13 Chapter 13

"Ya udah gue pulang. Jangan kangen," goda Reyhan, sedangkan Kelli mendengus. 

"Nggak bakal kangen," ucap Kelli acuh.

"Yakin? Kalau kangen bilang kangen. Soalnya kata Dilan rindu itu berat," ucap Reyhan seraya tertawa, Kelli kembali mendengus.

"Dilan mah sukanya gombal, gue nggak suka," kata Kelli.

"Tenang aja, gue beda. Gue nggak kayak Dilan yang romantis. Gue nggak kayak Nathan yang manis. Gue ya gue, yang selalu sayang sama lo," goda Reyhan lagi seraya menyeringai.

"Bacot lo, sana pulang," usir Kelli dengan kesal.

"Iya iya, dasar kucing garong," gumam Reyhan. Kelli mengernyit, "Lo bilang apa tadi?" Reyhan menggeleng.

"Ya udah gue pulang," pamit Reyhan.

"Hati - hati," ucap Kelli, laki - laki itu terkejut lalu mengangguk. Reyhan pun menyalakan mesin motornya dan meninggalkan pekarangan rumah Kelli, perempuan itu tersenyum sepeninggal Reyhan.

***

"Darimana kamu? " ucap Riko a. k.a Papa Reyhan.

"Bukan urusan anda," ucap Reyhan dingin dan berlalu menaiki tangga menuju kamarnya.

"Kamu pikir Papa tidak tahu ulah kamu di sekolah hah?! Merokok, bolos, dan masih banyak lagi," ucap Riko, Reyhan berhenti dan berbalik.

"Apa peduli anda? " tanya Reyhan dingin.

"Papa peduli sama kamu Rey! Bagaimana bisa Papa nggak peduli dengan anak sendiri. Untuk apa papa pantau kamu lewat guru - guru kamu selama ini," ucap Riko dengan suara naik dua oktaf. Reyhan tersenyum sinis. 

"Peduli? Anda hanya peduli dengan perusahaan anda itu. Anda pantau saya hanya karena anda ingin saya meneruskan bisnis anda. Jika anda peduli dengan saya, seharusnya anda mendukung pilihan saya. Tidak malah memaksa saya demi kepentingan anda."

Setelah mengucapkan hal itu, Reyhan berjalan meninggalkan Riko yang bungkam.

"Lho Pa, kenapa? " tanya Karin, ia baru saja selesai menyiapkan makan malam. Riko hanya menggeleng sebagai jawaban. 

"Reyhan udah pulang?" tanya Karin lagi, Riko hanya mengagguk tanpa mengucap sepatah kata pun.

Reyhan merebahkan dirinya di tempat tidurnya, ia memejamkan matanya. Ia lelah. Reyhan sudah berjanji kepada dirinya sendiri jika ia tidak akan menuruti apa yang Papanya katakan. Sudah cukup ia menjadi korban keegoisan Papanya.

'Ceklek.'

Reyhan mendudukkan dirinya di tempat tidur, Mamanya masuk ke dalam kamarnya. Wanita paruh baya itu duduk di samping Reyhan seraya mengelus puncak kepala putranya. Ia menatap wajah putranya dengan tatapan sendu, senyuman lembut terbit di wajah Karin yang sedikit keriput.

"Anak mama sudah besar ya." Satu tetes air mata lolos membasahi pipi wanita paruh baya itu. Reyhan mengusap lembut pipi mamanya, menghilangkan jejak air mata wanita itu.

"Mama ingin kamu berdamai dengan masa lalu, mama ingin kamu dan Papa akur. Mama sedih melihat kalian berdua bertengkar," ujar Karin lembut, Reyhan memalingkan wajahnya. Bagaimana bisa ia melupakan masa lalu itu dengan mudah, apalagi akur dengan Papanya. Ia tidak bisa.

"Maaf Ma, Reyhan belum bisa. Tolong jangan paksa Reyhan." Setelah mengatakan itu, Reyhan merebahkan badannya membelakangi mamanya.

Karin menghela napas lelah. Setelah mengucapkan selamat malam dan mencium kening Reyhan, Karin beranjak keluar dari kamar Reyhan. Setelah mamanya keluar, rasa bersalah menyergapinya.

"Maafin Reyhan Ma,"

***

Ini merupakan rekor untuk Kelli, biasanya ia datang terlambat. Sekarang ia datang lebih pagi, walaupun lima menit lagi bel berbunyi.

"Kell," panggil Rian, Kelli pun menoleh dan menghampiri laki - laki itu.

