pintar .

Tak seberepa lama mobil  pun bisa melaju kencang.

Dan akhirnya memasuki pemukiman elit,tempat orang orang kaya tinggal,suasananya sungguh sejuk dan asri.

Dikiri kanan jalan ditanami dengan pohon pohon yang rindang.

" kita udah sampai tuh" kata Om Danil ketika mobil berhenti di depan pintu gerbang

Seorang sekuriti berseragam membuka pintu gerbang.

Mobil harus melewati taman dulu sebelum berhenti di depan Rumah megah.

Pak Rudin turun lebih dahulu ,Ia tergopoh membuka pintu belakang tempat duduk om Danil,lalu beralih ke pintu tempat aku duduk.

Kemudian giliran ibu dan Rani.

" Ayo Bayu kita masuk." kata om Danil.

Seorang pembantu perempuan telah membuka pintu depan,begitu melihat mobil masuk.

Om Danil mengajakku duduk sebuah kursi sofa dan ia duduk di  sofa panjang. Posisi kami berhadapan.

kursi itu terbuat dari kayu jati dan dilapisi jok empuk.ada tiga kursi lagi ,dipasang saling berhadapan.

Ditengahnya ada meja panjang divernis warna coklat,juga dengan Kayu yang sama.

" kau ambilah minum untuk kami" kata om Danil pada Ibu.

Ibu mengangguk penuh hormat.

Rani hendak duduk di dekatku.kulihat Om Danil mengibaskan tangannya dan Rani pun masuk kedalam.

Tampaknya Om Danil memperlakukan ibu kurang baik,kurasa dirumah ini banyak pembantu,kenapa ia malah menyuruh isterinya.

Aku memperhatikan lelaki itu,sikapnya begitu ramah dan penyayang padaku.tapi dengan ibu dan Rani begitu dingin dan malah cenderung kasar

Memangnya Apa yang ia Inginkan dariku.

Ibu datang membawa baki berisi teko  kaca dan dua gelas kristal.

Kedua gelas  itu berbentuk panjang dan berkaki.

Ibu menuangkan minuman  dalam teko tadi kedalam  gelas yang tempatkan dekat om Danil,kurasa itu lemon tea dingin.

Gelas om Danil ia isi dengan sempurna,tapi giliran gelas ku diisi,tanpa sengaja ia menyenggol gelas itu dan tumpahlan minuman itu mengenai seragamku.

" brengsek dasar perempuan kampung" kata om Danil. suaranya begitu keras,mengagetkanku.

tangannya melayang hendak menampar ibu.

" Om.. jangaan.." kataku berusaha mencegahnya,darahku mulai mendidih.aku tak terima ibuku diperlakukan begitu.

Om Danil seperti tersadar mendengar Suaraku.

Aku menatapnya tajam.ia menghindari tatapanku.

" oooh.. Maafin..papa.. ." suaranya  mulai melunak.sikapnya pun berubah baik.

Muka ibu memerah," maaf.. Yu.." katanya sambil mengelap bajuku dengan serbet.

" ndaak..apa...biar kulap sendiri."aku meminta serbet pada ibu dan mengelap bajuku yang basah.

Ibu terlihat merasa bersalah.

Ia tampak kikuk dan hanya berdiri memandangku.

Kuperhatikan wajah ibu,seperti ada bekas lebam,tersamarkan oleh bedaknya yang tebal.

Sempat kulihat bibirnya sedikit bengkak.

Aku menduga Ia sering mengalami perlakuan kasar dari suaminya ini.

Mungkinkah ini karma yang ia terima,selama bertahun tahun ia memperlakukan Ayah begitu buruk,sekarang giliran ia diperlakukan  kasar oleh suami keduanya.

Meski ia bergelimang kemewahan,tapi apa gunanya ,kalau ia diperlakukan sebagai pembantu.

Nanti akan kutanyakan pada ibu,apakah ini sudah berlangsung lama atau belum.

" kau siapkan makan untuk kami"kata Om Danil.

Ibu bergegas masuk kedalam.

" maafkan ..papa..akhir akhir ini papa gampang emosi."kata Om Danil berusaha menenangkanku.

" ayo ganti pakaian. Papa sudah siapkan pakaianmu."

Aku mengikuti om Danil kelantai dua,aku melewati ruang tengah dulu sebelum sampai ke Anak tangga.

Semua perabot di rumah ini serba mewah.

Kulihat dua pembantu sedang bekerja,yang agak tua sedang mengelap barang keramik  dan hiasan mahal.

Berbagai lukisan indah terpajang di beberapa dinding,lukisan lukisan itu dibersihkan pakai pembersih bulu unggas.

pembantu   yang agak muda sedang mengepel lantai pakai mesin pel.

