9 9 Sakit itu Berkah

Sepandainya aku menjaga

kesehatan,aku jatuh sakit juga

hari sudah beranjak  pagi,aku 

masih berbaring ditempat tidur.

Ayah sudah bangun dari  tadi , ia 

sibuk didapur memasak  buat sarapan.'

Kali ini ia membuat bubur kacang hijau ditambah ketan putih.

Ayah heran melihatku masih berbaring." Lho  kok ndak  mandi  yu."

Aku  menggeleng pelan badanku 

terasa lemah, dari tadi malam aku merasa tak nyaman, aku tak tega membangunkan Ayah ,tidurnya 

begitu pulas.

Aku pikir paginya kondisiku akan 

baikan, namun suhu badanku  

malah makin tinggi.

Aku tak tahu apa ini karena  

kemaren aku pulang hujan hujanan.

Atau karena sebab lain.

Ayah mendekatiku "  napa yu".

Ia meraba keningku dan terkejut merasakan  panasnya

" kamu sakit "

Aku mencoba tersenyum,namun 

bibirku pucat.

Ayah terlihat panik."Ayah akan panggil  dokter yu."

Ayah membawakan aku bubur kacang ijo.

" sarapan dulu ya."

Aku menggeleng  kepalaku terasa sakit.napsu makanku hilang.

Ia menyuapkan bubur itu kemulutku." Nanti aja yah".

Dalam keadaan sehat aku bisa menghabiskan sepiring bubur sebelum berangkat kesekolah.

Tapi saat ini semua terasa pahit.

Ayah menelpon mas parjo." Jo. Aku boleh minta tolong ndak".

"Ada apa kang ".terdengar suara parjo lewat speaker.

"Bayu sakit jo."

"Sakit apa kang."

" ndak tau badannya panas jo,

harus dibawa kedokter.

" iya kang ntar lagi aku pulang 

sayurku udah mulai habis nih."

Ayah mematikan hpnya. 

Ia lalu membawa baskom kecil,serta handuk tangan

Ia basahi handuk itu di tempelkan di keningku.

Kening ku terasa adem,namun 

kepalaku masih berdenyut.

Ayah juga menelepon pak Rasyid wakil kepala sekolahku.ia mengabarkan aku sakit.

Aku pun melajutkan tidur,entah berapa lama aku tidur.

Ayah membangunkanku.

" Bayu bangun nak" kata Ayah  menguncang tubuhku.

Saat membuka mata aku melihat seorang perempuan berpakaian putih  didepanku.

"Sakit apa yu." Katanya ramah .ia dokter  Friska,dokter umum di puskesmas.

"Ndak tau kak badan ku panas gitu."

"  coba kakak periksa ya.'.

Dokter itu mengambil stetoskop  dari tasnya,ia tempelkan alat itu di badanku, dan mendengarnya dengan teliti.ia juga memeriksa bagian mulut dan kornea mataku dengan senter kecil

Perut dan dadaku ia ketuk dengan ritme tertentu .  Lalu  a  mencubit lenganku.

Setelah itu ia pasang sabuk dilenganku dan ia pompa ,sabuk  itu  pun mengembung,menjepit lenganku.

" kamu terkena cacar air." Kata dokter itu setelah selesai memeriksa semuanya.

" cacar air?".aku merasa ngeri.

"bahayakah itu kak".

" nggak yu.yang penting kamu harus banyak istirahat dan rajin minum obat ya."

" badanku pasti akan bentol bentol.

Nantinya.

" iya.tapi kamu nggak  usah kuatir paling lama  tiga hari bentol itu akan menyusut."

Dokter Friska menulis sesuatu di selembar kertas putih.

" pak tolong resepnya ditebus di puskesmas,ya."kata Dokter Friska pada Ayah."obat yang dua lagi, tak ada disana,jadi harus dibeli di apotik.

" biar aku saja kang yang nebus obatnya."kata mas parjo.

" iya jo ,ntar ku ambil uang dulu ya"

" pakai uangku aja kang . Paling ndak mahal kok"

Ayah membuka lemari  dan mengambil uang, saat ia keluar parjo sudah pergi.

Dokter Friska masih menemaniku.

" kamu sudah sarapan yu."

Aku menggeleng.

" sebelum obatnya datang, sarapan dulu ya."

" kamu pengen makan mie rebus nggak  kakak bisa bikinin."

" ndak kak. Makasih "

" nggak apa yu kakak yakin kamu pasti berselera."

Kak Friska selain bekerja sebagai dokter,ia juga pandai memasak.aku sering diajak makan dirumahnya.

Ia sudah menganggapku sebagai adiknya sendiri.