"Nanti jangan lupa ya ke ruang musik pas istirahat, gue tunggu," ujar Rian mengingatkan seraya tersenyum hangat. Kelli mengangguk dan tersenyum.

"Ya udah gue ke kelas," pamit Kelli dan berlalu. Perempuan itu berjalan menuju ke kelasnya yang berada di ujung, senyum tidak luntur dari bibirnya.

"Pagi!! " sapa Kelli lantang, mengagetkan seluruh temannya yang ada di kelas.

Melihat senyuman yang terukir di bibir perempuan itu, membuat anak satu kelas bergidik ngeri. Mengingat Kelli yang jarang tersenyum. Kelli mengernyit ketika melihat teman - temannya berkutat dengan buku, tidak biasanya mereka seperti ini.

"Kalian semua kenapa sih?" tanya Kelli.

"Lo udah ngerjain PR ekonomi belum? " tanya Satya, tanpa melihat Kelli.

"Lah, emang ada ya? " tanya Kelli balik, sebagian temannya mendengus. Kebiasaan Kelli.

"Kenapa kamu berdiri di depan? " tanya wanita paruh baya.

Mendengar suara yang familiar itu, semua anak satu kelas berhenti menyalin PR. Sedangkan Kelli hanya nyengir dan mengacungkan dua jari membentuk 'V'.

"Aduh Bu Yanti, makin cantik aja Bu," puji Kelli dengan cengiran lebar, anak - anak satu kelas menahan semburan tawa.

"Kamu baru sadar kalau ibu cantik, sana duduk di tempat kamu," perintah Bu Yanti. Kelli pun berjalan menuju tempat duduknya seraya mendumel.

"PR-nya dikumpulkan di depan, yang belum mengerjakan bisa keluar," ucap Bu Yanti, Kelli pun berdiri.

"Kell lo bisa nyalin PR gue, ini PR gue udah selesai," bisik Nita, Kelli menggeleng.

"Nggak usah Nit makasih, lagian juga udah mepet. Ntar kalau ketahuan, lo di hukum gara - gara gue. Santuy aja lah, gue malah seneng di hukum," ucap Kelli dengan cengiran lebar. Perempuan itu berjalan keluar kelas.

"Mau kemana kamu? " tanya Bu Yanti.

"Keluar lah bu, katanya di suruh keluar tadi," ucap Kelli,  sedangkan wanita paruh baya itu menghela napas lelah.

"Kamu nggak ada capeknya ya berulah di sekolah," kata Bu Yanti.

"Kurang menantang Bu kalau sekolah nggak berulah," ujar Kelli dan berlalu keluar kelas, membuat wanita paruh baya itu menggeleng.

Kelli berjalan ke ruang musik, ia ingin bermain gitar seperti yang Rian ajarkan kemarin. Koridor sepi, langkahnya menggema di sepanjang koridor yang ia lewati. Sesampai disana, ruang musik tampak sepi. Kelli mengambil gitar yang berada di pojok ruangan. Ia mendudukkan dirinya di kursi seraya memangku gitar, ia ingin bernyanyi tapi ia bingung ingin bernyanyi apa. Tiba - tiba ia teringat dengan teman masa kecilnya, ia memetik gitarnya.

.

"I can be tough, I can be strong. But with you, it's not like that at all." Kelli memejamkan matanya.

"There's a girl, that gives a shit. Behind this wall, you've just walked through it."

"And I remember, all those crazy things you said. You left them running through my head. You're always there, you're everywhere. But right now I wish you were here."

"Aku janji, aku nggak bakalan tinggalin kamu," ucap anak kecil laki - laki kepada Kelli kecil. Anak perempuan kecil itu tersenyum lebar, ia menghapus air mata di pipinya.

"Iya Kak, Kelli janji nggak akan ninggalin Kakak juga. pinky swear," ucap Kelli kecil, seraya mengangkat jari kelingking nya. Anak kecil laki - laki itu menautkan jari kelingkingnya kepada Kelli kecil. Keduanya tersenyum lebar.

Matanya menerawang jauh, sekelebat bayangan masa kecilnya dengan teman masa kecilnya itu memenuhi pikirannya. Tiba saat reff lagu, tangis Kelli pecah.

"Damn, damn, damn. What I'd do to have you here, here, here."

"Damn, damn, damn. What I'd do to have you near, near, near."

"I love the way you are. It's who I am, don't have to try hard. We always say, say like it is. And the truth is that I really miss." Kelli menatap lurus ke depan dengan tatapan sendu, ia sangat merindukan laki - laki itu.

"Gue nggak suka liat lo sedih," ucap seseorang lirih.

avataravatar
Next chapter