1 1 #

**********

" Ayo lempar, jangan sampai lolos ! " soraknya terengah-engah.

Cahaya matahari semakin meredup seolah olah ditelan oleh awan senja.

Tak,,,! ( Suara benturan bola kasti )

" Yey,,, kita menang ! " pekiknya lagi sambil tertawa lepas.

Gadis kecil yang mengenakan topi warna kuning itu ayra,

Keringat membasahi keningnya, dia terlihat sangat bahagia bermain dengan teman temannya di sebuah lapangan bola kasti yang ada di tengah desa.

Allahuakbar,,,Allahuakbar,,, ( Petunjuk masuknya waktu sholat maghrib )

Anak anak bergegas kembali kerumah masing masing. Ayra dan temannya dio memungut bola yang tadi mereka pakai untuk bermain.

" Di, kalau kau mau balik duluan gapapa kok, biar aku yang beresin " ucap ayra sembari tersenyum.

" Santai aja, toh nantik kita bakalan di jemput juga kan ?" sahut dio melanjutkan pekerjaannya.

" Yaudah kita tunggu disini aja ya di, nanti mamaku bingung mau nyari kita kemana " balas ayra mengambil posisi duduk santai.

" Oke ! " sahut dio ikut bersandar di sebelah ayra.

Sudah hampir 2 jam mereka menunggu, langit yang gelap hanya ditemani para bintang. Tidak ada tanda tanda kedatangan bu laila, mamanya ayra. Sedangkan pak Tian sudah datang untuk menjemput dio.

" Dio ! dasar bocah nakal,,, audah larut begini masih belum pulang juga, ayo pulang dengan bapak ! " bentak pak tian

" Maaf pak, dio tadi mau pulang duluan, tapi kasihan ayra ditinggal sendiri mamanya belum datang jemput dia " terang dio menghampiri ayahnya

" Kenapa lama sekali ibumu menjemputmu, bahaya kalau anak perempuan pulang larut malam... kalian ini masih kecil, kalau nanti diculik orang gimana !? " ujar pak tian.

" Ayra juga gak tau om, biasanya sebelum maghrib mama udah jemput, tapi,,, kenapa hari ini gak datang ya ? " sahutnya tampak bingung.

" Ya sudah, kalau begitu biar om antar kamu pulang " ujar nya lagi.

Pak tian dan dio mengantar ayra sampai kerumahnya. Tapi rumah ayra tampak begitu gelap, tidak ada satupun lampu yang menyala. Pak tian mencoba menyeru sambil mengetuk pintu rumah, tali tidak ada jawaban.

" Ma,,,! " sorak ayra

" Ma,,, mama di dalem kan ? buka pintunya dong ma " sekali lagi ayra bersorak

" Buk,, buk laila, ini saya pak tian, saya mau bilang kalau Ay--- " tiba tiba menghentikan ucapannya.

Pak tian melihat samar samar dalam gelap ada secarik kertas yang diamplopkan terselip di dekat jendela. Dia langsung mengambil surat itu dan mengajak ayra untuk menunggu di rumahnya sampai ayahnya, ahmed pulang narik.

" Itu apa om ? " tanyanya bingung

" Om juga tidak tau, bagaimana kalau kita kerumah om dulu !? " ajak pak tian

" Nggak,,, ayra mau nungguin mama aja disini ! " ujarnya bersikeras

" Tapi tidak ada orang dirumahmu nak,,, ayo ikut sama om dulu " ulangnya lagi

" Nanti kalau mama pulang trus ayra gak ada dirumah gimana, kan kasihan mama nanti cari cariin ayra om " jelasnya lagi

" Nanti om coba telfon mamamu, sekarang ayo kita kerumah om dulu ! " perintahnya dengan nada aesikit tinggi

" Ayok ra ! " ajak dio

Setelah sampai dirumah pak tian, ayra disuruh menunggu diruang tamu. Pak tian menyuruh dio mandi lalu makan malam. Dia audah mwnawari ayra untuk ikut makan malam bersama, tapi ayra menolaknya.

" Benwran kamu tidak mau ikut makan ? " tanya dio

" Iya,,, aku makanya pas mama pulang aja nanti " jawab ayra dengan wajah gusar

Pak tio menghampiri ayra setelah selesai makan malam. Dia membuka surat yang diambilnya dari rumah ayra. Perlahan dia membaca surat itu, ekspresi pak tian berubah, dia memandangi ayra dengan mata yang mulai berkaca kaca.

" Nak kemarilah,,,! " suruh pak dio.

" Kenapa om ? apa isi suratnya ? " tanya ayra mulai bingung

" Berapa umurmu sekarang ? " tanya pak tian mengelus kepala ayra.

" 7 tahun om, sama dengan dio,,, tapi ayra bulan 7 dio bulan 10, berarti ayra 3 bulan lebih tua kan om ? " ujarnya polos

Pak tiang memalingkan wajah, menyapu air mata yang mengalir dipipinya. " Huftt,,,'

" Berarti kau sudah bisa membaca ? " sambung pak tian.

