webnovel

chapter 21

Keringat dingin mulai mengucur di pelipis Rachel. Meskipun terdapat AC di apartemen Raga namun dadanya sangat sesak dan gerah, susah payah dirinya untuk sekedar menelan salivanya sendiri. Saat ini Rachel tengah duduk di sofa, tidak sendiri pastinya. Dihadapanya ada kedua orangtua Raga. Hanya hening, tidak ada sepatah katapun yang terucap. Orangtua Raga hanya menatap Rachel tanpa suara, membuat Rachel semakin ciut. Rachel menundukan kepalanya dalam-dalam, baru kali ini ia merasa terintimidasi.

Setelah cukup lama bergeming, akhirnya ayah Raga beranjak. Entah apa yang akan beliau lakukan, tapi yang pasti itu tidak akan membantu Rachel. Terlebih Ibu Raga masih mematung di depannya, menyilangkan tangan dengan tatapan garang. Damn.

Raga masih tidak mengerti alasan mengapa ia tiba-tiba saja diminta ke ruang kepsek. Seingatnya ia tidak pernah melakukan tindak kriminalitas pelajar secara terang-terangan. Sekalipun dia terkena sebuah kasus, seharusnya teman-temanya ikut terseret bukan? Tanpa pikir panjang ia mengetuk pintu ruangan sakral tersebut. Ia masuk dan bergegas menghampiri Pak Kepsek yang sedang duduk ditemani tumpukan berkasnya. Pak Kepsek yang semula fokus ke PC, akhirnya menyadari kehadiran Raga.

"Oh Raga. Ayahmu tidak bisa menelpon kamu, jadi beliau menghubungi sekolah. Sebaiknya kamu cepat pulang saja" tukas Pak Kepsek

Raga akhirnya undur diri dari ruangan tersebut, ia buru-buru memeriksa ponselnya. Ternyata sudah banyak panggilan tak terjawab dari Rachel dan ayahnya. Raga sudah bisa membaca situasi saat ini. ia bergegas ke parkiran dan melajukan motornya dengan kecepatan penuh.

Disinilah Raga akhirnya, duduk disamping Rachel tepat di depan orangtuanya. Raga hanya diam, begitu pula Rachel dan kedua orang tua Raga.

"Ga, Kamu tahu kan alasan ayah minta kamu pulang?" tanya Ayah Raga memulai percakapan

Raga menganggukkan kepalanya pelan. Berbeda dengan Rachel, sedari tadi Raga tidak menundukkan kepalanya, Dia tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari tatapan menyelidik orantuanya.

"Ayah yakin kalau kamu udah cukup dewasa untuk menyikapi sesuatu, jadi ayah minta sekarang kamu jelasin semua ini ke Ayah" titah Ayah Raga, mau tidak mau Raga harus menjelaskan situasinya kini.

"Dia Rachel, Raga nolongin dia. Tapi karena miskin, dia numpang" jelas Raga

"Udah cuma itu? ehm siapa nama kamu?" tanya Ayah Raga ke Rachel

"Eh, ah iya. Kenalin Om, saya Rachel" jawab Rachel sambil berusaha memberikan senyuman terpolosnya

"Oh Rachel, saya Andre, Ayah Raga. Sebelumnya saya mau tanya, Kenapa kamu disini? apakah sebelumnya kamu sudah mengenal Raga?"

"Belum sih Om, sebenarnya saya nggak tahu Raga siapa. Tapi yang saya tahu dia orang baik karena tanpa tahu saya siapa dia mau nolongin saya"

"Nolongin apa sih sampai kamu mau tinggal berdua sama dia, kamu cewek lho. Cantik lagi. Bisa aja Raga itu orang jahat yang pura-pura baik. Masih banyak pilihan selain kamu tinggal dengan orang asing. Memangnya kamu nggak punya keluarga, teman, atau rekan? Kamu masih muda lho"

"Saya nggak punya siapa-siapa Om" ujar Rachel seadanya

"Yang bener, Kamu kabur dari rumah ya?" "Ahahaha kalau saya punya rumah, nggak bakal lah saya milih numpang Raga Om. Dia nggak asik"

"Kamu ini, kalo ngomong suka bener. Saya juga males ngomong sama dia, makanya saya tanya kamu aja"

"Iya om hehe" Rachel lega, orang tua Raga tidak se killer apa yang dia bayangkan. Mereka juga humble dan friendly. Jujur Rachel merasa jika kedua orang tua Raga cukup familiar, tapi dia sendiri masih tidak tahu mereka siapa.

