webnovel

Maaf

Di kantin..

"Myr bantuin dong, klo ngga gue ngambek sama lo" teriak Maura Putri dengan nada mengancam.

"Iya.., iya.., gue bantuin gitu aja ngambek lo" Ucap Myra Meyrlin sambil melangkah kearah Maura. "Gimana kalo gue ngga ada? Hmm..." ngga ada jawaban setelah sampai disamping Maura.

"Oi.., lo dengerin gue ngga sih??" Ucap Myra sambil menyenggol lengan Maura karna merasa tak dihiraukan.

Semangkok bakso yang di pegang Maura pun berakhir di atas lantai. Dan kuah bakso yang sangat panas menganai lengan Maura.

"Ahh.., uhh pannass" teriak Maura sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

"Huh ma-maa-aff" cicit Myra gugup dengan mata berkaca-kaca.

Merekapun menjadi pusat perhatian dan siswa/i yang melihat adegan tersebut pun mulai mengeluarkan argumen mereka masing-masing meskipun tak mengerti jalan cerita sepenuhnya.

"kasian" v:

"Tadi kelihatannya Myra sengaja deh nyenggol lengan Maura" ujar Chika Chantika dengan volume suara yang tinggi. Sebenarnya ia sengaja berbicara dengan nada yang tinggi agar murid yang mendengar perkataannya menjadi ikut-ikutan untuk memojokkan Myra.

"Beneran chik?" Tanya siswa yang penasaran dengan ucapan teman sekelasnya itu.

"Wah.., sahabat macam apa tuh?" timpal Monicha Putri teman dekat Chika.

"Bener lah.., buat apa gue bo'ong, ya ngga Mon?" Ucap Chika. "Iya gue tadi juga lihat" Monic menjawab sambil ngangguk-ngangguk. Sebenarnya ia tak melihat kejadian yang sepenuhnya.

"Pasti panas sekali, duh jadi takut"

"Apa lukanya akan berbekas?"

"Hal gitu aja diributin.., Dasar kampungan!"

"Dia yang salah, dia juga yg nangis"

"Air mata buaya, ckck"

Begitulah kira-kira ucapan para murid julit. Bukannya membantu atau menyelesaikan masalah yang terjadi, mereka lebih suka nambah masalah.

Dasar :(v

"1, 2, 3,..." Gumam Chika sambil tersenyum smirk.

"Lo sengajakan Myr, karna gue tadi ngancam lo?" tuduh Maura sambil berteriak.

"Tuh.., dengerkan Maura aja bilang begitu" timpal Chika dengan smirknya.

"Sumpah Ra, gue ngga sengaja" ungkap Myra tapi tak dihiraukan oleh Maura.

Karna sudah terbawa emosi dengan bisik-bisikan murid yang julit dengan spekulasi se pihak mereka. Maura malah tidak bisa mengendalikan amarahnya.

"Ra maafin gue, sumpah gue ngga ada niat buat lo terluka" ngga ada jawaban, yang terdengar hanyalah suara tangisan Maura dan itu membuat Myra semakin terlihat menyedihkan.

"Ra.., gue ngga mau lo sedih kek gini. Lebih baik lo marahin gue, tapi sumpah gue ngga sengaja" ucap Myra sambil menenangkan Maura.

"Iya gue maafin, lo ngga salah kok guenya aja yang ngga hati-hati" Ucap Maura dengan sisa tangisnya. Myra tersenyum hambar. "Hmm.., makasih Ra lo udah percaya sama gue."

"Yaudah.., klo gitu kita pesen lagi yuk" ajak Maura dan diangguki oleh Myra.

"Ehh.., tangan lo ngga papa Ra?" Tanya Myra hati-hati. Sesungguhnya ia takut membuat Maura terluka.

"udah ngga papa kok cuma kena cipratan doang" Ucap Maura tersenyum dan diangguki paham oleh Myra "syukur deh klo ngga papa."

"Mang, baksonya dua mangkok sama teh manisnya juga dua" pesan Maura. "Sip neng" balas mang Joko.

"Dianter kesana ya mang" pinta Maura sambil nunjuk kursi kosong dan melangkah kekursi tersebut. "Oke neng, mamang buat dulu ya" Ucap mang Joko.

"Wah, Maura emng berhati baik ya" Ucap siswa yang bernama Seli Julaeha kepada teman dekatnya. "Hmm.., padahal udah dijahatin" balas Icha Mutiara. "Atau..," belum selesai Seli mengucapkan kata-katanya.

Bbrakk.., ssreeekk..

Mendengar gebrakan meja membuat semua pengunjung kantin kaget dan melihat kearah sumber suara. "Bisa ngga sih mulutnya dijaga" Ucap Maura kesal. Sebenarnya ia kesal dengan bisikan para siswa julit tersebut.

"Udah Ra, ngga usah dibahas lagi" Ucap Myra berusaha menenangkan amarah Maura.

"Ngga bisa Myr mereka udah kelewatan" bantah Maura. Sesungguhnya ia berniat ingin membela Myra tapi perkataannya malah membuat Myra semakin dijelek-jelekan oleh murid lainnya.

"Prok, Prok, Prok.., Wah hebat banget acting lo Myr" Ucap Chika bertepuk tangan. Sehingga murid yang melihatnya pun bingung karna mereka tak ada yang paham maksud dari perkataannya.