"Ntar ya  kakak bikinkan."katanya .

" lho ndak usah repot dokter.biar saya aja bikin."kata Ayah saat kak Friska hendak memasak mie rebus.

"Nggak apa pak. Bayu telah menyelamatkan saya. Sudah seharusnya saya melakukan sesuatu untuknya"

Ayah pun membiarkan kak Friska memasak didapur.

Dua minggu  yang lalu Aku menyelamatkan Dokter cantik itu dari perkosaan.

Saat itu aku baru turun dari Angkot.

Jarak dari jalan raya kerumahku cukup  jauh.aku harus melewati kebun dan rumah tetangga untuk sampai dirumah.

Entah kenapa siang itu aku tergoda untuk melewati jalan pintas.jalan itu penuh semak belukar  dan tidak terurus.

Hampir tak ada orang yang lewat di situ,konon katanya tempat itu angker dan penuh dengan ular berbisa.

Sepertinya ada yang membisiki untuk lewat disana.

Dan memang ada sesuatu yang terjadi.

Disebuah rumah yang tidak terawat aku mendengar jeritan pilu seorang perempuan.

Aku mendekat dan  mengintip dari jendela yang terbuka.

seorang lelaki berbadan besar  sedang membungkuk  dan hendak mencopot pakaian   seorang perempuan.

Meski kedua tangan perempuan itu terikat dari belakang.

Ia Melakukan perlawanan dengan berteriak namun penjahat itu menamparnya dan mengancam dengan parang.

Aku yang merasa sok percaya diri berani menantang lelaki itu.tanpa menaksir kekuatan lawan.

Aku masuk lewat lubang pintu yang terbuka.

"Oii .. lepaskan.. dia.. "teriakku.aku berdiri menantangnya.ku pikir mudah saja mengalahkannya.

Namun  kebodohanku nyaris merenggut nyawaku.

Lelaki  itu yang tadi memunggungi ku ,berbalik dan menatapku dengan pandangan marah.

Mukanya penuh bopeng, dan sangat beringas.

Ia mengambil parang yang terletak di atas meja,lalu menyerangku.

Aku gelagapan ,tak siap diserang begitu cepat.

Namun secara reflek aku bisa mengelak.

Orang itu tampaknya ingin membunuhku, ia menyerang secara membabi buta.

Aku harus terus mengelak untuk menghindari sabetan parangnya yang terlihat tajam .

Sesekali aku bisa  juga menyerang, lelaki itu hanya mengandalkan parang untuk melawanku ia tak punya jurus apa apa.

Saat ia lengah aku berhasil menendang perut buncitnya,ia meringis.

Parangnya jatuh.

Pertahanannya pun lumpuh.

Aku tendang selangkangannya dengan kekuatan penuh.

Ia  terduduk di atas rumput liar.yang tumbuh dirungan itu.

Aku bermaksud melumpuhkan lelaki itu dengan tendangan kaki kanan.

Namun secara tak terduga ia mengambil parang yang tergeletak disampingnya,lalu menyabet kaki  kiriku.

Terlambat bagiku untuk mengelak,parang itu berhasil melukai betis kiriku dan aku  pun terjatuh.

Darah mengalir dari betisku,rasanya sungguh perih.

Aku coba hentikan pendarahan itu namun tak sempat lagi.

Melihat aku terjatuh dan berdarah, penjahat kelamin itu bangkit dan  menyerangku dengan rasa marah yang memuncak.

Aku tak bisa mengelak lagi.sepertinya aku akan mati di tangan lelaki itu.

Detik detik terakhir,aku ingat pak Sobari pernah mengisiku dengan ajian tenaga dalam.

Ajian itu hanya bisa di pakai dalam keadaan terdesak. Dengan cara menyerap energi kemarahan lawan dan bisa dipakai menghantam balik.

Aku menarik napas dalam dalam,ku tegakkan  kedua telapak tangan seperti orang sedang mendorong.

Kedua telapak tangan tadi kutarik kebelakang berbarengan dengan tarikan napas.

Saat penjahat itu semakin dekat  aku lontarkan pukulan jarak jauh, dengan cara mendorong  kedua tanganku kedepan..

Hasilnya sungguh menakjubkan. penjahat   itu terpental beberapa meter kebelakang .

Darah segar menyembur dari mulutnya ia jatuh terlentang di atas tanah yang berumput.

Lelaki ganas itupun pingsan dengan mulut berlumuran darah.

Aku mendekat.ku amati wajahnya lekat lekat. Mukanya bopeng bopeng dengan banyak bekas luka sayat.

Aku belum pernah melihatnya sebelum ini.