"Oh ya Rachel, kenalin ini Ratna, Isteri saya. Kayaknya dia kepo sama kamu" goda Ayah Raga terhadap istrinya, tak khayal sebuah cubitan mendarat di pinggang Om Andre. Mengapa mereka tega memamerkan keuwuan di depan Rachel.

"Rachel, Sudah berapa lama kamu disini?" tanya Ibu Raga

"Iya tante, kayaknya udah 2 minggu an" jawab Rachel ragu, benar saja ekspresi Ibu Raga langsung berubah syok.

"Aaaaaaa'!!!!"

"Hem" jawab Raga singkat, benar-benar anak tidak berakhlak. Bisa-bisanya ia se kulkas itu kepada Ibunya, batin Rachel.

"Ini anak orang udah kamu apain aja. Kalian tidur bareng? Bunda nikahin ya kamu"

"Nggak"

"Jujur!! kenapa kaos kamu Rachel pake, itu baju dari Bunda lho. Jangan bilang selama ini Rachel cuma pakai baju-baju kamu. Kamu kehabisan uang? Astaghfirullah makanya kalo masih bocah jangan bawa perawan pulang" Rachel melirik pakaiannya, sial mengapa hari ini ia memakai kaos Raga dengan bawahan short hitam. Orang tua mana yang tidak heboh coba.

"Raga tidur di sofa tante, dia juga udah beliin saya baju kok. Saya tadi cuma pengen pakai baju longgoran aja. Kita nggak ngapa-ngapain kok tante. Beneran. Raga aja jarang ngomong ke saya" sahut Rachel menanggapi ocehan Bunda Raga

"Ga, bisa ikut Ayah sebentar" Ayah Raga beranjak pergi yang diikuti Raga di belakangnya, Rachel melirik mereka hingga akhirnya mereka keluar dari apartemen.

"Rachel" panggil Bunda Raga pelan

"Iya tante" sahut Rachel kemudian

"Kamu kok kaya udah familiar ya, emang kita pernah ketemu?" ternyata bukan cuma Rachel yang beranggapan demikian

"Nggak tahu tante. Tapi Rachel juga ngerasa gitu"

"Yaudah hahaha. Oh iya emang dulu kamu tinggal dimana Chel?" tanya Bunda Raga, jujur arah pembicaraan ini membuat Rachel sedikit tidak nyaman

"Rachel tinggal sendiri di apartemen tante, tapi karena ada sesuatu Rachel udah nggak bisa tinggal di sana" terang Rachel sambil tersenyum kecut

"Astaga. Kamu tinggal sendiri? masalah apa kalau Tante boleh tau?"

"Ada masalah internal sama keluarga"

"Masalah ap-"

"Bunda, Udah. Ayo pulang" potong Ayah Raga. Rachel sangat bersyukur Ayah Raga datang diwaktu yang tepat, ia masih belum siap untuk membagikan kisah pilunya dengan orang lain.

"Bentar dong Yah. bunda lagi ngobrol ini" jawab Bunda Raga dengan kesal

"Ayah mau meeting, kalau Bunda mau pulang naik taksi ya terserah"

"Ahhh Ayah, yaudah oke. Bunda ikut pulang. Raga itu di paperbag ada makanan, ntar kamu makan ya. Rachel juga diajak makan, kasian kurus" Akhirnya kedua orangtua Raga pulang kembali menyisakan Rachel dan Raga di sofa.

"Eh bego kemana aja lo, gue telpon nggak aktif" tanya Rachel bersungut-sungut

"Sekolah" jawab Raga singkat

"Sialan. hampir mati gue gegara was was sendirian tau nggak lo!"

"Nggak"

"Raga elo mahh" geram Rachel, ia sangat kesal dengan sikap Raga. Tak heran ia sering diabaikan, kedua orang tuanya saja juga diperlakukan tak jauh berbeda.

"Makan. Beresin barang lo" tegas Raga sebelum beranjak dari sofa

"Hah gimana? Lo mau usir gue. Yaampun Ga, lo tega banget sih. kan gue belum dapet kerjaan, jahat beut sih woii" Raga mengabaikan keluhan Rachel, ia berjalan ke meja pantry dan meraih paperbag bawaan Bundanya. Ia memindahkanya ke piring sebelum pergi ke kamar mandi. Rachel kesal setengah mati, tapi mau bagaimana lagi. Ia cuma numpang. Rachel meraih piring yang sudah terisi makanan tadi. Ia harus mengisi perut sebelum di tendang oleh Raga. Belum tentu Rachel nanti bisa makan. Huhuu sedih T_T

đŸŒ»đŸŒ»đŸŒ»

TBC!!

Next chapter