28 Chapter 28

"Ma," panggil Kelli, ia sudah duduk di meja makan menunggu mamanya yang sedang memasak di dapur.

"Kenapa Kell-" Ivy terkejut melihat bekas luka di sudut bibir anaknya, "itu luka disudut bibir kamu, kamu kemarin berantem ya?" Kelli menunjukkan cengirannya, Ivy menggeleng.

"Ma, aku mau ijin nggak masuk sekolah. Tolong ijinin ya Ma, aku mau jenguk teman yang sakit." Ivy mengernyit.

"Kan pulang sekolah nanti bisa," ujar Ivy, Kelli menggeleng. Ia ingin melihat Reyhan sekarang, ia masih merasa bersalah karena meninggalkan laki - laki itu kemarin.

"Teman apa teman? Kok sampai segitunya pengin nggak masuk buat jenguk." Kelli kembali menunjukkan cengiran lebarnya.

"Teman Ma," jawab Kelli, Ivy mengangguk. Ia tidak yakin jika Reyhan itu temannya, justru ia yakin jika laki - laki itu musuhnya.

"Ya udah nanti Mama ijinin," ucap Ivy, Kelli tersenyum lebar.

Kelli beranjak dari duduknya, ia segera pergi ke kamar mandi. Setelah selesai membersihkan dirinya, ia menyambar dompet dan ponsel di atas nakas. Hari ini ia tampil casual, ia hanya menggunakan kaos dengan kemeja flanel dan celana jeans ditambah sneakers. Rambutnya ia cepol asal, ia pun turun ke lantai bawah.

Kelli pamit dan langsung tancap gas ke rumah sakit, tapi sebelum itu ia ingin membeli bubur ayam untuk Reyhan. Kelli berhenti di depan taman kota, ia memesan satu bungkus bubur ayam. Sambil menunggu pesanan, Kelli memainkan ponselnya.

+6281********* : Hey Kells, kok nggak masuk sekolah?

Kelli terkejut, ia hampir saja melupakan misinya untuk mencari Vian. Kelli tersenyum membaca pesan itu, sudah beberapa hari ia tidak menerima pesan dari laki - laki yang ia yakini itu Vian. Jika ini benar Vian, kenapa laki - laki itu tidak langsung menemuinya. Kenapa harus main petak umpet dan teka - teki seperti ini, ini terlalu rumit untuk Kelli.

AndreaKelli : Lagi ada urusan, makannya nggak masuk sekolah dulu. Kamu Vian kan?

Bubur ayam pesanannya jadi, Kelli memasukkan poselnya di saku celana. Setelah membayar bubur ayamnya, ia langsung pergi ke rumah sakit. Jalanan macet, seharusnya ia berangkat lebih pagi. Selang beberapa lama, ia berhasil terbebas dari macet. Kelli bersenandung lirih, ia pun sampai di rumah sakit mawar.

Kelli segera turun dari motornya, tidak lupa ia menenteng kantong plastik di tangan kanannya. Ia berjalan masuk ke dalam, Kelli teringat kejadian masa lalu. Ketika ia di rumah sakit, pasti ia teringat sosok Vian. Tanpa Kelli sadari, dirinya sudah berada di depan pintu ruang rawat Reyhan.

'Ceklek'

Reyhan tidur, ruangan terlihat berantakan. Meja dan kursi yang berada di pojok ruangan bertebaran kulit kacang, Kelli yakin pasti Vion dan Bian kemarin tidak pulang. Kelli meletakkan kantong plastik berisi bubur ayam itu di atas nakas sebelah brankar Reyhan. Kelli mulai membersihkan ruang rawat Reyhan.Setelah membersihkan ruangan, ia teringat jika dirinya tidak membawa air putih. Ia segera pergi ke kantin rumah sakit yang kebetulan berada satu lorong dengan ruang rawat Reyhan.

"Kamu Kelli, kan?" Kelli menoleh, ia seperti familiar dengan pria paruh baya di depannya. Ah iya, Kelli baru ingat. Pria paruh baya di depannya ini adalah dokter Rudi, ia dokter yang menangani penyakit Vian.

"Iya dok, saya Kelli. Anda dokter Rudi kan?" tanya Kelli, kebetulan dokter Rudi disini. Ada yang ingin Kelli tanyakan.

