10 Chapter 10

Reyhan pulang sekolah, dan melajukan motornya ke arah rumah Vion. Seperti biasa, sampai disana Bian sudah me-monopoli keripik singkong buatan mama Vion. Reyhan yang melihat itu, hanya menggeleng. Bian tidak bisa lepas dari yang namanya makanan.

"Weyy... ma bro," sapa Bian kepada Reyhan. Laki - laki itu tersenyum lebar. Membuat Bian dan Vion saling memandang heran.

"Ada yang seneng banget hari ini, kenapa lo nyet?" tanya Vion dengan tatapan menyelidik.

Ketika Reyhan akan membuka mulutnya, ponselnya berdering. Mengetahui siapa yang menelponnya, membuat laki - laki itu mematikan ponselnya. Ia menjatuhkan tubuhnya di sofa, moodnya berubah menjadi buruk.

"Papa lo? " tebak Bian, Reyhan mengangguk. Vion dan Bian menatap laki - laki itu prihatin. Vion berusaha mengalihkan perhatian sahabatnya itu. 

"Jadi kenapa lo tadi senyum - senyum? " tanya Vion. Reyhan menundudukkan tubuhnya, senyum kembali terukir di bibirnya. Ia menjelaskan tentang taruhannya dengan Kelli. Mendengar tentang taruhannya dan Kelli , membuat kedua sahabatnya menganga tidak percaya.

"Kenapa? gue salah? " tanya Reyhan, kedua sahabatnya menggeleng bersamaan.

"Trus? "

"Lo kok tumben pinter?" tanya Vion yang terdengar seperti pernyataan, membuat Reyhan memiting leher laki - laki itu.

"Ampun Rey.... " Vion memohon kepada Reyhan.

"Lo sih bosen hidup," ucap Bian dengan tertawa.

***

Pagi itu Kelli sangat bersemangat, ia berjalan di koridor dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya. Ia jarang tersenyum, tapi kali ini ia tersenyum senang. Karena hari ini ia akan belajar bernyanyi dengan sepupunya Nita. Kali ini ia akan serius belajar. Jika ia menang, lumayan mempunyai pembantu seperti Reyhan. Kapan lagi kan, laki - laki idola sekolah jadi pembantunya.

"Widih... cerah amat neng wajahnya. Nggak kering tuh gigi, dari tadi nggak berhenti senyum. Awas lo kesambet," ujar Mita, salah satu teman sekelas Kelli.

"Nit temen lo tuh, kepalanya habis kejedot makannya jadi gini," ujar Ria, disambut tawa teman perempuan yang lain. Nita tersenyum. Kelli meletakkan tas nya di meja dan mendudukkan dirinya di bangku samping Nita.

"Nit makasih ya, gue akhirnya bisa tidur nyenyak semalem. Gue nggak sabar buat ngalahin si Reyhan," ucap Kelli seraya tersenyum lebar.

"Sama - sama, ntar kita ke kelasnya dia. Btw, kemarin gue juga udah ngomong ke dia," balas Nita, membuat Kelli tersenyum semakin lebar.

Jam pertama pun di mulai, kebetulan Pak Bimo yang mengajar. Guru gunawan a. k. a Gundul menawan, itu sebutan dari anak - anak lain untuknya karena kepalanya yang botak. Ada kesenangan tersendiri jika Pak Bimo yang mengajar, salah satunya yaitu pria paruh baya itu akan mudah tertidur jika membaca koran. Dan pagi ini, anak sekelas sudah menyiapkan koran di meja guru.

"Selamat pagi anak - anak, hari ini saya minta kalian mengerjakan latihan soal halaman 45," ucap Pak Bimo seraya mendudukkan dirinya. Melihat pria paruh baya itu mulai membaca koran, semua tersenyum senang. Tinggal menunggu beberapa menit, gurunya itu pasti akan tertidur.

Dan benar saja, setelah lewat beberapa menit pria paruh baya itu jatuh tertidur. Semua murid sekelas bertersenyum lebar. Sebagian murid keluar kelas, termasuk Nita dan Kelli.

"Lho Nit, kok ke lantai atas? " tanya Kelli, ia mengerutkan keningnya.

"Sepupu gue itu kakak kelas kita," jawab Nita. Kelli menganggukkan kepalanya mengerti, keduanya pun berjalan menaiki tangga.

Nita mencari kelas sepupunya itu, diikuti Kelli yang mengekorinya di belakang. Begitu menemukan kelasnya, Nita mengintip lewat jendela.

"Aman, kelasnya jam kosong," ucap Nita seraya tersenyum, diikuti Kelli yang juga tersenyum lebar.

Kelli mengetuk pintu kelas sepupunya Nita, tak lama pintu terbuka. Kelli menyerobot masuk dengan kasar, membuat perempuan yang berada di depan pintu memekik karena hampir saja jatuh terjengkang.

Nita berusaha menarik tangan Kelli, tapi perempuan itu tidak sabar ingin menemui sepupu Nita. Hingga keduanya menjadi pusat perhatian.

" Ngapain kesini? Nyariin gue, hm? Apa lo minta batalin taruhan antara gue sama lo, iya kan?" Kelli hafal betul dengan suara ini. Perempuan itu menoleh, dan mendapati Reyhan yang bersedekap. Kelli mengangkat alisnya.

'Buukk.'  Satu pukulan mendarat di perut Rayhan

Semua orang di kelas menganga tidak percaya. Sedangkan Nita menarik ujung baju seragam sahabatnya sambil menggigit bibirnya khawatir dengan Reyhan.