Ku tempelkan tanganku di dadanya,untuk menyalurkan hawa murni.

Ia bisa tewas kalau tidak  ditolong.

Aku mendekat kearah perempuan itu.ia terbaring  diatas dipan kayu yang sudah mulai lapuk.

Kedua tangannya terikat  kearah belakang.

Bajunya yang putih berubah kotor dan acak acakan.sebagian robek di sana sini,menampakkan kulitnya yang mulus.pipinya merah terkena tamparan. Ada sedikit darah di sudut bibirnya.

Sekarang aku bisa mengenali perempuan itu dengan jelas.

ia dokter di puskesmas kampungku

Aku membuka ikatan dikedua tangannya ,juga kain yang menutup mulutnya.

Gadis itu terlihat syok dan lemah.

Aku membantunya berdiri.

"Kakak bisa jalan ndak"

Dokter itu mengangguk.

Kulihat di  bawah  meja ada tas hitam milik dokter itu.isinya sudah berserakan.

Sekarang aku mengerti mengapa dokter itu sampai di sini,ia pasti dijebak bajingan itu dan dibawa kemari untuk di perkosa.

Ku pandang lelaki brengsek itu ,ia masih pingsan.

Aku mengikat pejahat itu  dengan tali yang dipakai untuk mengikat  dokter Friska.

Bisa saja sewaktu - waktu  lelaki itu siuman dan melarikan diri.

Kakiku juga terluka,dokter itu menyuruhku membalut dengan perban yang ia simpan di tasnya.

Meski kakiku juga sakit.aku memapah dokter Friska keluar dari situ.

Sampai dipinggir jalan ,aku minta tolong warga yang lewat.

Dalam sekejap kami dikerumuni warga.

Aku  menyuruh mereka memanggil polisi.

Penjahat itu adalah tersangka yang sedang di cari polisi. Ia telah membunuh dua orang gadis di daerah lain.

Sebelum gadis gadis itu dibunuh mereka terlebih dulu di perkosa secara brutal.

Dokter Friska nyaris jadi korban ketiga.

" Bayu. .. mie nya sudah masak dik."

Dokter Friska membawa semangkok mie rebus dan segelas susu putih.

"  kakak ndak usah repot gini."

" ayo dimakan".Aku duduk  dan bersandar di dinding.

" kakak suapin ya"

Aku menggeleng.

" nggak apa pa yu."

Aku membuka mulut dan menerima suapan mie itu.rasanya enak dan pas dilidahku.

Beda banget jika aku yang bikin sendiri.

" Di minum susunya ya."kata kak Friska setelah aku menghabiskan beberapa suapan.

Aku meneguknya sedikit.mas parjo datang membawa obat.

Ayah dan  mas parjo ngumpul  di dekatku.

"Minum obatnya yu" kata Dokter Friska.obat itu berjumlah lima macam.

" obat ini akan mengurangi bintik ruam di kulit mu."

Setelah memastikan aku menelan semua obat  yang di berikannya.

Kak Friska pamit .

" kakak mau balik ke puskesmas dik.

Ntar sore kakak kesini lagi.

kalaa ada apa  apa telpon kakak ya."

Aku mengganguk dan tersenyum.aku mengagumi pribadi dokter Friska, selain cantik, ia punya dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya.

Ia selalu tersenyum ramah ,meskipun terlihat capek.

Sayangnya,ia hanya  bertugas setahun di kampungku.masa tugasnya  pun tinggal empat bulan lagi.

" gimana yu ngerasa baikan." Tanya mas parjo setelah kak Friska pergi.

" dikit .makasih mas"

" nih.aku bawa apel dan anggur.jeruk sunkist juga ada."

Semua buah itu di letakkan dalam piring besar.

" ndak usah ribet gitu  mas."

" ndak apa yu.kamu kan lagi sakit harus dimanjain."

"Mau yang mana dulu dik."

Aku menunjuk jeruk sunkist.mas parjo mengupas dan menyuapkan kemulutku.

Selang berapa lama, obat itu mulai bekerja ,rasa sakit mulai berkurang dan mataku  ngantuk lagi.

" aku  mau tidur.. Ngantuk.. kataku sambi lmenguap.

Mas parjo mengecup pipiku dan beranjak keluar.

Jam satu siang Ayah membangunkanku untuk makan.

"Bayu ..makan..ya nak.."

Ayah membawa Ayam bakar yang diolesi kecap hitam  satu ekor utuh.diletakkan dalam piring besar.

  Dihiasi dengan daun salada dan potongan tomat.

Ayam itu di letakkan dimeja kecil, ada juga sepiring nasi dan semangkok sup.