Aroma karbol wangi menyeruak kedalam hidungku.

Di dekat tangga terdapat ruang nonton keluarga.dilengkapi seperangkat Home theather kualitas High end. beberapa loud speaker dengan berbagai ukuran.terpasang rapi   mengapit TV LED ukuran raksasa,mungkin ukurannya sekitar 90 inch.

Setelah menaiki beberapa anak tangga,aku sampai disebuah kamar.

Om Danil membuka pintu kamar itu dan mempersilahkan aku masuk.

" ini kamarmu  yu"

Aku tercengang menyaksikan kemegahannya.seperti kamar Hotel berbintang lima.

Ada Spring bed mewah didalamnya.

" Sejak Rumah ini selesai dibangun ,papa sudah lengkapi kamarmu dari sebulan yang lalu."

  Om Danil menunjuk TV LED dengan layar 60 inch dibawah raknya ada Konsol PS3,lengkap dengan 2 joystick wireless.

" kamu suka main game kan".

Aku mengangguk.

Dipojok kiri ada meja belajar besar,lengkap dengan berbagai buku dan alat tulis.

Ada sebuah laptop diatasnya.

" Laptop ini boleh kamu bawa yu."katanya sambil memperlihatkan specnya yang tinggi.

Aku tidak begitu antusias dengan laptop itu.itu hal yang biasa

Tiga bulan  yang lalu Bang Anton,memberiku Pc dengan spec tinggi,lengkap dengan monitor Lcd 17  inch.

"Oh ya ada satu lagi..."

Om Danil membuka lemari  meja belajar itu, ia mengeluarkan sebuah kotak,didalamnya ada sebuah kamera DLSR keluaran terbaru.

" Papa mengikuti akun instagrammu,kamu suka motretkan."

Aku memang suka memotret ,tapi cuma pakai kamera ponsel yang dibelikan Bang Anton.

Objek Apa saja yang menarik,pasti kujepret.

Rumahku.. Ayahku..pemandangan disawah..warga kampung.. Juga sapi betinaku yang mulai besar  dan foto selfie dengan berbagai  gaya dan latar,aku posting di instagram.

Selain instagram,foto foto itu juga di unggah ke Facebook.

Kuamati followerku terus bertambah setiap hari.mereka memuji foto fotoku.

punya kamera canggih merupakan impianku selama ini.

Aku tak tahu harus bagaimana,kalaulah lelaki ini memberikan mobil padaku,pasti akan  tolak karena aku belum pantas pakai mobil.

Tapi ini gadget impianku ,yang selalu kuingini memilikinya.

Lelaki ini berhasil mewujudkan keinginanku.

"Makasih Om.." kataku sambil memegang kamera itu.

Mereknya Nikon, gambar kamera itu pernah aku posting sebulan yang lalu.dibawahnya ada tulisan,'kamera impianku,bisakah aku memilikimu'.

Sekarang kamera ini jadi milikku.aku meletakkan kamera itu diatas meja belajar.

Tanpa sadar aku memeluk lelaki itu.entah kenapa perasaan rikuh berubah jadi kasih sayang.

"makasih banyak.. Om" kataku terharu.mataku mulai basah.aku tak menyangka keinginanku terwujud begitu cepat.selama beberapa minggu aku membayangkan memakai kamera ini,keinginan itu begitu kuatnya,sampai terpikir terus jadinya.

" Papa senang bisa membuatmu bahagia."katanya." kalau mau yang lain minta aja ,pasti papa kabulkan."

Ia membelai rambutku.aku bisa merasakan semua itu ia lakukan dengan tulus.

Om Danil  kemudian menuntunku ke lemari pakaian.

" ganti pakaianmu tuh" katanya sambil membuka pintu lemari.

Aku kaget melihat koleksi pakaian yang ada didalam lemari  itu,melebihi apa yang kupunya di rumah. Pakaian itu tergantung rapi seperti yang ada di mal.ada pakaian santai untuk di rumah dan pakaian untuk keluar rumah,semua modelnya up to date.juga ada beberapa stel seragam sekolah.

Semua pakaian ini kualitas terbaik,bisa kurasakan dari tekstur bahannya.

Kutaksi harga perpotongnya pasti mahal.

" kalau kurang besok kita belanja ke mall."

Warna warni pakaian didominasi warna Biru dan merah,warna Favoritku,tampaknya om Danil tahu banyak tentang aku.

Aku memilih celana pendek kasual dan Baju kaos,model seperti ini paling sering kupakai kalau dirumah.

