17 Chapter 17

Tingkah Kelli yang tidak biasanya, membuat Deren terus menatap Adiknya yang sekarang masih mengaduk makanannya tanpa berminat untuk memakannya.

"Lo kenapa, Dek? " tanya Deren memecah keheningan,

Kelli tidak menjawab. Ia berjalan memutari meja makan dan duduk disamping Kelli, Deren menyentuh pundak Adiknya. Perempuan itu tersentak, kemudian menatap bingung Deren yang ada di sampingnya.

"Lo kenapa? Dari tadi ngelamun, lo ada masalah? Cerita sama gue. Dek kalau lo diam kaya gini, gue ngerasa jadi abang yang nggak guna." Kelli pun menghambur ke dalam pelukan sang Kakak.

"Dia kembali Bang, gue senang. Tapi disisi lain gue masih shock, gue juga pengin cari dia," terang Kelli, isak tangis mulai terdengar. Deren memeluk adiknya seraya mengelus kepalanya.

"Everything gonna be okay, ntar gue bantuin cari dia," ucap Deren menenangkan, Kelli mengangguk dalam pelukannya.

Kelli merebahkan dirinya di tempat tidur, tetapi ia tidak bisa tidur. Sedari tadi ia berguling ke kanan dan ke kiri, ia menyambar ponselnya yang berada di atas nakas.

1 notification

Rian : Besok berangkat sama pulang sama gue, pulang sekolah bimbel matematika di rumah lo. see you :)

Kelli rasanya ingin berteriak saat itu juga. Masalah Vian belum selesai, di tambah bimbel matematika. Vian, dia teman masa kecil Kelli. Ia yakin yang meletakkan lolipop dan note di lokernya itu Vian, tapi laki - laki itu dimana. Hanya Vian yang memanggilnya dengan sebutan 'Kells', hanya laki - laki itu. Kelli yakin, laki - laki itu sudah banyak berubah. Buktinya selama ia bersekolah disana, ia belum pernah bertemu dengan Vian-nya.

Kelli berdecak kesal, ia memutuskan mengambil jaketnya dan jalan - jalan sebentar. Udara malam itu sangat dingin, ia menggunakan piyama minion dan jaket tebal. Namun, itu masih tidak membuatnya merasa hangat. Kelli duduk di ayunan yang berada di taman komplek, ia memeluk tubuhnya seraya menatap langit.

"Gue nggak nyangka, cewek barbar kayak lo suka sama minion." Kelli menoleh, ia mendapati Reyhan duduk di ayunan tepat di sampingnya.

Reyhan menatap lurus, sesekali melirik perempuan yang ada di sampingnya. Sudut bibirnya tertarik. Melihat Kelli dengan penampilan seperti ini, membuatnya terlihat berbeda dari biasanya.

"Lo ngikutin gue ya," tuduh Kelli seraya menyipitkan matanya, Reyhan tertawa.

"Yahh... percaya diri banget. Ngapain juga gue ngikutin kucing garong kayak lo. Nggak ada untungnya." Reyhan menatap perempuan di sampingnya dengan seringaian di bibirnya.

"Lo pengin banget gue ikutin?" tanya Reyhan masih dengan seringaian di bibirnya. Kelli dengan reflek mencubit pinggang laki - laki itu, Reyhan mengaduh. Keduanya terdiam, sibuk dengan pikiran masing - masing.

"Lo kenapa disini malam - malam? Gue pernah bilang sama lo kan, bahaya cewek malam - malam pergi sendirian," ucap Reyhan memecah keheningan.

"Bukan urusan lo, jangan sok peduli sama gue," ujar Kelli ketus.

Perempuan itu beranjak dari ayunan dan berjalan meninggalkan Reyhan. Laki - laki itu mengikuti Kelli dari belakang, seraya menuntun motornya.

Begitu sampai di depan rumah Kelli, perempuan itu berbalik dan bersidekap. "Lo bisa pulang, makasih."

Reyhan tersenyum, "Masih ingat kan sama taruhan kita? kurang seminggu lagi, jangan lupa." Kelli terkejut, ia baru menyadari jika kurang tujuh hari lagi.

"Gue nggak lupa kok," balas Kelli dengan cepat, Reyhan manggut - manggut.

"Bagus kalau gitu." Laki - laki itu menaiki motornya, meninggalkan Kelli yang mengacak - acak rambutnya.