Ayah  memotong  bagian paha ayam dan menempatkan dalam piring yang berisi nasi yang diberi kuah sup.

" nih enaak yu. Ayah beli direstoran elit "

Aku merasa Ayah menghamburkan uang untuk  itu.

"Pasti mahal ya."

"Ndak apa.yang penting kamu bisa makan banyak ,biar cepat sembuh."

Ayam kecap itu sungguh enak, Ayah senang melihatku makan banyak.

Tiba tiba ponsel ku berbunyi.Dari kak Friska.

" gimana dik udah baikan. " kata kak Friska.

"Sakitnya agak berkurang. Bintik bintiknya mulai muncul nih."

" nggak usah cemas. Cacar memang begitu.'

" kamu udah makan. "

" barusan selesai kak."

" diminum obatnya ya."

" iya kak"

Ku letakkan ponselku di samping  bantal.setelah diputus.

Ayah memberiku obat dan aku menelannya dengan segelas air putih.

Ayah mengupas Apel yang ada diatas meja.ia memotong menjadi beberapa bagian.

Ia suapkan potongan itu kemulutku.

Manis Apel itu bisa menghilang kan rasa pahit obat.

Aku meminta Ayah mengambilkan

tablet pc yang ada diatas rak buku.

Aku habiskan siang itu dengan main game di tablet pcku.

Obat itu mengandung efek mengantuk.

Aku kembali menguap. Dan tidur lagi.

Sore menjelang malam aku terbangun oleh suara Toni yang sudah berada di sampingku.

Begitu membuka mataku.Toni menyapaku.

" Apa kabar Jagoan" katanya cengesan.

Ia pasti sudah tahu sepak terjangku melawan Jambrong dan si penjahat kelamin itu.

" Jagoan bisa sakit juga ya."kata toni berkelakar.

Aku sedikit tersinggung dengan ucapan toni itu.

Aku mencubit pinggangnya, tak begitu  kuat karena tenaga ku belum pulih lagi.

Toni sedikit meringis." Nih anak ndak sakit ndak sehat  nyubit melulu." Kata Toni dengan gaya yang lucu.

Aku tertawa geli."emang aku superman ndak bisa sakit."belaku.

Toni juga tertawa.setiap  hadir toni selalu membawa suasana ceria 

dan bahagia bagiku.

Mulutnya yang suka usil membuatku gemas ingin selalu mencubitnya.

" aku bawa novel  terbaru buatmu,biar nggak bete berbaring terus."

Toni memberikan novel itu ketanganku,Novel Dan Brown dengan judul Inferno.novel yang sudah lama kuinginkan untuk membacanya,namun aku belum punya  uang untuk membelinya.

" makasih ton.kamu tau aja yang kuingini."

Novel itu masih di segel dengan plastik.aku meletakan disamping bantal.nanti akan ku baca.

"Gimana sekolah barumu Ton." Tanyaku.

Toni sudah lulus Smp dan melanjutkan ke Sma negeri.aku sekarang duduk  dikelas tiga.

" asik yu.banyak pelajaran baru.aku harus belajar  giat biar ndak keteteran."

"Tapi aku yakin kamu bisa pertahankan prestasimu,kamu kan jenius"

" Biasa aja yu.yang lebih pintar banyak  kok di sma itu."

Aku juga ingin melanjutkan ke sma.

Begitu sembuh aku akan belajar lebih giat lagi.Biar dapat nilai bagus.

" yu aku bawa soto buatan mamaku" kata Toni menyerahkan rantang stainless yang berisi  soto Ayam yang masih hangat.

"Begitu dengar dari mas parjo kalo kamu sakit aku langsung minta mama bikinkan buat kamu".

" makasih Ton.ndak usah repot bawa makanan segala.kamu datang aja aku udah senang."

"Ndak apa. Kamu kan lagi sakit.

Rantang  itu terdiri dari empat lapis disusun bertumpuk.

Toni membuka rantang itu satu persatu,selain soto,ada nasi, perkedel dan Ayam di rantang yang berbeda.

" ini banyak banget.aku ndak bisa ngabisin sendiri. Kita makan bareng ya."

"Ndak yu ini buat kamu semua."

" kamu jahat.masak suruh aku ngabiskan semuanya.kalau kamu  ndak mau aku juga ndak mau ah.

"Iya deh."

Ayah masuk ke kamar.ia baru selesai mandi. Begitu melihat Toni ia menyapanya.

"Apa kabar toni."

" baik om."

Ayah berpakaian,lalu ia duduk dekatku.

" Ayah tolong bawa ini ke meja makan,Toni mau makan bareng."

