35 Chapter 35

"Gue.... " Kelli menatap Rian penasaran. Tawa Rian pecah ketika melihat ekspresi perempuan di depannya.

"Ada yang lucu?" tanya Kelli dengan raut datar, tawa Rian mereda.

"Gue nggak jauhin lo, gue cuma pengin sendirian aja. Kalau masalah ucapan gue di kantin tadi, lupain aja." Rian tersenyum sekilas, ia pergi meninggalkan Kelli. Kelli lega, masalahnya dengan Rian selesai.

Kelli berjalan keluar gerbang, ia memesan taksi online. Sebelum dirinya pesan, Reyhan menarik tangannya dan membawanya masuk ke dalam mobil laki - laki itu.

"Udah kan urusan lo sama Rian?" Kelli hanya mengangguk mendengar pertanyaan Reyhan.

"Lo beneran belajar matematika sama dia?" tanya Reyhan, lagi - lagi perempuan itu mengangguk.

"Kenapa lo belajar matematika sama dia, lo bisa minta diajarin sama gue." Kelli mengernyit.

"Lo bercanda? Yang ada nilai matematika gue ancur." Reyhan mendelik tidak terima dengan ucapan Kelli yang seakan meremehkannya.

"Lo ngeremehin gue? Gue bakalan buktiin sama lo, pulang dari kemah kita bakalan belajar bareng. Jadi lo nggak perlu belajar bareng Rian lagi," terang Reyhan.

"Makasih tawarannya. Btw, gue nggak ngeremehin lo. Bu Yuni minta Rian jadi tutor matematika gue, sampai nilai matematika gue naik."

"Gue bakalan bilang sama Bu Yuni, biar gue jadi tutor lo. Nggak cuma nilai matematika lo yang naik, tapi juga nilai pelajaran lainnya juga naik." Kelli mengindikkan bahunya.

***

"Reyhan."

Reyhan menghampiri mamanya yang berada di ruang tengah.

"Kenapa Ma?" tanya Reyhan, ia mendudukkan tubuhnya di samping Karin.

"Mama udah pulang, kamu nggak pengin nyambut mama? Biasanya Mama kamu bikinin puding buah kesukaan Mama," ucap Karin dengan senyuman yang mengembang.

"Buat apa aku bikin? Besok pasti Mama pergi lagi," balas Reyhan tanpa menatap Karin.

"Rey... Mama-"

"Apa Ma? Mama berubah, dulu selalu ada buat aku. Tapi sekarang? Mama selalu ikut Papa," ucap Reyhan dan berlalu pergi. Ia tidak mengindahkan panggilan Karin sama sekali.

Reyhan membanting pintu kamarnya, ia melempar tasnya asal. Ia berjalan ke arah balkon, Reyhan merogoh saku celananya. Setelah menemukan yang ia cari, ia mulai menyesap rokok yang ia ambil dari saku celananya.

Matanya menerawang jauh, ia teringat kejadian tujuh tahun yang lalu. Reyhan tersenyum miris, ia menghela napas. Ia tidak tahu bagaimana caranya berdamai dengan masa lalu, karena masa lalu itu sangat menyakitkan baginya. Ia membenci dirinya sendiri. Bahkan Mamanya sekarang sama seperti pria itu.

***

Pagi itu Kelli bangun sangat pagi, karena semalam ia tidur lebih awal. Bahkan ia belum menyiapkan segala sesuatu untuk kemah. Ia mengacak rambutnya, Kelli malas pergi kemah. Setelah membersihkan dirinya, ia mulai menyiapkan baju dan barang - barang lainnya yang perlu ia bawa.

'ceklek.' Kelli menoleh, ia mendapati mamanya berdiri di ambang pintu.

"Udah siap semuanya?" tanya Ivy, Kelli kembali melihat isi tasnya. Setelah dirasa tidak ada yang tertinggal, ia menganggukan kepalanya.

"Ya udah, ayo berangkat." Kelli mengekori Mamanya.

Jalanan begitu sepi, Kelli berangkat lebih pagi karena Mamanya sekalian pergi ke luar kota mengurus restoran yang berada disana. Disepanjang jalan tidak ada percakapan sama sekali antara keduanya.

"Maafin Mama ya, kita jadi berangkat terlalu pagi. Bekal yang mama bawain jangan lupa di makan, kamu tadi kan belum sarapan di rumah." Kelli mengangguk. Keduanya sudah sampai di depan gerbang SMA Jingga. Setelah berpamitan dengan Ivy, Kelli turun dari mobil. Ia melambaikan tangannya hingga mobil mamanya itu menghilang dari pandangannya.

Sekolah sangat sepi, Kelli mendudukkan dirinya di taman sekolah. Ia mulai membuka bekal yang sudah Mamanya siapkan untuk dirinya.

drrtt... drrt....

