20 Chapter 20

Sudah beberapa hari Kelli tidak melihat Reyhan, karena dirinya sibuk belajar matematika dan musik bersama Rian. Begitu juga dengan Reyhan, ia sudah lama tidak melihat Kelli karena sibuk dengan persiapan kompetisi basketnya. Hubungan Kelli dan Rian semakin dekat, sedangkan Nita ia sedang gencar - gencarnya mendekati Reyhan.

"Nita dimana, Kell? " tanya Rian.

Kelli tersenyum, "Biasa, lagi nungguin si curut latihan basket." Rian tertawa mendengar julukan yang Kelli berikan untuk Reyhan.

Mereka pun mulai latihan bernyanyi, Kelli mulai bernyanyi dengan gitar di pangkuannya. Rian terbius dengan suara perempuan itu, semakin hari selalu ada peningkatan.

"Gimana? Ada peningkatan kan? " tanya Kelli bertubi - tubi.

"Ada kok. Eh tapi gimana tes matematika-nya tadi? " Tanya Rian, disambut Kelli dengan senyuman lebarnya.

"Wih liat lo yang senyum - senyum gini, gue yakin nilai lo bagus," kata Rian dengan senyum menggoda.

"Ya ya dong, nilai gue bagus," ucap Kelli dengan percaya diri. Rian manggut - manggut kemudian memandang perempuan itu penuh tanya.

"Gue dapat nilai 60 yeay!!" pekik Kelli senang, sedangkan Rian melongo.

Tapi memang termasuk kemajuan yang pesat untuk Kelli, karena ia tergolong anak yang lambat dan langganan nilai nol.

Rian tersenyum, "Widih bagus, ntar di tingkatin lagi ya."

"Ay ay captain," balas Kelli dengan senyuman lebarnya.

"Yuk pulang,  jangan gugup buat besok. Jangan minum es sama makan gorengan." Kelli yang mendengar Rian ceramah, ia memutar bola matanya malas.

"Iya Pak pelatih." Rian yang mendengar ejekan Kelli, ia mengacak rambut perempuan itu gemas.

***

Hari ini Kelli rasanya ingin bolos sekolah, tapi sejak kapan Kelli berubah menjadi pengecut seperti ini. Ia hanya melihat sandwich tanpa berniat memakannya. Di saat gugup seperti ini, ia tidak mood makan.

"Kok nggak di makan? " tanya Deren, Kelli hanya menggeleng.

'Tinnn!' Bunyi klakson mobil terdengar, Kelli segera berpamitan kepada Deren dan berlalu pergi keluar rumah.

"Hey morning," sapa Rian begitu Kelli duduk di sampingnya, mobil Rian pun meninggalkan pekarangan rumah Kelli.

"Morning," balas Kelli seraya tersenyum tipis. Rian mengerutkan keningnya, tidak biasanya.

"Lo gugup? " tanya Rian seraya tertawa kecil. Kelli melirik tajam Rian yang berada dibalik kemudi.

"Siapa yang gugup? Enak aja, gue nggak gugup kali," ucap Kelli berusaha tenang, sedangkan Rian hanya manggut - manggut dan tersenyum geli.

Sesampai di sekolah setelah mengucapkan terima kasih, ia langsung keluar dari mobil Rian. Kelli berjalan di koridor, tiba - tiba ada yang menghalanginya.

"Hey, lama nggak ketemu ya," sapa Reyhan seraya menyeringai, Kelli memutar bola matanya jengah.

"Nggak usah basa - basi," kata Kelli sewot, Reyhan nyengir.

"Jangan lupa nanti pulang sekolah ke cafe sebelah," ucap Reyhan mengingatkan, Kelli hanya mengangguk dan berlalu meninggalkan Reyhan yang tidak bisa berhenti tersenyum.

Kelli memasuki kelas dengan wajah tertekuk, Satya menghampiri perempuan itu. "Lo kenapa dah?" tanya Satya, tidak biasanya perempuan di depannya ini se-murung ini.

"Nggak papa," jawab Kelli singkat, Satya menatap perempuan itu kesal.

"Kenapa cewek kalau di tanyain jawabannya selalu nggak papa, padahal ada apa - apanya" gerutu Satya.

Kelli meletakkan tasnya di kursi, lalu menelungkupkan wajahnya di atas meja. Kelli bingung dengan dirinya sendiri, kenapa dia gugup seperti ini.

Drrt... drrtt..

+6281********* : Semangat, you can do it Kells

Melihat pesan itu, senyuman terukir di sudut bibir Kelli. Ia menegakkan duduknya, Kelli tersenyum lebar. Nita mengerutkan keningnya, "Lo sehat kan Kell?" Kelli hanya mengangguk membalas pertanyaan sahabatnya itu.

***

"Batagor yuk," ajak Nita seraya menggandeng Kelli menuju stand batagor.

"Nit gue nggak mood buat makan," ucap Kelli ogah - ogahan. Nita mengabaikan Kelli dan tetap menarik sahabatnya itu ke stand batagor.

"Batagornya dua porsi ya, Bi" ujar Nita, sambil menunggu pesanan ia mengedarkan pandangan ke penjuru kantin. Begitu menemukan yang ia cari, ia tersenyum lebar.