"Makasih Ton"kata Ayah.

Ayah membawa rantang tadi ke meja makan ia menatanya dengan rapi.

Ayah kembali ke kamar .ia membawa ember berisi air hangat dan handuk kecil.

" di lap dulu yu, biar bersih,kamu kan ndak boleh mandi."

Ayah membuka baju dan celanaku,juga kolorku.

Bintik bintik merah terlihat di tubuhku yang telanjang.

Ayah membasahi handuk kecil tadi dan mengelapnya keseluruh tubuhku.

Setelah bersih ia menaburi bedak yang disarankan oleh dokter Friska.

Lalu ia memberiku pakaian bersih .

"Udah bersih sekarang"kata ayah.  "yok kita makan".

Ayah menggendongku ke meja makan.ia mendudukkan aku di sampingnya.

Toni  duduk dihadapan kami .ia terlihat canggung.

" santai aja ton" kataku"ndak usah sungkan gitu."

Ayah mengambilkan nasi buat Toni." Ini Ton.lauknya diambil sendiri.ada Ayam kecap dan Acar."

"Iya om. Makasih."

Melihat Toni belum menyentuh makanannya Ayah berinisiatif menambahkan lauk kepiriing Toni.

Toni pun mulai makan,setelah ku pelototi terus.

Ayah menyuap kan aku nasi dicampur soto buatan mama toni.

" cobain yah sotonya enak lho."

Ayah mencoba soto itu dengan sendok." Hmm..enak ..kata Ayah. "mamamu pintar masak... ya ton.

Toni terlihat sumringah."iya om"

Aku menyuruh Ayah meletak piring nasi itu di depanku."  Biar Aku nyuap sendiri aja ,Ayah makan ya."

Ayah tampak keberatan.Tapi ku pelototi ia.

Rasa sakit  di badanku sudah berkurang.

Ayah mengambil nasi dan lauk, lalu ia makan.

Soto itu sangat banyak, Ayah membagi  jadi tiga piring,untukku,Toni dan dirinya sendiri.

Toni mulai terlihat santai,ia makan dengan lahap.

Aku makan hanya sedikit,napsu makanku masih belum pulih.

Ayah makan banyak,ia menyikat semua hidangan di atas meja.

" abisin tuh" kataku sambil menunjuk soto dipiringku yang masih tinggal separoh.

Ayah tampak ragu.

" Aku udah Enek"kataku sambil menggeleng.

Ayah pun menghabiskanya.

Toni makan juga banyak.,ia sudah menandaskan makanan dipiringnya.

" mau nambah ton."kataku.

Toni memandangku, ia baru sadar kalau aku makan hanya sedikit.

Ia tampak merasa bersalah.

" ndak yu...aku dah kenyang."

Aku mengambil anggur yang dibelikan mas parjo,lalu kumakan beberapa buah.

Ayah pergi ke dapur, ia mencuci rantang Toni dan kembali dengan membawa rantang yang sudah bersih.

" aku pulang  yu.cepat sembuh ya." Kata toni pamit padaku.

" makasih ton"

Toni mengecup pipiku.pipiku masih mulus belum ada bintik bintiknya.

Ia juga pamit pada. Ayah.

," kirim salam buat papa dan mamamu Ton"kata Ayah.

" I ya om"

Setelah Toni pergi Ayah mengangkatku ke Ruang tengah untuk nonton Tv.

" obatnya belum diminum tuh."

" nanti aja pas mau tidur, obatnya bikin ngantuk ,"

Ayah menyetel acara YkS.

Ia pun terpingkal menyaksikan kekonyolan pemainnya.

Aku cuma tertawa kecil.

saat Soimah menyanyi aku jadi ingat Ibu.

Di kala sakit seperti ini betapa aku sangat merindukan kehadiran ibu.

Aku rindu akan belaiannya.

Aku juga merindukan Rani  adik perempuanku ,sungguh senangnya hatiku bila keluargaku kembali utuh.

Aku membayangkan Ada Ibu dan Rani dirumah ini dan kami saling bersenda gurau menghabiskan malam dengan nonton Tivi,tertawa bersama,Saling bercerita.

Ayah dan  ibu akur kembali.

Dan aku membantu Rani mengerjakan PR nya.

Alangkah indahnya bila semua itu terjadi.

Tanpa terasa air mata mengalir di pipiku.semakin aku membayangkan ibu dan Rani,air mata semakin deras mengalir.

Ayah mendengar aku terisak ,ia memandangku heran.

" napa  yu." Katanya dengan nada cemas.

