1 Chapter 1

Hari ini adalah hari pertama Kelli masuk SMA barunya itu, tapi kebiasaannya bangun kesiangan tidak hilang. Matanya mengerjap, menyesuaikan dengan cahaya yang masuk dari jendelanya. Tirai jendelanya yang terbuka, membuatnya sadar bahwa mamanya yang workaholic itu pulang tadi malam. Perempuan itu beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi, matanya melirik ke arah jam di atas nakas.

"Oh masih jam tujuh," gumamnya seraya menggaruk kepalanya.

Begitu selesai, ia menyambar tas nya yang ada di atas meja belajarnya. Oh jangan salah, Kelli memiliki meja belajar walaupun itu hanya untuk pajangan saja atau paling tidak untuk meletakkan tas ransel nya itu. Kelli belajar? tidak mungkin seorang Kelli belajar, sampai upin ipin SMA pun Kelli tidak mungkin belajar. Melihat buku saja sudah membuat Kelli mengantuk.

Kelli memacu mobilnya dengan tenang, sambil mendengarkan lagu dari boyband favoritnya One Direction dan Exo. Ia tidak perduli jika ia sudah sangat terlambat ke sekolah. Yang terpenting ia masuk dan tidak bolos sekolah itu sudah cukup. Sesampai di depan gerbang sekolah, Kelli turun dan meminta satpam membukakan pintu gerbang untuknya.

"Oalah neng, mbok ya kalau berangkat jangan siang - siang. Kamu anak baru yo?" tanya satpam itu.

Kelli mendengus, ia meng-iya kan perkataan satpam itu dan masih keukeuh meminta satpam di depannya untuk membukakan pintu gerbang untuknya.

"Pak kalau bapak nggak buka gerbangnya, saya bakalan manjat gerbang ini Pak." Kelli mulai geram.

"Manjat aja neng, saya nggak yakin eneng bis... loh neng jangan manjat neng!"

Kelli mulai memanjat gerbang di depannya, mengabaikan teriakan satpam yang memintanya untuk turun. Jangan salahkan Kelli yang memanjat gerbang, salahkan saja satpam di depannya ini yang tidak mau membukakan pintu gerbang untuknya.

"Heh kamu!!"

Kelli yang masih berada di atas menoleh ke sumber suara. Disana pria paruh baya berdiri dengan berkacak pinggang, Kelli tebak adalah guru di sekolah ini. Dengan santainya Kelli mulai turun dari gerbang. Sekarang ia sudah sampai di dalam, ia membuka pintu gerbang dari dalam. Begitu gerbang terbuka ia melajukan mobilnya ke arah parkiran. Selagi Guru itu masih menceramahi satpam, Kelli berlari kabur dari sana.

Kelli mencari namanya yang berada di mading, ia tidak tahu ia masuk kelas yang mana. Salahkan ia yang kemarin tidak mengikuti Masa Orientasi Siswa, karena ia paling malas mengikuti acara seperti itu. Mending tidur di rumah, iya kan.

Ternyata ia masuk di kelas 10 IPS 1, ia berjalan santai ke arah kelasnya. Setelah menemukan kelasnya, ia segera mengetuk pintu. Pintu kelasnya terbuka, Kelli bisa melihat wanita paruh baya di depannya ini keluar dan bertanya kepada Kelli dengan tatapan mengintimidasi yang membuat murid - murid di sekolah itu ketakutan. Tapi itu tidak berlaku untuk Kelli. Semenakutkan apapun guru di sekolah, Kelli tidak akan terpengaruh. Buktinya ia sekarang menunjukkan cengiran lebarnya di depan guru yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan membunuh.

" Kamu baru jadi murid disini udah berani terlambat, apalagi di jam saya!! Apa kata dunia coba, kamu blablabla." Wanita di depan Kelli masih asik dengan ceramahnya sedangkan Kelli berharap gendang telinganya tidak pecah setelah ini.

"Ya ampun!! Sepatu warna putih, baju di keluarkan dan rok kamu kependekkan!! Kamu niat belajar di sekolah atau mau jadi preman di sekolah, hah?! Sekarang kamu pergi ke lapangan dan lari dua puluh lima kali putaran!! " Kelli tersenyum lebar.