Setelah pesanan keduanya selesai, Nita menarik sahabatnya menuju meja Reyhan dkk. Kelli yang menyadari jika Nita akan membawanya ke meja Reyhan, ia berhenti berjalan.

"Kenapa lagi, Kell? " tanya Nita gemas.

Kelli menunjukkan cengirannya, "Gue ada janji makan bareng sama Rian di taman."

Nita mendengus, "Kapan lo janjian sama dia? Lagian gue tadi liat dia di ruangan osis."

'Mampus,' batin Kelli.

Nita menarik tangan sahabatnya. Begitu sampai di depan meja Reyhan dkk, laki - laki berjambul itu tersenyum miring.

"Kak kita boleh gabung kan? " Ijin Nita, di balas anggukan oleh Reyhan. Nita langsung duduk di samping laki - laki itu, sedangkan Kelli duduk di depan Reyhan.

"Kak Rey," panggil Nita, Reyhan berdeham.

"Aku nanti pulangnya boleh bareng nggak, Kak? soalnya abang nggak bisa jemput, Kak," pinta Nita, Reyhan melirik Kelli. Perempuan itu melihat Reyhan seraya menaikkan sebelah alisnya, Kelli segera memutus kontak mata diantara mereka.

"Tapi nanti gue mau ke cafe sama Kelli buat—" 

"Iya Kak aku tau, nanti aku tunggu. Lagian aku ikut ke cafe kok, mau liat Kelli," sela Nita seraya tersenyum lembut.

"Kell kok diam aja? Ngobrol dong, " celetuk Bian, semua orang yang berada di satu meja itu memandang Kelli.

Perempuan itu menaikkan alisnya, "Lagi males ngomong."

"Kelli cemburu, gara - gara si Reyhan nganterin Nita pulang," sahut Vion dengan wajah tanpa dosa, Bian menyikut lengan laki - laki itu.

"Cemburu? Sama si curut? Ngapain juga cemburu sama curut." Kelli menatap Reyhan datar, sedangkan laki - laki yang ditatap tersenyum miring. Vion dan Bian tertawa karena perempuan itu memanggil sahabatnya 'curut'.

"Yakin? Kok kayak cemburu gitu," goda Reyhan, Kelli berdiri dari kursinya.

"Nit gue duluan, nggak mood makan," ucap Kelli dan langsung berjalan keluar kantin, Reyhan tersenyum puas.

***

Kelli berjalan beriringan dengan Nita. Koridor tidak terlalu ramai, karena memang Kelli sengaja keluar kelas dua belas menit setelah bel.

"Kell, Nit, gue ikut," panggil Rian, Kelli dan Nita berhenti lalu menoleh. Rian berjalan ke arah keduanya dengan menenteng tas di tangan kanannya.

Sesampai disana, pengunjungnya cukup sepi. Hanya ada satu perempuan yang bisa di bilang dewasa dan Reyhan, laki - laki itu sibuk dengan ponsel di tangannya.

Kelli dengan reflek menarik tangan Rian, karena laki - laki itu berada di sampingnya. Mereka bertiga berjalan ke meja Reyhan. Rian tersenyum tipis melihat genggaman tangan Kelli dan dirinya, namun Kelli tidak menyadarinya.

Reyhan menengadahkan kepalanya, ia menyeringai. Tetapi begitu melihat tangan Kelli yang menggengam erat tangan Rian, ia tersenyum masam.

"Okay, kita mulai. Lo dulu atau gue dulu?" Kelli dengan mantap melepaskan genggamannya dan menunjuk Reyhan. Laki - laki itu dengan gaya angkuhnya berjalan mengambil gitar.

Reyhan mulai memetik senar gitarnya, matanya menatap Kelli. Ia mulai bernyanyi lagu bazzi-beautiful. Saat di lirik terakhir, Reyhan menatap Kelli lebih lembut.

"I just had to let you know, swear to god your beautiful"

'Blush.' Kelli yakin pipinya merah sekarang.

"Kalau liat gue biasa aja, terpesona ya sama gue?" tanya Reyhan percaya diri.

"Geer banget sih lo jadi cowok," ucap Kelli sewot.

"Kak Reyhan suaranya bagus banget," puji Nita.

"Makasih, Nit. Gantian lo cepetan. Keburu mbaknya pergi, gue minta dia jadi juri tadi." Kelli mendengus dan berdiri.

Sebelum itu, Kelli memandang Reyhan dengan tatapan kesal. Tapi justru laki - laki itu suka melihat raut wajah perempuan itu ketika marah, karena menurutnya Kelli terlihat lucu.

Kelli pun mulai menyanyikan favoritnya, Rachel Platten-Fight song. Mendengar suara Kelli, membuat Reyhan terkejut. Suara Kelli cocok dengan lagu yang perempuan itu bawakan.

"Gimana? " tanya Kelli begitu ia selesai bernyanyi.

"Gimana apanya? " tanya Reyhan balik, Kelli menatap Reyhan tajam.

"Suara gue gimana? " ulang Kelli, Reyhan manggut - manggut.

"Biasa aja," jawab Reyhan enteng, Kelli mendengus.

"Keren kok Kell" Puji Rian, perempuan itu tersenyum manis.

Tiba - tiba suara seseorang menginterupsi pembicaraan mereka, ia kakak yang Reyhan minta bantuan untuk menjadi juri.

"Jadi, saya lebih suka sama suaranya...."

avataravatar
Next chapter