Aku menggeleng." Ndak " kataku sambil berusaha menahan tangis.aku tak ingin Ayah tahu,bahwa aku sedang memikirkan ibu.

"Apa yang sakit yu."

"Yah aku minum obat sekarang."kataku mengalihkan perhatian.

Ayah mengambil obat dikamar dan membawanya beserta segelas air putih.

 

Setelah obat  kuminum semua.. aku bersandar di badan Ayah.

Acara Tv semakin lama tampak semakin kabur dan aku mulai menguap.

Ayah mengangkatku ketempat tidur.

Dan membaringkan aku dengan tenang.

Esok paginya aku bangun agak siang.perutku mules ingin ke wc.

Badanku masih lemah untuk berjalan.namun ku paksakan

"Mau kemana yu." Kata Ayah saat melewati dapur.Ayah sedang minum kopi.

"Perutku sakit pengen ke kakus."

Ayah hendak mengendongku, tapi ku cegah, " aku bisa sendiri,tolong ambilkan air yah."

Kakus itu baru di bangun beberapa bulan lalu, letaknya tiga meter dari kamar mandi.

Biasa nya aku harus ke parit untuk buang air besar

Setelah airnya diantar Ayah, aku menutup pintu kakus ,kubuka celana boxer dan jongkok.

Ku tumpah kan segala yang mengganjal diperutku.

Setelah selesai aku  pergi kekamar mandi, ku cuci tangan dengan sabun hingga bersih.

Lalu aku menggosok gigi.

Dan mencuci muka.aku merasakan wajahku masih mulus belum tersentuh virus cacar itu.

" mau mandi yu."kata Ayah.

Ayah sudah berdiri didepanku. "Pakai air hangat mau ndak."

Aku mengangguk.

Ayah mengambil air panas yang ia masak  di periuk ,terletak  diatas tungku.

Ia menuang air panas dari periuk itu ke dalam ember,dan membawa ember tadi ke kamar mandi.

Air panas itu ia campur ke dalam baskom besar berisi air sumur.

" kelewat panas ndak" tanya Ayah. ia mencelupkan jarinya.

Aku mencelupkan tanganku "panas banget yah."

Ayah mencampur lagi dengan air dingin,setelah dirasa pas,ia menyuruhku buka celana. 

Aku berdiri telanjang.

" Bercak bercaknya ndak begitu banyak ya."kata  Ayah sambil mengamati badanku.

Ayah mengguyur badanku dengan air hangat,kurasakan kesegaran badanku,rasa lepek  yang hinggap dibadanku berganti dengan bersih dan kesat.

Dulu waktu aku kecil Ayah lah yang memandikanku dan menggosok badanku hingga bersih.

Bahkan sampai kelas enam SD Ayah masih sering memandikanku.

" jangan dimainin" kataku protes,saat Ayah memainkan penisku sehingga jadi ngaceng.

"Aku lagi ndak pengen."

Tiap kali memandikanku Ayah selalu aja memainkan penisku hingga  jadi ngaceng

" ndak Yu Ayah cuma bersihin aja kok."bela Ayah  sambil tertawa.

"Kamu aja yang lagi sensi".

Selesai mandi ayah melilitkan handuk dipinggangku lalu ia angkat aku kekamar.

Ia memberiku pakaian bersih.

" Ayah bikin nasi goreng terasi.sarapan yuk."

Ayah pergi dulu kedapur.aku masih menabur bedak kebagian badanku yang ada bercak merahnya.

Aku lalu menyusul ayah kedapur.

Ayah sudah menyiapkan nasi goreng  diatas piring besar,dihiasi daun selada dan telur matasapi.

juga ada kerupuk emping.

" mau Ayah suapin yu."

Aku menggeleng. aku duduk disamping Ayah.

Uap panas masih mengepul  dipiring itu,ku coba makan sesuap.

" hmmm...enaak.. kataku memuji masakan Ayah." Masakan Ayah selalu enak."

Aku melahap beberapa sendok lagi.

Ayah terlihat gembira.

" abisin Ya.masih banyak tuh.

Setelah diberi suntikan  vaksinasi kemarin sore,nafsu makanku  mulai naik.

Ayah juga makan .

Tiba tiba kudengar  suara mas Parjo  dari depan.

" kang Ris"panggil parjo.

Ayah menyahut panggilannya.

" langsung aja  ke dapur jo."

Parjo muncul dengan membawa dua butir kelapa hijau dan kantong plastik.

" sarapan jo." Kata Ayah berbasa basi.

" ndak  mas. "

Ayah menyeret parjo ke meja makan dan  mendudukannya dikursi.