" Bisa om, coba sini ayra lihat apa isi suratnya !? " merebut surat dari tangan pak tian.

Ayra mulai membaca isi surat itu satu persatu kalimat, sampai pada isi suratnya yang berbunyi.

" Aku pergi, aku tidak tahan lagi hidup seperti ini. Kau tidak perlu mencari dimana keberadaanku, aku meninggalkan ayra bersamamu, tolong berikan dia kehidupan yang layak, jika menurutmu memberi makan 3 orang anggota keluarga adalah beban yang sangat berat, aku akan membantumu meringankannya, aku membawa satya, jangan pernah mencari kami ! "

" Ayra anakku, maafkan mama karna tidak bisa membawamu pergi. Mama berjanji akan segera kembali menjemputmu, tolong jangan membenci mama. Mama sangat menyayangimu nak, mama sudah meminta bibimu untuk membantu keperluan sekolahmu nanti. Mama--- "

Perlahan air matanya mulai menetes. Ayra memang tidak begitu paham maksud dari surat yang baru saja dia baca, tapi dia tau kalau mamanya sudah pergi meninggalkannya.

" Mam,,,a " gumamnya lirih

" Mama...... mama dimana ? kenapa mama ninggalin ayra sendiri, ayra mau ikut sama mama ! " dia menangis terisak isak.

Pak tian dan anggota keluarganya ikut merasa sedih melihat ayra yang menangis sambil memeluk surat yang ditulis mamanya.

" Kemarilah nak,,, jangan menangis lagi ! "

" Mamamu pasti akan kembali, dia tidak akan tega meninggalkan putri cantiknya ini sendiri, sudah jangan menangis lagi " ucap pak tian terbata sambil merangkul ayra.

" Mama,,, ayra janji gak bakalan nakal lagi, ayra janji gak bakalan main jauh jauh lagi, ayra janji bakalan belajar lebih rajin lagi, Ayra janji bakalan jadi anak yang pintar ma,,, ayra gak mau mama pergi " ujarnya berlinangan air mata..

Ayra melepaskan tangan pak tian, dia ingin kembali kerumahnya. Ayra berlari sangat kencang, kakinya tersandung, lututnya terluka dan berdarah tapi dia tidak menghiraukan rasa sakitnya dan tetap berlari menuju rumahnya.

" Ayra,,, ! " sorak dio yang mengikutinya berlari

" Dio, tunggu dulu nak " ujar pak tian ikut berlari

" Ayok pak, itu si ayra tadi jatuh...pasti kakinya luka " terang dio terengah engah.

" Iya, ayok,,, kita susul si ayra ! " ujar pak dio

Ayra sampai di depan rumahnya. Dia melihat papanya, ahmed sudah menunggu di depan pintu. Tampangnya sangat kusut. Dia menyadari kedatangan ayra, dan segera menghampiri putrinya itu.

" Kau dari mana saja ? jam segini baru pulang bermain, mana mamamu ? " tanyanya sedikit membentak

" Mama,,, " ayra terbata

" Kalau bicara yang jelas dong ayra ! " ujar ahmed

" Ini pa, surat ini mama yang bikin " menyerahkan secarik kertas yang ada di genggamannya.

Pak ahmed langaung mengambil surat itu dan membacanya. Dia termenung beberapa saat setelah selesai membacanya. Pak tian dan dio baru sampai. Dia merasa tidak enak karna membuka surat itu sebelum diberikan kepada pak ahmed. Pak tian meminta maaf atas kelancangannya, dia meminta dio untuk membantu ayra mengobati lukanya.

" Ayra, lututmu berdarah ! " ucap dio

" Ha,,, mana ? " ayra seperti orang mati rasa

" Sini aku bantu besihkan lukamu ! " ajak dio

" Hmmm,,,, baiklah " ayra menurut.

Pak tian mengajak pak ahmed bicara ditempat yang agak jauh dari anak anak mereka. Sedangkan dio tengah sibuk mengobati lutut ayra yang luka karna jatuh tadi.

" Oke selesai !" ujar dio lega

" Makasih ya di, aku tidak tau mau ngomong apa saat ini " jelas ayra.

" Ra, kamu mau tau gak alasan aku mau jadi teman kamu ? " dio mencoba menghibur ayra.

" Ha ? kenapa ? " tanya ayra masih terlihat sedih.

" Karna kamu itu kayak lion yang ada di dilm kartun itu lo !" terang dio.

" Singa maksudmu ? " ujarnya sambil menyapu air matanya.

" Iya,,, kau taukan singat itu kuat, dia tidak takut pada siapapun dan kondisi apapun, dia juga sangat berani dan pintar, sama sepertimu ! " terang dio

" Kau itu bicara apa sih, aku jadi bingung " ujar ayra

" Gapapa kalau kau bingung, yang penting kau tidak sedih lagi " gumam dio tersenyum canggung.

By me: Sandra_ssi

avataravatar
Next chapter