Tengil : Udah berangkat? Jemput gue.

Kelli medengus melihat pesan dari Reyhan.

AndreaKelli : Gue udah di sekolah.

"Hey." Kelli menoleh, ia mendapati Riska dengan senyuman lebarnya.

"Hey," balas Kelli seraya tersenyum.

"Daritadi?" tanya Riska, Kelli mengangguk.

Sekolah mulai ramai, beberapa dari mereka di tunggu oleh orang tuanya. Kelli mengajak Riska ke kamar mandi, sebelum pergi jauh kebiasaan Kelli adalah ke kamar mandi terlebih dahulu.

"Gue nitip tas gue ya Ris?" Riska mengangguk.

***

"Anak - anak, harap berbaris yang rapi sesuai kelas masing - masing. Ketua kelas pastikan tidak ada teman satu kelasnya yang tertinggal. Untuk bis-nya, satu bis diisi satu kelas."

Semua memasuki bis yang sudah di tentukan. Kelli mengambil tempat di tengah, ia duduk dengan Riska. Ia mulai memasang earphone-nya, Kelli menyenderkan tubuhnya di jendela bis. Kelli mulai memejamkan matanya. Beberapa menit kemudian, Kelli membuka matanya ketika menyadari seseorang menepuk bahunya. Ia terkejut melihat Reyhan duduk di sampingnya dengan gitar di pangkuan laki - laki itu.

"Kok disini? Dimana Riska?" tanya Kelli, seharusnya Reyhan berada di bis nomor delapan karena laki - laki itu kelas 11-IPS 1.

"Tenang aja, Riska duduk sama Vion di belakang. Suka - suka gue mau di bis ini atau bis disana, lagian guru - guru nggak bakalan berani ngusir gue dari bis ini." Kelli memutar bola matanya. Tipikal Reyhan, seenaknya sendiri. Kelli mengabaikan laki - laki itu, ia kembali memasang earphone-nya dan memejamkan matanya.

"Perhatian semuanya! Gue mau nyanyi satu lagu buat perempuan spesial yang ada di samping gue," ucap Reyhan seraya melirik Kelli yang sekarang sedang melebarkan matanya. Reyhan menyeringai, semua anak satu bis bersorak.

"Cantik, ingin rasa hati berbisik. Untuk melepas keresahan, Dirimu..."

Tenggelamkan Kelli sekarang, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"O...Cantik, bukan kuingin mengganggumu. Tapi apa arti merindu, Selalu...."

Beberapa dari mereka semua ikut bernyanyi. Nita yang melihat itu, ia berdecak kesal. Tak lama senyumannya mengembang, ia punya rencana. Tidak lama lagi, ia pastikan Kelli dan Reyhan akan berpisah setelah ini.

"Halo Nit," sapa Bian. Nita tersentak, ia terkejut melihat laki - laki itu duduk di sampingnya.

"Ngapain lo disini?" tanya Nita kesal.

"Cuma mau ingetin aja, selama kemah gue bakalan awasin lo," jawab Bian dengan cengiran di bibirnya. Nita melebarkan matanya, ingatkan dirinya untuk waspada terhadap laki - laki di sampingnya.

"Ngapain lo capek - capek awasin gue, kurang kerjaan." Nita menatap laki - laki di sampingnya dengan tatapan sinis.

"Biasa aja dong natap guenya, ntar lo suka sama gue," goda Bian, membuat perempuan di sampingnya mendengus.

"In your dream," ucap Nita, perempuan itu kembali menatap Reyhan yang masih bernyanyi. Sedangkan Bian tertawa.

Reyhan yang selesai bernyanyi, ia kembali duduk di samping Kelli. Perempuan itu mencubit perut Reyhan, laki - laki itu mengaduh.

"Sakit oy," rintih Reyhan, Kelli melepaskan cubitannya pada perut laki - laki itu.

Kelli bersedekap, "Lo mending duduk di belakang sama Vion, biar Riska duduk sama gue."

Reyhan mengabaikan Kelli yang mengusirnya, ia justru menggoda perempuan disampingnya. "Muka lo merah banget, gue baru tau kalau lo bisa malu juga. Gue kira lo cuma bisa malu - maluin doang."

"Kalau lo nggak bisa diam, mending lo ke belakang sama Vion biar Riska duduk sama gue." Bukannya takut dengan ancaman Kelli, laki - laki itu justru tertawa terbahak - bahak hingga menjadi pusat perhatian satu bis.

"Iya sayang iya," ucap Reyhan seraya mengerling jahil. Kelli menatap Reyhan seakan ingin menguliti laki - laki itu. Ini akan menjadi perjalanan yang panjang, karena Reyhan berada di sampingnya.

avataravatar
Next chapter