"pake sungkan lagi.  Habis jualan Kamu pasti laparkan kan"

Ayah mengambilkan parjo nasi goreng lengkap  dengan telor dan kerupuk emping.

":silahkan jo"

Parjo mengangguk. " makasih kang"

" Gimana Yu udah baikan.'tanya parjo padaku.

" lumayan mas ,bercak nya ndak banyak."kataku." Ayo mas dimakan"

Parjo mengangguk dan menyuap nasi goreng itu.

" hmm.enaak kang." Kata parjo sambil menguyah.

'Ada pete mau ndak."

Parjo mengganguk. Ayah menyodorkan pete muda yang telah

Di kupas  pada parjo.

Parjo mengambil  beberapa butir lalu menguyah dengan nikmat.

Mas parjo menyodor pete dalam mangkok itu padaku,aku menolak, aku tak suka pete,kalau jengkol aku doyan.

Ayah mencomot beberapa butir pete lalu mencampurnya dengan nasi goreng dan menyuapnya.

Setelah makan aku minum susu sapi segar.

"Yu. Mas bawa kelapa hijau kalau di campur madu bisa percepat penyembuhanmu."

"Makasih mas."

Ayah menghisap rokok.  Ia duduk menjauh dariku,tak ingin aku menghirup asap beracun itu.

Ayah sudah mengurangi jumlah rokok yang hisap setiap hari.

Kelapa hijau yang dibawa mas parjo dibelah Ayah,airnya ia tampung dalam teko plastik,ia tuang air kelapa tadi kegelas besar dan ia beri madu beberapa sendok makan.

Ayah mengaduknya sampai rata,lalu ia berikan padaku.

" minum yu."

Aku meminumnya,rasanya segar dan manis.

Aku  pun menghabiskannya .

"O iya Yu. Jadi lupa nih." Kata mas parjo." Tadi di pasar mas ketemu Rangga, dia nitip ini."

Parjo menyerahkah  sebuah kantong plastik .

Didalamnya ada Aneka kue basah, roti tawar dengan selai,sekaleng susu dan beberapa buah Apel berwarna hijau dan merah

" Dia bilang belum bisa datang. Mas udah kasih nomermu padanya.ntar dia nelpon."

Rangga sobat terbaikku selain Toni,usianya beda tiga tahun dariku.wajahnya ganteng dan menyenangkan.

Dia tak sekolah lagi,hanya sampai kelas dua smp,sekarang dia  jadi sopir truk.

Ponselku berbunyi. Dari nomor tak dikenal .setelah kuangkat ternyata dari Rangga.

" mas parjo  bilang kamu sakit ya." Kata Rangga diujung telepon.

" iya.udah mendingan kok."

" bungkusannya sudah dikasih mas parjo kan."

" udah ngga.banyak banget isinya,ngabisin duit aja tuh."

" ndak apa Yu.kebetulan aku lagi dapet banyak orderan,jadi keluar duit segitu ndak berasa.kamu kan dah sering nolong aku.,

" makasih ngga."

" maaf ya Yu aku belum bisa jenguk kamu,aku harus keluar kota."

"Ndak apa ngga.aku dah senang kamu telpon aku."

" udah ya.cepat sembuh yu."

Lala terdengar suara tuut..tuut.

Aku memandang kue pemberian rangga tadi,aku dan Ayah tak kan bisa menghabiskannya,kalau dibiarkan kue itu akan basi sampai nanti malam.

Kue itu kubagi  dan kumasukan lagi kekantong plastik.hanya sepertiga kusisakan buatku.

Aku menambahkan dua butir apel kedalamnya.

" mas tolong berikan pada Anak anaknya mbok supi " Kataku." "Banyak banget,Anak anak itu pasti lebih perlu ini."

Mbok Supi punya tiga  orang anak,dua lelaki dan satu perempuan.kehidupan mereka sangat miskin.

Suami mbok supi,sudah meninggal setahun yang lalu,

Mbok supi harus bekerja keras untuk  menghidupi ketiga anaknya.

Parjo menggangguk,"mas pamit ya."

Setelah parjo pergi,Ayah berkata padaku." Yu Ayah mau kesawah bentar ya."

" ndak pa pa kan Ayah tinggal."

" ndak pa pa.badanku udah baikan."

Aku pindah kekamar dan membaca novel pemberian Toni.

Aku besandar didinding Ranjang.dan mulai larut dalam alam imajinasi Dan Brown.

Rasa kantuk menyerangku dan aku tertidur sampai siang.

Sekitar jam satu siang aku  terbangun,suara kak Friska membuatku membuka mata.

Kak Friska sudah pulang dari puskesmas.ia berpakaian biasa dengan baju yang bagus.