"Jangan geer, ngapain juga nyariin lo. Satu hal lagi, gue nggak akan nyerah. Kalau pun gue kalah, gue dengan senang hati menerima hukumannya," ucap Kelli seraya menatap mata tajam Reyhan.

'Buukkk' Kedua mengenai perutnya lagi.

"Gue. Bukan. Pengecut. Dan. Gue. Nggak. Takut. Sama. Lo. Ngerti," ucap Kelli penuh penekanan di setiap kata yang ia ucapkan.

"Siapa yang disini namanya Rian? Sepupunya Nita!!" teriak Kelli. Salah satu laki - laki yang berada disana maju ke arah Kelli sambil menunjukan deretan gigi putihnya.

"Gue," jawab Laki - laki itu, ia tersenyum lebar.

"Nanti istirahat gue tunggu lo di ruang musik." Setelah berucap seperti itu, Kelli dan Nita berbalik pergi dari kelas itu. Begitu turun dari tangga dan berbelok ke kelas,

"Lo positif gila!!!" Pekik Nita masih dengan wajah pucat. Ia khawatir dengan Reyhan, melihat Reyhan yang kesakitan membuat Nita takut dan khawatir secara bersamaan. Tapi di sisi lain ia senang. Karena dengan Kelli memukul Reyhan, pasti laki - laki itu akan membenci Kelli. Dan ia akan lebih mudah mendekati Reyhan. Sedangkan Kelli memilih menghiraukan sahabatnya itu, dia merasa pernah melihat sepupunya Nita sebelumnya. Tapi dimana. Keduanya pun berjalan kembali ke kelas.

***

'Kuat juga si kucing garong,' batin Reyhan.

Ia tersenyum, ketika Kelli meninggalkannya.

Reyhan tidak menyangka perempuan itu akan berbuat sekasar ini padanya. Tapi lucu juga. Vion dan Bian kagum dengan keberanian Kelli, tapi mereka juga kasihan dengan sahabatnya yang kesakitan.

"Kenapa nggak tahan tangannya dia, Rey?" tanya Bian. Oh iya, bahkan Reyhan baru menyadari. Mengapa dirinya tidak menepis pukulan dari Kelli. Ia hanya mengangkat bahu menjawab pertanyaan Bian.

Tidak sedikit dari siswi yang khawatir kepadanya dan membenci Kelli. Mereka yang meng-klaim jika mereka adalah fans Reyhan. Mereka tidak suka jika idolanya di perlakukan kasar seperti tadi, tapi dilain sisi mereka juga takut dengan Kelli.

Vion dan Bian membawa sahabatnya itu ke UKS, apalagi jika bukan membolos. Reyhan sudah biasa seperti ini, dia tidak perlu ke UKS. Tapi hal ini bisa dibuat alasan agar mereka dapat membolos di UKS, seperti biasa mereka akan menggunakan fans-nya Reyhan.

"Gue minta tolong sama kalian, izinin gue sama temen gue ya," ucap Reyhan semanis dan selembut mungkin kepada perempuan yang bergerombol di depannya ini.

Mereka mengangguk senang, karena idola mereka memberi kepercayaan kepada mereka. Walau kenyataanya tidak begitu. Reyhan dipapah Vion dan Bian keluar dari kelas. Begitu jauh dari kelas, mereka jalan seperti biasa.

"Gue heran ya, fans lo itu bego banget. Mereka mau aja di bego-in sama orang bego," celetuk Vion di sambut tawa dari Bian.

"Sialan," umpat Reyhan.

***

Sesuai dugaan, Pak Bimo bangun dan marah karena beberapa dari muridnya menghilang. Beliau meminta muridnya untuk pergi ke kantor, menemuinya saat jam istirahat. Beliau pun keluar dari kelas, karena jam sudah habis. Untung saja, Kelli dan Nita datang sebelum gurunya itu bangun.

"Pak Bimo kan single tuh, makannya minta diapelin di kantor," sahut Kelli membuat beberapa teman perempuan tertawa.

"Kelamaan single sih," celetuk Ria.

Bel istirahat berbunyi, Kelli dan Nita berjalan keluar kelas. Keduanya segera pergi ke ruang musik. Kelli sudah bertekad, ia harus menang. Senyum tersungging di bibirnya. Di koridor yang mereka lewati, banyak murid entah itu perempuan atau laki - laki menatapnya ngeri. Berita tentang Kelli yang memukul idola sekolah itu sedang menjadi trending topik terhangat seantero sekolah. Seperti biasa, Kelli mengacuhkan pandangan dan bisik - bisik orang di sekitarnya.

Kelli membuka pintu ruang musik, dia mendapati Rian yang sedang bermain gitar. Kelli saling berpandangan dengan Nita dengan mata berbinar. Begitu Rian selesai bermain gitar, mereka berdua bertepuk tangan. Rian hanya tersenyum.

'Cowo ini terlalu murah senyum,' batin Kelli, dia jadi teringat laki - laki masa lalunya dulu. Ia sahabat Kelli waktu berusia sembilan tahun. Sekelebat bayangan ketika sahabat masa kecilnya itu meninggalkannya tanpa kabar, memikirkan itu membuatnya ingin menangis.

Nita menepuk bahu Kelli, membuat perempuan itu tersadar dari lamunannya. Nita mengisyaratkan untuk segera berlatih dengan Rian, Kelli hanya tersenyum masam. Melihat gitar, selalu mengingatkannya  pada sosok laki - laki nya itu. Bahkan sampai sekarang belum ada kabar.

'Semoga dia baik - baik aja,' batin Kelli.

avataravatar
Next chapter