21 Chapter 21

"Jadi, saya lebih suka sama suaranya anak laki - laki ini." Reyhan yang mendengar itu senang, sedangkan Kelli mengela napas. Perempuan itu menjulurkan tangannya, Reyhan menatap bingung tangan Kelli. Walaupun begitu Reyhan tetap menerima uluran tangan Kelli untuk berjabat tangan.

"Selamat," ucap Kelli singkat, Reyhan terkejut lalu tertawa senang.

"Gue bilang juga apa, pasti gue yang menang," kata Reyhan dengan arogan-nya, Kelli memutar bola matanya jengah.

"Selamat ya Kak" Nita tersenyum, Reyhan hanya mengangguk.

Rian mengajak Kelli untuk pulang ke rumah, perempuan itu mengangguk. Setelah pamit dengan Nita dan Reyhan, keduanya pergi.

Tapi sebelum itu, "Jangan lupa besok ya, gue nggak sabar. Besok jemput gue, ntar gue kirim alamatnya." Kelli yang mendengar itu memutar bola matanya.

'Selamat datang neraka.' batin Kelli.

Di dalam mobil tidak ada percakapan sama sekali, Rian tidak berani untuk membuka pembicaraan. Ia tidak ingin membuat Kelli semakin marah. Kelli melirik Rian yang duduk tegang di balik kemudi, ia tertawa terbahak - bahak. Rian yang mendengar perempuan itu tertawa, ia melirik Kelli aneh.

"Lo kenapa tegang gitu? Hahahaha," tanya Kelli masih dengan sisa tawanya.

"Siapa yang tegang? Gue nggak tegang. Gue cuma takut lo tambah marah, makannya gue diam," terang Rian, perempuan itu tersenyum geli.

"Tapi wajah lo tegang, lagian gue nggak lagi marah kok. Gue terima kalo gue kalah, cuma setelah ini kayaknya kehidupan gue nggak bakal tenang. Oh iya, gimana kalau belajar matematikanya di rumah gue aja? Setelah ini bakal susah, lo tau kan sifat Reyhan kayak gimana?" terang Kelli panjang lebar, Rian manggut - manggut.

Mobil Rian berhenti, Kelli tersenyum dan berterima kasih. Ia pun turun dan masuk ke dalam rumah, ketika membuka pintu rumah sudah ada mamanya yang bersedekap.

"Kok telat pulangnya? " Kelli berlalu meninggalkan Mamanya tanpa berminat menjawab pertanyaan wanita paruh baya itu.

drrtt.. drrtt....

Tengil : Alamat rumah gue Jalan Violet blabla

Kelli mendengus setelah membaca pesan dari Reyhan. Ia benar - benar yakin hidupnya tidak akan tenang, selama setahun ia membiarkan Reyhan masuk ke dalam hidupnya. Sesampai kamarnya ia membersihkan badannya yang lengket, setelah selesai ia merebahkan dirinya di tempat tidurnya. Hari ini adalah hari yang berat untuk Kelli, ia menutup matanya. Ia tidak melihat Kakaknya, mungkin laki - laki itu menginap di apartement-nya karena tugas kuliah. Disaat Mamanya pulang, Kelli membutuhkan Kakaknya. Tapi justru Kakaknya itu tidak pulang.

'knock... knock.... '

Kelli melirik pintu kamarnya, ia yakin itu pasti Mamanya. Ia menarik selimutnya, Kelli pura - pura tidur.

'Ceklek'

Ivy memasuki kamar anaknya, ia mendudukkan dirinya di tempat tidur. Ivy mengusap lembut pucuk kepala Kelli, air mata lolos membasahi pipinya.

"Kell, Mama minta maaf nggak ada waktu buat kamu. Tapi yang perlu kamu tau, Mama sayang banget sama kamu. Mama berusaha menyibukkan diri sama pekerjaan, karena Mama ingin luka Mama cepat sembuh. Luka mama saat di tinggal papa masih membekas Kell, Mama bukan bermaksud buat lupain anak mama. Hufftt... Mama sayang sama Kelli" Ivy mencium kening Kelli lembut.

Saat Ivy beranjak dari duduknya, Kelli memeluk wanita paruh baya itu. Kelli menyesal karena telah salah menilai mamanya. Ia sibuk menuntut Mamanya untuk mengerti dirinya, tapi justru dirinya sendiri tidak bisa mengerti Mamanya.

"Maafin Kelli yang nggak bisa ngertiin Mama," ucap Kelli dengan menangis sesenggukan. Ivy memutar tubuhnya menghadap anak perempuannya itu, ia tersenyum.

"Ini bukan salah Kelli, ini salah Mama. Karena Mama belum bisa meng-ikhlaskan Papa, Mama sibuk dengan luka Mama yang belum bisa menerima takdir jika Papa tiada. Maafin Mama, Kell." Keduanya berpelukan dan menangis bersama. Malam itu, satu masalah terselesaikan. Kelli tersenyum dalam tangisnya, ia salah paham dengan mamanya.