"Kenapa kalian melihat gue gitu amat, huh?" Tanya Chika heran dengan tatapan semua murid kepadanya. "Apa maksud dari perkataan lo tadi Chik?" Tanya Seli mewakilkan rasa penasaran murid lainnya.

"Kalian udah lihat sendiri?" Ucap Chika yang membuat semua murid semakin ngga paham.

"Ya terus inti nya apa Chika?" ujar Seli. Sebenarnya ia semakin kesal dengan ucapan Chika yang ngga bisa ia pahami.

"Ish.., dasar.., Kalian bisa lihat dan dengarkan? Ketika Myra menstopkan Maura pada saat membelanya?" dan semua murid menganguk. "terus urusannya apa" kesal Seli kepada Chika. "Dengerin dulu, julit-julit kok lemot?" Ucap Chika. Karna ia udah kesal dengan sikap Seli yang menurutnya lemot.

"Gini.., ketika Maura membelanya seharusnya Myra ngga menghentikannya. Kenapa? Kalo Myra ngga menghentikan Maura jatohnya si Myra sengaja menyenggol lengan Maura dan agar si Myra dianggap seolah-olah jadi korban maka dia harus memberhentikan pembelaan Maura kepadanya agar bukan dia yang dianggap pelaku yang sebenarnya dihadapkan kita semua" Jelas Chika panjang lebar.

"Wah jadi itu cuma sandiwara lo Myr biar ngga disalahkan?" ujar Icha yang mulai ikut-ikutan.

"Dasar bermuka dua, hampir aja gue ketipu sama wajah lugunya" Ucap siswa julit lainnya yang bernama Edo Danando.

"Ish lo apaan sih Do" ucap teman dekat Edo. Sesungguhnya ia tak mau Edo terlibat dalam percekcokan murahan itu.

"Ngga.., Myra ngga salah! Ini semua cuma salah paham doang" Ucap Maura meyakinkan semua murid yang meragukan dan yang memojokkan Myra.

"Ngga Ra.., jangan mentang-mentang Myra sahabat lo jadi lo bela dan maafin dia. Tapi.., kita ngga akan memaafkan Myra atas kesalahannya" Ucap siswa yang mengidolakan Maura. Sesungguhnya Maura bagi mereka adalah sosok yang baik, ramah, cantik dan pemaaf tentunya karna sudah terbukti didepan mata mereka tapi bagi mereka Myra adalah salah satu penggemar Maura yang paling beruntung bisa dianggap jadi sahabatnya.

"kalian semua percayakan sama aku?" Ucap Maura dan diangguki oleh para murid yang mengidolakannya. "jadi aku punya permintaan sama kalian."

"Apa Ra? Kita semua pasti bakalan kabulin permintaan kamu Ra" Ucap salah satu siswi yang mengidolakannya tapi tak diketahui namanya.

"Aku minta sama kalian.., tolong maafkan Myra" Ucap Maura dengan nada memohon.

"Ngga usah Ra, aku ngga papa kok" Ucap Myra tidak suka dengan tindakan Maura yang harus memohon untuknya, karna Myra merasa dia tidak membuat kesalahan jadi untuk apa meminta maaf atas apa yang tidak dia lakukan.

"Ngga Myr kamu diam aja" Ucap Maura tak terima dengan bantahan Myra.

"Jadi kalian maukan maafin Myra?" pinta Maura lagi.

"Ya kita maafin" Ucap semua murid.

"Ini bukan tentang ngga salah atau salah, tapi ini permintaan Maura jadi kita melepaskan lo" Ucap Seli kepada Myra dan Myra hanya tersenyum sambil mengangguk.

Ditaman..

"Huff.., hari ini sangat melelahkan" Ucap Myra kepada dirinya sendiri.

"Hmm.., nulis diary aja" gumamnya.

Melelahkan

Ini hari yang sangat panjang dan...

...

Selesai menulis Myra menutup diary nya lalu menatap kedepan dan seketika dia kaget ternyata ada orang lain selain dirinya ditaman itu.

"Kamu siapa?" Tanya Myra.

"Gue Azlan Saputra" Ucap Azlan sambil mengulurkan tangannya kearah Myra dan Myra malah mengabaikannya lalu kembali keaktivitasnya tanpa membalas jabatan tangan Azlan.

Bukannya marah telah diabaikan, Azlan hanya menghela nafasnya pasrah lalu melangkah kesamping Myra dan duduk disebelahnya.

"Maaf" lalu Myra melihat kearah Azlan dengan tatapan bingung.

"Gue minta maaf, atas nama teman gue" Ucap Azlan.

"Teman?"

"Hmm.."

"Teman lo yang mana? Salah orang kali??"

"Ngga kok.., gue yakin lo orangnya."

Myra mengerutkan keningnya tanda bingung, karna tidak mau berbasa-basi lagi dengan cowok yang baru dikenalnya.

"Oke.., gue anggap ucapan lo benar tapi maaf gue pergi dulu" Myra langsung pergi dari taman dan meninggalkan Azlan sendirian.

Setelah Myra pergi Azlan tak bergerak dari tempatnya dan dia malah meniru kegiatan Myra beberapa saat yang lalu.

"Ternyata.., ini menenangkan! Pantesan aja lo bisa se tenang itu, walaupun kenyataannya beban masalah selalu datang bertubi-tubi" Ucap Azlan kagum kepada seorang Myra.

Next chapter