" mau mandi dulu nggak"

Aku mengangguk,pagi tadi ada pelajaran olah raga,lari keliling lapangan,badanku  jadi berkeringat dan agak bau.

Biasanya pulang sekolah aku langsung mandi.

Om Danil  mengajakku ke kamar mandi.letaknya di pojok kamar ini.

Terlihat mewah seperti kamar mandi hotel.

Ada toilet duduk,wastafel dan shower tentunya.

Satu yang menarik perhatianku, ada Jacuzi di sana.

Jacuzi itu besar bisa muat dua orang,dilengkapi dengan kran air panas dan sejuk.

Aku pernah melihat bokep yang ada jacuzi,dua pemainnya berendam dan bercinta didalamnya.

Om Danil menunjuki cara mengoperasikan tombol dan kran di dalam kamar mandi ini.

" Papa tunggu di bawah ya."

Om Danil pun meninggalkanku.

Aku membuka seragamku dan melemparnya ke baskom pakaian kotor.

Dengan tubuh telanjang aku berdiri di bawah shower.

Suhu air di shower bisa di sesuaikan.

Aku memasang suhu agak panas,hangat hangat kuku.

Airnya sungguh menyegarkan,hangat terasa dikulit dan membuat badan terasa lebih fresh.

Sabun mandinya  lebih wangi dari yang biasa ku pakai.

Aku berkeinginan berendam di jacuzi,pasti asyik banget.

Mungkin nanti malam saja.

Aku menyudahi mandi,perutku sudah mulai lapar.

Dua  helai handuk besar sudah tergantung  dekat wastafel.

Ada warna merah dan biru.aku mengambil handuk biru dan mengelap badanku.

Aku memakai pakaian yamg kupilih tadi.Di rak sepatu aku mengambil sandal karet untuk di pakai dirumah.ada belasan sepatu dan sandal disana.

Aku melangkah mantap keluar kamar.

Di bawah tangga, Om Danil sudah menunggu. Dia mengajakku ke ruang makan.

Ada dua orang pembantu bercelemek disana.mereka terlihat sigap untuk melayani tuan rumah.

Berbagai hidangan lezat tersusun diatas meja kaca, Om Danil mengajakku duduk di satu kursi dan ia duduk di seberangku,posisi kami saling berhadapan.

Seorang pelayan  perempuan berdiri disampingku dan seorang lagi disamping Om Danil.kedua pelayan itu masih muda dan lumayan cantik.mereka pakai seragam biru dan putih,dan celemek dengan motif bunga bunga.

Rasanya seperti makan di Restoran mewah saja.

Pelayan itu menuang air  ke dalam gelas kristal.aku merasa risih dan tidak nyaman dengan kehadiran pelayan ini.

Biasanya aku makan lebih santai dengan Ayah,kami bahkan menghabiskan waktu cukup lama di meja makan.

Aku tidak melihat Ibu dan Rani,apakah Om Danil selalu makan sendirian?.

" Ayo makan..." kata Om Danil. Aku belum menyentuh apa apa. Om Danil  sudah mulai menyuap makanan.

Aku menggeleng.

" kenapa ...makanannya ..lezat.tuh."

" Aku mau Ibu dan Rani juga ikut makan disini."

" Oh.. Iya...kamu benar"katanya seperti baru menyadari kehadiran ibu dan Rani." ..udah lama kami tak makan bareng."

Om Danil menyuruh pelayan disampingnya untuk membawa ibu dan Rani.

Aku harus pandai mengatur Lelaki ini,biar ibu tak jadi korban kekerasannya.Bila  ia ingin aku sering kemari,Dia harus memperlakukan ibu dan Rani dengan baik.

Ibu datang bersama Rani, ia telah berganti pakaian, pakaian ibu terlihat jelek dan agak kumal,tidak tampak kalau ia Nyonya  di rumah ini.seperti pakaian pembantu yang kulihat di rumah ini.

Jauh beda dengan pakaian yang ia kenakan tadi,serba mentereng.Apakah tadi cuma kamuflase saja,untuk menunjukkan pada orang,kalau itu Si Nyonya,bukan seorang pembantu kalau di rumah.

Pakaian Rani terlihat santai,ia pakai celana pendek dan baju warna merah,rambutnya dikepang.Ia terlihat ceria.

" sini duduk dekat abang .."

Rani tersenyum manis.Kuminta minta ibu duduk di samping om Danil,tapi  ibu malah menggeser kursi dan duduk disamping Rani.

Sikap Om Danil begitu Dingin.sepertinya Ia tak suka kalau ibu dan Rani makan bersamanya,senyuman dan perhatian yang ia berikan terkesan di paksakan.

Terlebih sikap ibu,ia tampak berhati hati,takut membuat Om Danil marah.