" bayu..gimana  udah baikan dik" kata Friska.

" udah hampir sembuh kayaknya nih."

Aku melihat dua orang yang belum kukenal datang menjengukku.

" ini papa dan mama.mereka baru sampe tadi malam" kata Friska seperti memahami pikiranku.

Kedua orang tua Friska  tersenyum.

" halo. Bayu.." kata mama Friska,walaupun sudah berumur mama Friska masih terlihat cantik,kulitnya masih mulus dan bersih.

"Kami datang ingin mengucapkan terimakasih pada nak Bayu, karena telah menyelamatkan Friska." Kata Papa Friska.

lelaki  itu tampak energik,sisa ketampanan masih terlihat di wajahnya,tampaknya ia masih rutin olahraga.

"Ndak usah dipikirin om.udah seharusnya saya nolong kak Friska.

Ia orang baik dan penuh pengabdian."

Mama Friska mendekat dan  membelai rambutku.

" ibu kamu ndak disini lagi ya."

" iya tante udah empat tahun berpisah"

" sedih nggak harus jauh dari ibu."

" sebenarnya ia.tapi ada Ayah yang selalu perhatian.

" Friska udah cerita banyak tentang kamu.tante  sangat berterima kasih padamu.

Oh ya .bayu tante bawa sesuatu nih."

Mama Friska menoleh pada suaminya." Papa mana bingkisan untuk bayu."

Papa  Friska mengambil sebuah koper besar dan mengeluarkan isinya.

Ada lima potong baju kaos dan kemeja,lima potong celana jeans, dua pasang sepatu, tas dan alat tulis.juga ada sebuah smartphone mahal keluaran terbaru.

" friska yang kasih tau sizenya.om rasa pas buat kamu."

"Om ini banyak banget,saya nggak pantas terima ini."

" nak Bayu" kata mama friska." Apa yang kamu  lakukan lebih dari segalanya.Friska anak perempuan kami satu satunya.

" ini belum seberapa dibanding pengorbananmu.Friska bilang kamu sampai terluka ya.

Aku mengangguk.sejak menyelamatkan kak Friska aku jadi pembicaraan warga kampung,mereka memuji keberanianku,bahkan pak kepala desa memberiku hadiah.

" Bayu..papa dan mama hanya ingin

Menyatakan rasa terimakasih aja.

Semua bingkisan ini nggak seberapa dibandingkan keberanian kamu.Terima ya dik."

Aku mengangguk.sungguh,aku tak pernah mengharapkan imbalan apapun dalam menolong orang.

Mama Friska juga mengeluarkan cemilan ,makanan Cepat saji ayam goreng dan pizza serta buah impor.

Ayah masuk kekamar.Ayah yang biasa bertelanjang dada, sekarang pakai baju kemeja rapi.

"Dokter, bapak dan ibu, gimana kalau kita makan siang dulu.

Saya sudah siapkan makanan".

Friska dan kedua orang tuanya semula,menolak namun Ayah terus menawarkan dengan alasan sebagai bentuk penghormatan.

Aku ikut makan bersama.

" maaf ya sebelumnya kalau makanan kurang sesuai dengan bapak ibu."

"Biasa aja pak.ini malah enak kok." Kata papa Friska.

Selama makan keakraban terjalin di antara kami.

Setelah makan obrolan dilanjutkan di ruang tamu.

Dan tak lama berselang, Friska dan kedua orang tuannya mohon pamit.

" pak risman" kata Papa Friska."ini ada sedikit uang dari kami buat sekolahnya bayu."

Ia menoleh padaku." Kamu sudah kelas tiga ya sekarang. "

"Iya om. Ntar lagi ujian nasional."

Papa Friska menyerahkan sebuah amplop putih berisi uang lima juta.

Aku dan Ayah mengantar mereka sampai ke halaman depan.

" banyaknya orang yang merhatiin kamu."kata Ayah  bangga,ia merangkul bahuku.

Aku cuma tersenyum.

Ayah pergi kedapur membersihkan meja makan dan mencuci piring.

Aku duduk diruang tamu, kuambil smartphone hadiah dari mama Friska.

Aku menaksir harganya pasti diatas tiga jutaan.

Aku senang mengikuti berita tentang perkembangan gadget terbaru.

Namun untuk membelinya mungkin menunggu beberapa tahun,saat aku sudah bekerja.

Meminta belikan pada Ayah?Rasanya tak Tega.

Sejak SD,aku tak pernah mau merongrong Ayah.Aku sadar Ayah tak punya Uang,ia sering terlibat utang.

Semua itu Ia lakukan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

          

       Bersambung

avataravatar
Next chapter