Ia pikir jalan - jalan di malam hari akan membuatnya melupakan masalahnya, tapi justru menambah beban masalahnya. Gara - gara si kampret Reyhan.

***

"Bangun oy... ditungguin si Rian noh di bawah."

Deren berusaha membangunkan Adiknya yang memang susah bangun, kebo sejak lahir. Kelli mengguman kemudian kembali tidur, Deren menggeram. Sudah cukup, ia tidak tahan. Deren itu mengguyur sedikit air diwajah Kelli, perempuan itu langsung terduduk.

"Abang laknat!!! " pekik Kelli, Deren tertawa.

"Salah sendiri di bangunin susah, di tunggu si Rian di bawah. Cepetan."

Perkataan Rian membuat Kelli segera berlari ke kamar mandi. Ia hampir lupa jika hari ini dirinya berangkat bersama dengan Rian. 

Setelah dirasa sudah selesai, Kelli turun ke lantai bawah dengan tas di tangan kanannya. Melewati ruang makan, ia mencomot roti bakar dan meminum susu cokelatnya. Kemudian menghampiri Rian yang sedang mengobrol dengan Deren di ruang tamu.

"Ayo Yan," ajak Kelli, Rian beranjak dari duduknya. Setelah pamit, keduanya pergi meninggalkan pekarangan rumah.

"Lo tunggu gue dari tadi? " tanya Kelli, Rian menggeleng.

"Barusan sih," jawab Rian, laki - laki itu melirik Kelli yang berada di sampingnya.

"Kok jalannya masih sepi ya, jam berapa sih sekarang?" tanya Kelli.

"Jam 06:05, makannya gue santai banget," jawab Rian di sambut umpatan Kelli.

"Bang Deren sialan, gue kira tadi kita mau telat. Padahal gue kan pengin berangkat agak siangan. Pengen tidur lagi, semalem baru bisa tidur jam empat. Lo juga, kenapa pagi - pagi banget berangkatnya," omel Kelli, Rian terkekeh. Semalam ia memang tidak bisa tidur, banyak yang ia pikirkan.

"Gue nggak suka berangkat siang, biasain bangun pagi mulai sekarang. Lo wajib berangkat dan pulang sama gue selama kita belajar matematika, jangan coba - coba buat kabur. Lo tau kan Bu Yuni selalu awasin kita. Kalau lo pengin gue berhenti jadi tutor lo, Lo pasti tau apa yang harus lo lakuin," terang Rian panjang lebar.

"Gue harus bisa dapat nilai tinggi waktu pelajaran matematika kan? itu mustahil Yan. Gue nggak bakalan bisa, itu pelajaran horror," ucap Kelli frustasi, Rian tersenyum.

"Cintai pelajarannya, lo bakalan tau nikmatnya belajar matematika. Cintai pelajarannya, lo bakalan puas ketika lo bisa nyelesaiin soal matematika. Asal lo tau, matematika nggak serumit kelihatannya." Rian melirik Kelli yang berada disampingnya, perempuan itu terlihat berpikir.

"Okay, gue coba buat suka sama pelajaran itu," sahut Kelli, membuat Rian terkejut.

"Lo serius kan?" tanya Rian, perempuan itu mengangguk.

"Good girl." Rian tersenyum, Kelli terkejut. Pasalnya Rian orang kedua setelah Vian yang memujinya seperti itu.

'Apa jangan - jangan... nggak, nggak mungkin,' batin Kelli berusaha menepis.

Seakan teringat sesuatu, "Oh iya, lo ingat kan tentang taruhan gue sama Reyhan?" tanya Kelli, laki - laki itu hanya mengangguk.

"Kurang enam hari lagi Yan, gue ngerasa pesimis banget." Kelli menatap Rian yang sedang menyetir dengan raut gelisah.

"Gue nggak nyangka, cewek kayak lo bisa pesimis juga," ujar Rian seraya terkekeh.

"Yang gue tau, lo itu cewek percaya diri dan berani. Kenapa sekarang tiba - tiba pesimis kayak gini. Gue bakalan bantuin lo buat menang. Tenang aja," kata Rian menenangkan.

"Makasih, Yan," ucap Kelli walaupun masih terlihat gelisah.

"Senyum dulu," pinta Rian. Kelli pun tersenyum, hatinya mulai tenang. Perempuan itu menoleh menghadap Rian,

'Kenapa lo kok mirip...." Kelli kemudian menggeleng.

avataravatar
Next chapter