Aku pun mengambil inisatif.aku bersikap seolah olah akulah tuan Rumah.

Aku meminta pelayan disampingku untuk menyendokkan nasi untuk ibu dan Rani.

" silahkan diambil saja Bu." kataku sambil memandang Om Danil,dia tersenyum kaku.

Ibu hanya mengambil lauk yang ada didekatnya saja,sepotong ikan dan sambal.

" adik mau yang mana "aku beralih pada Rani.

Rani memandang Om Danil,matanya menyiratkan ketakutan.

" mau Ayam goreng ini."kataku sambil mengambil sepotong dada Ayam bumbu.

Rani tersenyum tanpa bersuara.ia pun mulai makan.

Setelah melihat Ibu dan Rani,aku pun melirik menu yang lain.

" Coba yang ini Yu " kata Om Danil menyodorkan piring berisi Udang Asam manis.

Aku menambah udang tadi kepiringku dan mulai menikmatinya.

Rasanya sungguh lezat dan mantap dilidah

Om Danil sibuk menyuguhiku dengan berbagai menu lain yang ada di meja ini,tak sekalipun Ia berbicara pada ibu dan Rani.

Semua masakan dimeja ini dibuat juru masak hebat,tanpa terasa aku makan banyak dan perutku jadi buncit kekenyangan.

Ibu dan Rani juga makan banyak,setiap makanan yang di sodorkan Om Danil juga kusodorkan lagi pada Ibu dan Rani.

Om Danil tersenyum melihatku makan banyak.

Selesai makan,ia mengajakku keruang perpustakaan pribadi.

Disana  ada seperangkat Sofa,kami duduk berhadapan.

Diatas meja ada banyak majalah berbahasa inggris.

Seperti,Time,Newsweek,bahkan kulirik ada majalah playboy,dengan gambar wanita telanjang artis hollywood.

Melihat majalah Playboy tadi,aku berpikir Om Danil itu straight,jadi aku tak kuatir kalau Ia tertarik secara sexual padaku.

Aku belum berminat untuk ngeseks dengannya.

" kamu suka bahasa inggris ya"

Aku mengangguk.

" udah lancar dong."

" a little."

" Papa kuliah S1 di luar negeri lho"

" Di mana Om" tanyaku mulai tertarik.

" In America."

Om Danil  menceritakan pengalamannya selama kuliah di USA, ia menjelaskan dalam bahasa inggris,fasih banget.

Aku mulai mengagumi Papa tiriku ini,ia bisa ku jadikan patner untuk memperlancar bahasa inggrisku.

Kemampuan listeningku masih kurang,dibanding reading,aku belum bisa menangkap kata katanya dengan jelas,Om Danil memperlambat bicaranya dan dicampur bahasa indonesia.

Berbincang dengan Om Danil,ternyata mengasyikkan.

Pengetahuannya luas,ia tahu banyak tentang novel bagus.

Perkembangan gadget dan sains terkini.

Ia juga pandai mengemas lelucon.

Joke segar dan cerdas sering terlontar dari mulutnya.

Membuat suasana jadi ceria,Aku jadi sering tertawa dibuatnya.

Lagi lagi Asyik kami bercengkrama,Tiba tiba masuk seorang pelayan perempuan.

" maaf Tuan menggangu, Ibu tuan datang"kata pelayan tadi dengan hormat.

"Sendirian"

" berdua dengan cucu perempuan"

" oke.sebentar  lagi kutemui."

Pelayan itu pun berlalu.

" Bayu..Oma datang tuh.."katanya mulai serius." papa akan perkenalkan kamu pada oma."

Om Danil merangkul bahuku." papa ingin perkenalkan kamu pada keluarga besar papa, oma ,opa ,tante dan saudara serta keponakan papa yang lain."

" tapi sebelumnya Papa minta satu saja.. Yu"kata Om Danli

Setengah berbisik." kamu maukan memenuhi keinginan papa."

Aku memandang Om Danil penuh tanya,sebelum aku sempat menebak apa keinginannya Om Danil melanjutkan kalimatnya.

" Papa ingin kamu.. Memanggil Papa..dihadapan Keluarga besar dan teman teman papa."

Aku merasa lega,  cuma itu toh permintaannya.

"Iya.. Om.. Ehh. ..Papa.."ada rasa aneh dihatiku menyebut kata itu.

" Ulangi Yu.."

" PA..Pa.."

Om Danil tersenyum bangga ," Thank you, my son".

Ia mencium pipi kiriku.

" Ayo kita temui  Oma."

Om Danil merangkul bahuku dan kami pun berjalan beriringan menuju ruang tamu.

avataravatar
Next chapter