43 Chapter 43

Nita berjalan ke arah taman, ia mendudukkan dirinya. Ia menghela napas, Nita menengadahkan kepalanya. Langit hari ini sangat cerah, namun berbeda dengan suasana hatinya yang kacau. Sudah nyaris enam bulan dirinya mengejar Reyhan, namun nihil laki- laki itu tidak melihatnya. Di mata Reyhan hanya ada Kelli. Ia sudah mencoba berbagai macam cara,tetapi tidak ada hasil. 

Nita bisa melihat tatapan Reyhan kepada Kelli begitu pula dengan sebaliknya, keduanya memiliki perasaan yang sama. Nita teringat perkataan Bian saat istirahat siang tadi, seberapa keras dirinya berjuang itu akan percuma. Ucapan Bian ada benarnya juga. Ia sadar jika dirinya cukup bodoh karena mengharapkan laki - laki yang tidak mengharapkannya dan mencintai laki - laki yang tidak mencintainya. Nita harus mengubur perasaannya dengan Reyhan. Semakin dirinya berusaha lebih keras lagi, itu justru menambah luka di hatinya.

Nita menoleh ketika menyadari ada seseorang yang duduk di sebelahnya, Bian. Laki - laki itu duduk di sebelahnya seraya memandang air mancur yang berada di depannya, seolah - olah air mancur itu sesuatu yang menarik untuk dilihat. Merasa risih ditatap oleh Nita, Bian menolehkan kepalanya ke samping. Matanya beradu pandang dengan mata cokelat madu milik perempuan di sampingnya.

1 detik.

2 detik.

3 detik.

4 detik.

"Kalau liatin gue biasa aja, sampai ngiler gitu," ucap Bian setelah berusaha menguasai dirinya. Melihat raut panik di wajah Nita, ia tersenyum geli. 

Nita dengan reflek mengusap dagunya, mengecek apakah yang dikatakan laki - laki disampingnya itu benar atau tidak. Tapi nihil, tangannya tidak basah sama sekali. Bian tertawa terbahak ketika melihat tingkah perempuan itu yang lucu. Nita yang sadar jika dirinya di jahili, ia mencubit perut laki - laki di sampingnya. Bian mengaduh.

Nita melepaskan cubitannya pada perut laki - laki itu. Keduanya terdiam cukup lama, hingga Nita memecah keheningan. 

"Gue nyerah," ucap Nita, Bian mengerutkan keningnya tidak mengerti apa maksud perempuan disampingnya. 

"Ya, gue nyerah ngejar Kak Reyhan. Benar apa yang lo bilang tadi siang, seberapa kerasnya gue berusaha itu bakalan sia - sia. Gue sadar yang ada di matanya Kak Reyhan itu cuma Kelli," terang Nita.

Bian terkejut, pasalnya perempuan di depannya keukeuh untuk mendekati sahabatnya. Ia kira Perempuan itu sangat terobsesi dengan Reyhan, nyatanya tidak seperti itu. Bian salah menilai Nita. Mengetahui jika perempuan itu menyerah, entah kenapa hatinya menghangat. 

"Pulang yuk," ajak Nita, Bian mengangguk. 

"Tapi gue pamit ke anak - anak yang lain dulu ya," ucap Bian dan berlalu masuk ke dalam rumah sakit. Nita berdecak ketika laki - laki itu main pergi saja, ia menyusul Bian dan mengekori laki - laki itu dari belakang.

Bian yang menyadari jika ada yang mengekori, laki - laki itu menghentikan langkahnya. Nita mengusap keningnya karena menubruk punggung milik Bian. Laki - laki itu bersedekap sembari menatap Nita.

"Lo tunggu di taman aja, nanti gue kesana setelah selesai pamit. Kalau lo belum siap ketemu sama Reyhan mending nggak usah di paksa." 

Nita menimbang - nimbang ucapan Bian, ia ingin masalahnya cepat selesai. Nita malu dengan Kelli karena dirinya telah mengkhianati perempuan itu. Karena rasa cintanya kepada Reyhan, membuat dirinya menjadi pribadi yang egois dan buta terhadap segala hal.

