30 Chapter 30

Beberapa menit yang lalu, laki - laki di depan Kelli membuat keributan di rumahnya. Rian yang datang ke rumahnya, membuat mamanya heboh. Pasalnya Kelli belum pernah membawa laki - laki ke rumah, lebih tepatnya sudah pernah namun mamanya yang tidak mengetahuinya. Reyhan adalah laki - laki pertama yang Kelli ajak masuk ke rumah, walaupun sebentar.

Mamanya menyiapkan banyak camilan untuk menemani keduanya belajar, hingga meja yang berada di ruang tamu itu penuh. Kelli menggeleng melihat tingkah mamanya.

"Ma, udah cukup. Ini udah banyak banget camilannya, bahkan sampai meja penuh." Kelli menatap mamanya sedikit kesal, Ivy tersenyum lebar.

"Lho kalau belajar enaknya kan sambil nyemil," balas Ivy masih dengan senyuman mengembang.

"Ya ampun tante, jangan repot - repot." Rian menatap wanita paruh baya di hadapannya dengan raut tidak enak.

"Ini sama sekali tidak merepotkan nak Rian, justru tante sangat berterima kasih sama kamu. Kelli sekarang bangunnya lebih pagi, tidak seperti dulu. Nilai matematikannya lumayan ada peningkatan, ini semua berkat nak Rian." Ivy tersenyum, sedangkan Rian membalas dengan tersenyum tipis. Kelli tidak mengindahkan Ivy, ia sibuk dengan ponsel di tangannya.

Setelah kepergian Ivy, Rian tersenyum lebar. "Mama lo baik banget ya," puji Rian, Kelli hanya mengangguk.

Kelli mulai fokus dengan soal matematikanya, sedangkan Rian asyik mengamati raut serius perempuan di depannya. Ia bertopang dagu, jika dilihat - lihat Kelli cukup manis dengan wajah seriusnya.

"Kenapa lo liat gue kayak gitu?" tanya Kelli, Rian tersentak lalu menggeleng. Perempuan itu mengindikkan bahunya, lalu kembali fokus dengan buku soalnya. Tidak terasa sudah dua jam keduanya berkutat dengan buku latihan soal dan rumus, Kelli meregangkan ototnya.

Rian mulai mengoreksi jawaban Kelli, sedangkan perempuan itu sibuk mengunyah pisang goreng. Tiba - tiba Rian menatapnya lekat, laki - laki itu teringat sesuatu. Kelli menaikkan alisnya bingung.

"Lo belum jawab pertanyaan gue, kenapa lo nggak masuk sekolah hari ini?" tanya Rian lagi, sedangkan Kelli hanya mengindikkan bahunya. Ia sedang malas menjawab pertanyaan Rian. Laki - laki itu berdecak, Kelli tak kunjung menjawabnya.

"Emang kenapa kalau gue nggak masuk?" tanya Kelli balik, Rian menggeleng.

"Ya udah gue pamit pulang, salam buat nyokap lo." Kelli mengangguk, ia mengantar Rian ke depan. Setelah mobil laki - laki itu menghilang, Kelli masuk ke dalam rumah. Ia mulai membereskan ruang tamu yang lumayan berantakan, setelah semuanya bersih Kelli berjalan ke lantai atas menuju ke kamarnya.

Kelli medudukkan dirinya di balkon, ia teringat tentang Reyhan. Berbagai macam pertanyaan muncul di kepalanya. Kelli menyambar ponselnya, ia ingin mengirim pesan kepada laki - laki itu. Tapi kemudian ia urungkan, jika ia mengirim pesan lebih dulu Reyhan akan geer. Tiba - tiba ponselnya berdering, di layar tertera nama Reyhan. Tanpa berpikir panjang, Kelli segera mengangkatnya.

"Halo," sapa Reyhan di seberang, Kelli hanya berdeham.

"Besok nggak usah jemput gue," ucap laki - laki itu, Kelli terkejut. Ia tidak salah dengarkan, berarti laki - laki itu sekarang sudah keluar dari rumah sakit.

"Hm,"

"Ya udah kalo gitu," kata Reyhan lalu mematikan sambungan telepon secara sepihak.

"Gitu doang?" Kelli mendengus lalu meletakkan ponselnya di atas nakas, ia menarik selimutnya dan tidur.

***

Keesokan harinya, Reyhan terlambat seperti biasanya. Ia di hukum bersama ketiga sahabatnya, tapi seperti biasa mereka kabur ke rooftop. Bian masih berusaha memberondongnya dengan pertanyaan yang membuat Reyhan bosan mendengarnya.

"Apa sih rencana lo, Rey? Perasaan gue nggak enak soalnya," ujar Bian seraya mengerang kesal, sahabatnya itu sok misterius.

"Udah lah Bi, lo tenang aja." Reyhan merebahkan tubuhnya di sofa, ia memejamkan matanya.

"Sok misterius," celetuk Vion seraya menyesap rokoknya, Reyhan tersenyum tipis medengar celetukan Vion.