***

"Pagi Ma," sapa Kelli seraya memeluk Ivy dari belakang, wanita paruh baya itu sedang membuat omelette untuk sarapan. Ivy terkejut, tumben anak perempuannya ini bangun pagi. Melihat raut wajah mamanya yang terkejut, Kelli tersenyum geli.

"Jadi Kelli itu sekarang udah kebiasaan bangun pagi karena Rian, dia kakak kelas Kelli yang Bu Yuni minta jadi tutor matematika buat Kelli. Dia yang antar jemput Kelli tiap pagi, makannya mau nggak mau Kelli berangkat pagi," terang Kelli, Ivy tersenyum.

"Bagus dong, dia membawa pengaruh positif buat kamu" Kelli mengangguk.

Kelli memakan omelettnya, Ivy menatap anak perempuannya dengan senyum mengembang. Ia senang pada akhirnya hubungannya dan Kelli membaik. Ivy berjanji kepada dirinya sendiri, ia akan terus memperhatikan Kelli dan Deren.

"Kalau gitu Kelli berangkat ya,  Ma," pamit Kelli.

"Lho tapi teman kamu belum datang," ujar Ivy.

"Kelli mau jemput Reyhan Ma hari ini," terang Kelli dan berlalu.

Kelli mengeluarkan motor matic-nya dari garasi, setelah memakai helmnya ia melajukan motornya ke rumah Reyhan. Sepanjang jalan Kelli berdoa di dalam hati semoga Reyhan tidak menyuruhnya macam - macam. Kelli terkejut melihat pagar menjulang di depannya, "Ada yang bisa di bantu, Mbak?" tanya satpam di pos rumah Reyhan.

"Anu Pak, saya cari Reyhan," jawab Kelli.

"Oalah Mas Reyhan. Bentar ya, Mbak," ujar Satpam di depannya, laki - laki paruh baya itu pun membukakan gerbang untuk Kelli.

Perempuan itu pun berterima kasih, ia berjalan masuk seraya menuntun motornya. Kelli terkejut, "Widih gede banget."

Rumah Reyhan megah, di tambah halaman dan taman yang luas. Kalau diibaratkan dengan rumah Kelli, rumah laki - laki itu berkali - kali lipat lebih besar.

"Mbak di naikin aja motornya, nggak usah di dorong," kata satpam itu seraya tersenyum geli.

"Iya Pak hehe," balas Kelli malu, katakanlah dirinya norak. Baru kali ini ia melihat rumah sebesar dan seluas ini. Setelah memakirkan motornya, Kelli menekan bel rumah.

"Cari Mas Reyhan ya, Mbak?" tanya wanita paruh baya yang Kelli yakini itu pembantu di rumah Reyhan, Kelli mengangguk.

"Mas Reyhannya masih tidur mbak" ujar Ibu itu, Kelli menggeram.

"Dimana Bu kamarnya? Saya bisa minta tolong antarkan saya ke kamarnya Reyhan," pinta Kelli, Ibu itu mengangguk. Kelli melongo melihat setiap ruangan yang ia lewati, keduanya menaiki tangga.

"Ini mbak kamarnya," ucap Ibu itu seraya menunjuk kamar dengan pintu yang dihiasi flannel hitam bertuliskan 'Reyhan'.

Kelli pun membuka kamar Reyhan, kamar laki - laki itu sangat luas dan cukup rapi untuk ukuran anak laki - laki. Tatapannya jatuh pada Reyhan yang masih terbaring di atas tempat tidurnya, Kelli berdecak sebal. Ia pun berjalan ke arah jendela untuk menyibakkan gorden. Sinar matahari mulai masuk ke dalam kamar Reyhan, laki - laki itu menutupi wajahnya dari sinar matahari yang masuk. Kelli menarik selimut Reyhan kasar, hingga terjadi adegan tarik menarik selimut.

"Bangun woyy!!" ucap Kelli berang, Reyhan hanya mengerang dan melanjutkan tidurnya. Kelli yang geram, ia melepas sepatunya dan melompat - lompat di atas tempat tidur king size milik Reyhan.

"Wah empuk banget," kata Kelli dengan senyuman lebar. Reyhan yang merasa terusik, ia bangun dari tidurnya.

"Norak, udah sana keluar dari kamar gue," ujar Reyhan, laki - laki itu bersedekap.

Kelli turun dari tempat tidur laki - laki itu, "Gue nggak bakalan keluar dari kamar lo, sampai gue mastiin kalau lo udah masuk ke kamar mandi." Reyhan berdecak, namun ia tetap berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

Kelli mulai melihat isi kamar laki - laki itu, di pojok ruangan ada lemari besar berisi miniatur marvel. Ia baru tahu jika Reyhan adalah fans marvel garis keras. Namun ada hal yang membuat Kelli sangat terkejut,

"Lho ini kan...."

avataravatar
Next chapter