"Gue ikut ke ruang rawatnya Kelli. Gue juga mau pamit sekalian minta maaf sama dia," kata Nita, kemudian berlalu berjalan lebih dulu meninggalkan Bian yang terkejut. 

Seulas senyum terbit di bibir Bian, ia senang dengan perubahan perempuan itu. Bian berlari kecil menyusul Nita yang sudah berjalan lumayan jauh di depannya. 

"Nit," panggil Bian, namun tidak ada sahutan dari perempuan itu. Ia berdecak kesal karena Nita mengabaikannya. 

"Nita," panggil Bian lagi, kali ini dengan menarik pelan rambut perempuan itu. Nita yang risih, perempuan itu berbalik.

"Apa lagi sih, Kak?" Bian menunjukkan senyuman lebarnya. 

Nita yang melihat senyuman lebar Bian, jantungnya menggila. Jantung oh jantung, Nita berharap laki - laki di depannya tidak mendengar degupan jantungnya. Ia heran dengan jantungnya sangat peka jika melihat laki - laki yang tampan langsung berdetak lebih cepat dari biasanya. 

"Lo yakin mau ikut ke ruang rawat Kelli?" tanya Bian, Nita mengangguk mantap. Ia tidak ingin masalahnya berlarut - larut. 

"Yakin?" ulang Bian, Nita memutar bola matanya. 

"Yakin,Kak."

"Okay," balas Bian.

Bian pun menarik tangan Nita, keduanya berjalan berdampingan. Nita tidak berhenti menatap tangannya yang bertaut dengan tangan milik laki - laki itu. Begitu keduanya sampai di depan pintu ruang rawat Kelli, Bian melepaskan genggaman tangannya. Entah kenapa Hal itu membuat Nita sedikit kecewa.

Semua orang yang berada di ruangan itu menatap keduanya. Nita berjalan menghampiri Kelli, Reyhan menatap Nita waspada. Ia tidak ingin terjadi apa - apa dengan Kelli. 

"Kell, gue mau minta maaf sama lo. Maafin gue ya," ucap Nita. Semua yang berada di ruangan itu terkejut. Kelli tersenyum lalu mengangguk. Ia sangat senang, akhirnya Nita sadar.

"Jangan percaya sama dia, Kell." Reyhan memandang Nita sengit.

"Rey...." Kelli menatap laki - laki itu tajam.

"Apa seburuk itu gue dimata lo, Kak?" tanya Nita dengan tatapan sendunya, Reyhan membuang muka.

"Gue percaya sama Nita. Jadi jangan negative thinking sama dia, Rey. Gue bisa liat ketulusan Nita." Reyhan mendengus, ia sulit mempercayai perempuan itu. Reyhan takut jika Nita hanya pura - pura. 

"Ya udah kalau gitu kita pamit pulang," pamit Bian dan Nita, keduanya pun keluar dari ruang rawat Kelli. 

Sepeninggal keduanya suasana menjadi awkward. Hingga pintu kembali berdecit, menampakkan Rian dengan parcel buah di tangannya. Reyhan yang masih kesal, kali ini bertambah kesal. Kenapa laki - laki itu kembali ke rumah sakit. 

"Hey Kell, gimana keadaan lo?" tanya Rian, seraya meletakkan parcel buahnya di atas nakas samping brankar.

Kelli tersenyum, "Udah lumayan membaik, makasih parcel buahnya." Rian mengangguk kemudian menatap Reyhan. 

"Rey, lo kan dari semalem udah jagain Kelli. Lebih baik lo pulang, biar gue yang jagain dia."

Benar duagaan Reyhan, pantas saja perasaannya tidak enak kala Rian menatapnya. Ternyata laki - laki itu ingin mengusirnya perlahan.

"Iya Rey, Rian benar. Lagi pula disini juga udah ada Rian, Vion sama Riska. Jadi lo nggak perlu khawatir," ujar Kelli.

Reyhan berdecak kesal, Vion menepuk bahunya seolah mengerti perasaan sahabatnya. 

Reyhan pun menyambar tasnya yang berada di pojok ruangan dan keluar dari ruang rawat Kelli tanpa pamit saking kesalnya.

avataravatar
Next chapter