"Makasih Bu hukumannya," ujarnya Kelli santai

Kelli berjalan meninggalkan kelas. Sebelum itu ia berbalik, memastikan bahwa guru tadi sudah masuk ke dalam kelas. Mengetahui jika wanita paruh baya itu sudah masuk ke kelas, ia jalan - jalan menyusuri koridor mencari kantin. Bodo amat lah soal hukumannya tadi, Kelli tidak mengambil pusing. Karena yang terpenting sekarang perutnya kenyang hati pun senang.

Begitu sampai di kantin, ia memesan nasi goreng satu porsi dan es teh manis. Kelli melihat sekeliling, kantin di sekolah barunya ini luas. Apalagi di saat sepi seperti ini, terlihat tambah luas. Matanya meneliti seluruh isi kantin hingga tatapannya berhenti di satu titik, segerombolan laki - laki yang bisa di bilang bandel. Seragam yang di keluarkan, tidak memakai dasi dan warna sepatu tidak sesuai ketentuan persis seperti dirinya. Tapi apa pedulinya. Kelli beralih menatap nasi goreng dan es teh manis yang baru saja datang.

"Gila nggak sih MOS kemarin, adek kelas kita bening - bening cuy."

"Bi, di otak lo isinya cewek mulu".

"Halah gayaan, lo juga cewek mulu. Malah lebih parah daripada gue."

Dan berbagai obrolan lainnya seputar cecan -cewek cantik- yang membuat Kelli memutar kedua bola matanya jengah. Kelli tahu sekarang, mereka itu kakak kelasnya. Kelli memperhatikan satu persatu dari segerombolan kakak kelasnya yang duduk di pojok belakang. Hingga pandangannya jatuh kepada satu laki - laki berjambul dan tampan, Kelli mengakui jika laki - laki itu tampan. Tapi ada yang lebih penting dari itu, dan hal itu membuat Kelli tidak nafsu makan lagi. Dia merokok.

Brak! 

Kelli menggebrak meja, membuat semua laki - laki di pojok belakang berjengit kaget dan memandang Kelli kesal. Kelli berjalan menghampiri gerombolan kakak kelas itu dengan wajah menekuk sebal. Ia tidak peduli mereka kakak kelasnya, yang terpenting ia bisa makan tanpa gangguan rokok di sekitarnya. Matanya tidak lepas dari laki - laki berjambul itu. Tangannya mengepal, rasanya ingin memukul wajah laki - laki itu. Di tembok sebelah laki - laki itu jelas sekali terpasang tulisan dilarang merokok, apa ia tidak bisa membacanya.

Semua laki - laki disana memandangnya heran bahkan masih ada yang memandangnya kesal, karena tingkahnya barusan yang terlampau kasar untuk ukuran anak perempuan.

"Eh ini jam pelajaran pertama!! Kalian malah nongkrong disini. Terutama lo, rokok lo ganggu gue. Emang sekolah ini punya nenek lo apa, seenaknya aja jadi cowok. Lo nggak bisa baca tulisan di tembok sebelah lo? Gue heran, gimana lo bisa jadi murid di SMA ini. Padahal lo nggak bisa baca." Kelli bersidekap, menatap satu persatu laki - laki disana. Ia menatap lama pada salah satu laki - laki disana yang merokok dengan tatapan tajam.

Laki - laki itu Reyhan. Ia termasuk laki - laki berpengaruh di SMA Jingga. Ia cucu dari pemilik sekolah ini. Reyhan berdiri, menatap perempuan di depannya dengan menyeringai.

"Kalau ini emang sekolah punya nenek gue, emang lo bisa apa? Lagian ya, lo nggak bisa ngaca? Atau nggak punya kaca di rumah? Ngaca dong, kaya lo orang paling bener aja. Penampilan berandalan kaya gitu sok nasehatin kita. Suka - suka gue lah mau nge-rokok kek atau nggak, itu bukan urusan lo. Apalagi kita yang notabene kakak kelas lo." Reyhan menatap Kelli sinis. Sedangkan perempuan itu tersenyum mengejek.

"Lo sadarkan kalo lo itu kakak kelas? Harusnya lo jadi panutan yang baik dong buat adik kelas," ucap Kelli seraya tersenyum mengejek.

"Lo...." Belum sempat membalas perkataan Kelli, Reyhan ditarik teman - temannya meninggalkan kantin. Kelli menghela nafas, ia tidak yakin kehidupan disekolahnya akan tenang setelah ini.

avataravatar
Next chapter