4 Huh...

Keesokan harinya, hari terakhir MPLS di tutup oleh tampilan demo dari seluruh ekskul yang ada. Saat ekskul dari pramuka dan pecinta alam mulai akan mendirikan tower, Halin yang melihat Jeni langsung mendekatinya. Jeni yang sedang berdiri di dekat tiang bendera tak sadar kalau dibelakangnya ada Halin yang sedang mengawasinya. Dan saat Jeni berbalik, Jeni gak nyangka sudah ada Halin dibelakangnya. Jeni pun hanya melemparkan senyuman. Lalu bergeser pindah di bawah pohon yang rindang.

Namun, ketika Jeni kembali menengok ke belakang, ternyata Halin mengikutinya dan kini mereka saling berhadapan. Entah mengapa Jeni menjadi deg-degan melihat Halin yang ada di depannya.

"Hai..." sapa Halin dengan ramahnya.

"Eh, hai juga.." balas Jeni dengan terbata-bata.

"Eh, perasaan pernah kenal deh... pernah ikutan bimbel ya?" tanya Halin berpura-pura gak kenal.

"Oh iya... pernah, kenapa gitu?" Jeni agak bingung, tapi dia berusaha menentralkan suasana.

"Hm,.. nama kamu siapa?" tanya Halin.

"Jeni,..." jawab Jeni ramah.

"Oh, jeni... kenal sama Halin gak" halin pura-pura memancing Jeni.

"Halin?.. oh, ya kenal.." kebingungan. " Kok Halin tanya Halin sih??" tanya Jeni dalam hati.

"Hm,... kalo ketemu tolong salamin yah.." ucap Halin..

"Iya iya.." Jeni tersenyum.

"Ya makasih,.. duluan ya.." Halin pamitan.

"Ya..."

"Dih kok Halin aneh banget sih hari ini? ada-ada aja tu anak. Kayanya sih pengen ngajak kenalan kali, tapi kan waktu bimbel udah saling kenal. Tau ah, gelap" Jeni berkata dalam hati.

Kemudian sampailah pada puncak penutupan acara MPLS. Dimana para peserta MPLS diwajibkan untuk memberikan surat kepada kakak panitia tervaforit. Lalu ucapan selamat dari kakak panitia MPLS beserta guyuran air kembang yang harus diterima oleh setiap peserta MPLS sebagai tanda bahwa mereka telah diterima di SMK tersebut.

"Ayo adik-adik... semua berbaris di lapangan dengan gugusnya masing-masing... dalam hitungan ke lima semuanya harus udah di lapangan ya...." Ucap kak Liza.

"Satu...dua...tiga...empat...lima..." ucap kak Rezza.

Semua peserta MPLS pun berlarian karena gak mau terlambat sampai lapangan dan dihukum. Para peserta seperti kerbau yang ditusuk hidungnya. Menuruti semua perintah kakak panitia. Jemi tampak sibuk dengan aksesoris yang menggantung dilehernya. Yang sangat meribetkan itu. Semua anak pun berbaris rapih dilapang.

"Duh, ribet banget sih..." gerutu Jeni .

"Eh, kamu ngapain?!" suara dari belakang mengagetkan Jeni,suara itu dari salah seorang kakak panitia cowok yang bernama Erwin.

"Gak ngapa-ngapain kak, ni Cuma ngebenerin kalung." Jeni menjawab dengan nada yang rendah.

"Emangnya kenapa dengan kalungnya?" Erwin mendekati Jeni.

"Gak kenapa-napa kak, cuma gak nyaman aja tadi." Jeni menjawab dengan ekspresiya yang ciut.

"Oh, jadi maksudnya persyaratan MPLS ini buat kamu gak nyaman?" Erwin bertanya dengan nada yang tinggi.

"Eh, bukan gitu kak" Jeni jadi gugup, temen-temen sekelilingnya melihat Jeni yang sedang di omeli oleh kak Erwin.

"Eh, ada apa nih?" Rezza datang bagai sang pahlawan dimata Jeni.

"Nih loh Za, anak ini bilang persyaratan MPLS yang kita kasih gak nyaman buat dia" Erwin memojokkan Jeni.

"Bukan gitu kak, maksud saya gak enaknya tuh waktu tadi saya lagi lari mau ke lapangan." Jeni membela diri.

"Ah, Cuma masalah itu doang. Udah deh balik lagi ke tempat masing-masing" Rezza menetralkan suasana.

"Lin, kakak kamu cool..." terdengar suara dari gugus Halin.

"Hah, cool? Coolkas kali.." Halin membalas.

"Wah, kak Rezza keren banget tadi... untung tadi ada kak Rezza yang ngebelain aku, duh senengnya... dia baik ma aku.." Jeni ngomong sendiri dalam hati.

Kini saatnya para peserta MPLS menyerahkan surat untuk kakak terfavorit. Dan setelah itu, mereka akan diberi guyuran air kembang.

"Okey ade-ade... untuk menutup acara MPLS ini kita akhiri dengan silaturahmi." Kata kak Liza pada paserta MPLS.

"Nah, sekalian salaman, ntar suratnya langsung kasih aja ke kakak panitia favorit kamu.." kak Liza menambahkan.

"Sip-siplah... aku bakal kasih ke kak Rezza" Jeni berkata dalam hati.

Para peserta MPLS pun mulai berjejer mengantri untuk bersalaman dan memberikan surat pada kakak yang terfavorit. Dimulai dari gugus 1, 2 dan seterusnya. Tibalah saat gugus Jeni untuk bersalaman. Saatnya Jeni akan memberikan surat itu kepada kak Rezza. Jantungnya makin berdegup kencang, pipi Jeni pun menjadi memerah. Akhirnya Jeni pun harus memberikan surat itu pada Rezza, karena kini Rezza telah ada di hadapannya. Jeni mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Rezza. Ini kali pertama Jeni menyentuh tangan Rezza. Rezza pun hanya tersenyum, tapi senyuman itu begitu membuat hati Jeni malayang-layang di angkasa. Lalu Jeni pun mengeluarkan surat yang akan diberikan pada Rezza.

"Kak ini suratnya, buat kakak" ucap Jeni saat memberikan surat itu.

"Oh, thanks ya... " ucap Rezza dengan senyumnya.

"Ya kak,.." Jeni berkata dengan senyumnya yang tak kalah manis juga.

Mungkin mulai sejak itu Jeni mulai merasakan ada getar-getar dihatinya yang selalu membuatnya ingat pada Rezza . Dan sampai sekarang satu bulan setelah MPLS berlalu pun Jeni masih merasakan getar itu. Itulah awal cerita cinta Jeni yang sampai akhirnya membawa Neza jadi suka pada Rezza.

"Nah, jadi gitu ceritanya Ri,.." kata Jeni mengakhiri ceritanya.

"Oh,.. jadi bukan pandangan pertama ya?" tanya Tari.

"Bukan, tapi ini senyuman pertama, hehehe..." canda Jeni.

avataravatar
Next chapter