"Wah ternyata kamu masih ingat," ujar pria paruh baya itu seraya tersenyum.

"Dok, Kelli mau bertanya soal Vian." Mata pria paruh baya itu memancarkan keterkejutan, ia berdeham.

"Kelli," panggil seseorang. Kelli berbalik, ia melihat Reyhan yang berjalan dengan tiang infusnya.

"Lho kok keluar?" tanya Kelli, Reyhan hanya diam.

"Dok saya pamit dulu ya," pamit Kelli, pria paruh baya itu mengangguk.

Kelli menuntun Reyhan, ia merutuk di dalam hati. Kenapa Reyhan muncul di saat yang tidak tepat, padahal tinggal selangkah lagi ia mengetahui dimana Vian-nya. Kelli mendudukkan Reyhan di brankarnya, ia meletakkan satu botol air putih di atas nakas.

"Kenapa tadi keluar?" tanya Kelli seraya membuka kotak bubur ayam.

"Gue liat ponsel lo yang ada di atas nakas, makannya gue nyariin lo." Kelli mengangguk, ia memang meletakkan ponselnya di sebelah kantong plastik. Kelli menyerahkan kotak yang berisi bubur ayam itu kepada Reyhan, laki - laki itu menggeleng.

"Suapin," Pinta Reyhan.

"Ogah. Gue nggak mau," tolak Kelli, seraya bersedekap,

"Lo sekarang pembantu gue, mau nggak mau lo harus nurut sama perintah gue." Kelli mengerucutkan bibirnya kesal.

***

Nita dan Bian memasuki rumah sakit. Raut Bian terlihat kusut, itu semua karena Nita memaksanya untuk menemani perempuan itu bolos. Nita ingin menemui Reyhan, ia khawatir dengan kondisi laki - laki yang ia sukai itu.

"Kalau jalan pelan - pelan," ujar Bian, tetapi perempuan itu tidak mengindahkannya.

"Ruang apa namanya?" tanya Nita.

"Ruang teratai nomer 15," jawab Bian, Nita berbelok ke kanan begitu ia melihat papan petunjuk. Perempuan itu mencari ruangan nomor lima belas, begitu ia menemukannya Nita langsung membukanya. Ia terkejut melihat kedekatan Reyhan dan Kelli, melihat sahabatnya menyuapi laki - laki yang di sukainya membuat hatinya sesak.

Bian mengernyit ketika melihat Nita yang tidak kunjung masuk ke dalam, ia mengintip apa yang sedang Nita lihat. Bian segera menarik perempuan itu menjauhi ruangan Reyhan, Nita memberontak. Keduanya berada di taman rumah sakit, Bian melepaskan cekalan tangannya.

"Lo apa - apan sih Kak?" tanya Nita dengan nada tinggi, Bian tersenyum.

"Oh ternyata sifat asli lo kayak gini ya, kasar." Nita mendengus.

"Maksud lo apaan bawa gue kesini?!" tanya Nita berang, Bian tersenyum lagi.

"Nah gitu dong nge-gas," ujar Bian tanpa berniat menjawab pertanyaan Nita. Perempuan itu menggeram kesal.

"Gue udah capek - capek bolos buat liat Kak Reyhan, tapi lo malah bawa gue kesini." Bian tersenyum lebar.

"Gue minta lo buat nyerah," ucap Bian kali ini dengan wajah serius, Nita tidak mengerti apa yang laki - laki di depannya bicarakan.

"Apa kurang jelas perkataan gue? Gue minta lo buat nyerah deketin Reyhan, jangan gangguin Reyhan sama Kelli." Nita tersenyum sinis, Bian kira ia akan melepaskan laki - laki yang disukainya semudah itu. Ia tidak akan nyerah sampai Reyhan menjadi miliknya.

"Kalau gue nggak mau gimana?" tanya Nita dengan seringaiannya, kemudian ia berlalu meninggalkan Bian.

Bian tidak akan membiarkian Nita, perempuan itu cukup berbahaya. Perempuan itu nekat, Bian bisa melihat itu. Lagipula ia sudah sangat setuju jika sahabatnya itu dengan Kelli, hanya perempuan itu yang dapat merubah sahabatnya.

avataravatar
Next chapter