***

Kelli sedari tadi mengajak sahabatnya untuk mengobrol, tapi Nita tidak memperdulikannya. Kelli menyerah, persetan dengan sahabatnya. Kelli memakai aerphone-nya lalu meletakkan kepalanya di meja, ia berusaha untuk tidur. Beberapa lama kemudian ia menegakkan duduknya, ia tidak bisa tidur. Ia tidak suka jika ada masalah tapi tidak ada komunikasi alias diam, atau main kode misal sindir di media sosial. Kelli tidak suka itu, kekanak - kanakan. Kelli bukan paranormal yang bisa membaca isi hati, ia juga bukan anak pramuka yang bisa membaca kode.

"Nit, demi tuhan lo kenapa sih?" tanya Kelli berulang kali, sama seperti tadi Nita hanya mengindikkan bahunya. Keli menggeram, ia benci keadaan seperti ini. Ia tidak tahu apa kesalahannya.

Pelajaran jam pertama hingga jam ketiga Kelli berusaha menahan emosinya, ia butuh menjauh dari Nita hingga emosinya hilang. Bel istirahat berbunyi, anak satu kelas bersorak senang membuat Pak Ron menggeleng melihat anak didiknya. Setelah pamit, Pak Ron keluar dari kelas. Ketika Kelli berencana mengajak Nita, perempuan itu justru pergi dengan teman - teman yang lain. Kelli mendengus,

Kelli menyusuri koridor sendirian, ia berjalan ke arah kantin dengan wajah cemberut. Moodnya sangat tidak bagus, ia butuh makan yang banyak agar mood-nya kembali. Sesampai di kantin, Kelli langsung berjalan ke stand bakso.

'Bakso, tunggu mama ya nak,' batin Kelli seraya mengelus perutnya.

Tapi harapannya pupus sudah, saat laki - laki dengan parfum yang sangat ia hafal menariknya menjauhi kantin. Kelli berusaha memberontak, cukup Nita yang membuatnya bad mood. Reyhan terus menariknya ke tengah lapangan, Kelli mengelus perutnya miris. Ia belum sarapan hari ini, mamanya pergi mengunjungi restorannya yang berada di luar kota.

"Rey, lepasin tangan gue." Reyhan tidak mengindahkan rengekkan Kelli, ia tetap menarik tangan perempuan itu.

"Gue lapar Rey, gara - gara lo gue nggak bisa makan baksonya mas arman." Reyhan memutar bola matanya.

"Ntar gue beliin baksonya, kalau perlu sama gerobaknya sekalian." Kelli mendengus. Keduanya berdiri di depan lapangan, semua orang menatap keduanya penuh minat.

Seperti perintah Reyhan sebelumnya, Bian dan Vion mulai mengumpulkan anak - anak yang lain agar berkumpul di lapangan basket. Kelli bingung. Perasaannya tidak enak, ia yakin Reyhan akan berbuat hal - hal yang aneh. Benar dugaannya, Reyhan berlutut di hadapannya.

"Kelli, gue sayang sama lo. Gue mau lo jadi cewek gue."

'Ini mah pemaksaan,' batin Kelli kesal. Tiba - tiba satu ide terlintas di pikirannya. Jika Reyhan ingin dirinya bertekuk lutut kepada laki - laki itu, ia harus membuat Reyhan bertekuk lutut dengannya terlebih dahulu. Dengan begitu Reyhan akan kalah.

'Gue ikutin permainan lo Rey' batin Kelli lagi, perempuan itu menyeringai.

"Gue mau," jawab Kelli mantap. Sepersekian detik Reyhan terkejut, tapi ia dapat mengontrol rasa terkejutnya. Reyhan berdiri dan langsung memeluk Kelli, perempuan itu membelalakkan matanya.

'Reyhan sialan. Cari kesempatan dalam kesempitan,' gerutu Kelli dalam hati.

Kelli melepas pelukan Reyhan, ia menatap Reyhan kesal. Laki - laki itu justru menyeringai, melihat wajah kesal merupakan hiburan untuk Reyhan.

"Karena kita sekarang udah jadian, jadi Reyhan bakalan traktir kalian di kantin. Makan sepuasnya ya!" Reyhan medelik ke arah perempuan di sampingnya.

Semua anak yang berada di tengah lapangan bersorak, mereka berbondong - bondong pergi ke kantin. Kelli tersenyum sinis ke arah Reyhan, ia pun ikut pergi ke kantin dengan anak - anak yang lain. Reyhan hanya bisa bengong sepeninggal Kelli.

"Woy, lo malah buat keadaan makin runyam. Dengan lo nembak Kelli, itu justru buat Nita sama Kelli bertengkar hebat. Dan lo pasti tau apa yang terjadi selanjutnya." Bian menatap sahabat gilanya itu kesal.

"Emang itu tujuan gue," balas Reyhan dan berlalu, Vion dan Bian berdecak sebal.

avataravatar
Next chapter