5 Bimbang

"Vi, aku istirahat duluan yah. Kamu mau bareng?" tanya Alex.

"Oke, gak deh thanks. Lo duluan aja," ucap Viera sambil mengetik kerjaannya.

"Em, oke." Alex berlalu pergi. Viera melihat Alex yang berjalan pergi. Banyak perempuan yang melihat ke arah Alex seperti terpesona. Tetapi Alex seperti biasa saja dan bodoamat, tidak seperti cowok-cowok playboy yang kalau, dilihatin banyak cewek langsung pasang tampang songgong sambil memasang senyum menarik perhatian.

"Cie, ngelihatin Alex terus nih." ucap Dea menggoda Viera.

"Apaan sih, ih," balas Viera. Dia langsung mengalihkan pandangannya ke berkas yang ada ditangannya.

"Dih pura-pura," ledek Dea. Dea duduk di tempat Alex. Menarik kursinya mendekat pada Viera.

"Udah baikan Vi?"

"Yah, gitu deh."

"Ehem..tanda-tanda bakal balikan nih."

"Bodoamat."

Viera kembali menyusun beberapa berkas yang sudah dikerjakannya. Dea yang masih kepo terus menggoda sahabatnya itu.

"Vi, nih makan dulu," suara Alex membuat dua perempuan itu terkejut. Alex memberikan sekotak makanan pada Viera. Viera tampaknya sedikit terkejut karena sikap Alex. Dea yang melihat kejadian itu memberi kode senyum-senyum menggoda pada Viera.

"Eh, gue pergi duluan yah," ucap Dea. Viera membesarkan bola matanya melihat Dea. Isyarat agar Dea tidak pergi dan tetap disini. Tapi sangat kurang ajar, sahabatnya itu sudah berlari pergi dengan alasan sakit perut.

Alex duduk di kursinya, yang sempat ditarik oleh Dea ke arah Viera yang jaraknya sangat dekat.

"Vi, ayo makan. Harus jaga kesehatan juga, jangan sibuk kerja mulu." ucap Alex. Alex membuka sekotak nasi untuk Viera. Dia juga membantu Viera menyusun tumpukan barang yang ada di mejanya. Viera yang sempat salah tingkah karena perlakuan Alex.

Viera masih terdiam melihat Alex yang kini sibuk memindahkan beberapa barang di atas meja kerjanya. Menyiapkan sebotol air dan tisu untuk makan. Viera tersanjung karena sikap yang diberikan Alex padanya. Tanpa mereka sadari saat ini mereka menjadi pusat perhatian orang-orang kantor, terutama cewek-ceweknya.

"Lex kayaknya kita makan di meja masing-masing aja deh. Aku gak enak banyak yang lihatin gini." bisik Viera pada Alex.

"Loh kenapa? kan kita cuma makan aja. Lagian bodoamat aja," balas Alex dengan gampang.

Viera mencoba untuk cuek dengan tatapan sinis dari orang sekitarnya. Viera yakin mereka iri pada dirinya, karena tatapan sinis itu mengarah pada dirinya bukan Alex. Tapi mereka tetap melanjutkan makan siang bersama itu.

* * * *

"Akhirnya, jam kerja selesai," gumam Viera. Sudah sejak tadi dia ingin cepat-cepat pulang. Bukan karena mau janjian sama Alex. Tapi karena risih dengan orang-orang kantor yang melihatnya dengan tatapan tidak suka sejak kejadian tadi siang.

Dengan segera dia menyusun barang-barangnya ke dalam tas. Kemudian mengambil berkas yang sudah selesai dikerjakannya untuk diserahkan kepada atasannya.

Saat bangun dari kursinya, dia baru sadar bahwa ada yang kurang, Alex. Kemana dia? tumben saja dia sudah tidak ada di tempat. Viera berjalan menuju ruangan atasannya. Dia merasa tidak enak karena beberapa pasang mata yang melihat ke arahnya.

"Pakai pelet mungkin dia, makanya Alex bisa ngejar-ngejar dia." bisikan salah satu teman sekantornya membuat langkahnya berhenti dan sekarang dia sangat emosi mendengar ucapan salah satu perempuan diantara tiga orang itu.

"Heh! punya mulut dijaga yah!" Viera yang sudah tidak dapat menahan emosinya akhirnya langsung menghampiri tiga perempuan yang sedang duduk itu.

"Loh kok marah? berarti iya dong?" ledek salah satu dari mereka yang bernama Fany. Fany adalah salah satu karyawan kantor yang memang kurang suka dengan Viera.

Viera yang tidak mau meladeni tiga perempuan itu melangkah pergi meninggalkan mereka tanpa sepatah kata pun. Viera bukan tipe orang yang suka bikin heboh dan membuat masalah.

Tok..tok..

Viera mengetuk pintu ruangan atasan dengan sopan.

"Masuk," ucap pak Dendra.

"Permisi pak, ini berkasnya sudah saya selesaikan dan ini filenya pak," ucap Viera dengan sopan. Saat masuk mata Viera tertuju pada seorang pria, yah Alex. Ngapain dia di ruangan ini?

"Kalau begitu saya permisi pulang pak," ucap Alex tiba-tiba yang dijawab dengan anggukan oleh pak dendra.

"Pak, saya permisi juga," ucap Viera ketika Alex sudah keluar dari ruangan.

"Hei, jadi kan malam ini?" Alex membuat Viera yang baru saja keluar dari ruangan terkejut dan tidak sengaja memukulnya.

"lo ngapain sih di depan ruangan pak Dendra?" tanya Viera sambil berjalan menuju pintu keluar yang diikuti oleh Alex dibelakangnya.

"Nungguin kamu dong, Vi," jawab Alex.

"Aku pulang duluan yah," ucap Viera.

"Jangan lupa nanti. Jam tujuh malam, oke," lanjut Alex. Viera hanya menjawab dengan sebuah senyuman. Membuat Alex bimbang apa arti dari senyumnya Viera. Ya atau tidak.

Dapat Alex lihat mobil Viera yang sudah hilang dari halaman kantor. Alex pun segera pulang untuk bersiap, dia berharap agar Viera akan datang. Karena malam ini Alex berniat untuk menembak Viera, menjadikannya kekasih terakhirnya.

* * * * *

Viera langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasurnya sehabis mandi. Pikirannya dipenuhi dengan rasa bimbang. Ia binggung apa harus bertemu dengan Alex atau tidak. Jujur, dia sangat senang saat mendengar Alex mengajaknya keluar untuk makan malam. Tetapi dia tidak mau kelihatan seperti cewek gampangan yang diajak langsung oke-oke saja.

Viera langsung menelpon sahabatnya meminta pendapat pada Dea.

"Halo, De," ucap Dea saat telepon tersambung.

"Yah? tumben lo telepon gue. ada apa?" tanya Dea dari balik telepon.

"Menurut lo gue terima ajakan Alex atau gak..?" Viera mencoba untuk menjelaskan.

"What? Alex ngajakin lo balikan?" belum selesai Viera berbicara sudah dipotong oleh Dea. Dasar Dea kebiasaan.

"Bukan kampret. Dia ngajakin gue makan malam. Menurut lo gimana?"

"Yah udah pergi aja Vi, mungkin dia mau minta maaf sama lo dengan caranya sendiri."

"Emm, gitu yah. tapi kesannya kayak murahan gitu gak sih?"

"Yah gak dong! kenapa murahan? kan lo gak diajak ke hotel bego."

"Bukan gitu maksud gue, kan secara gue udah lama gak ketemu sama dia terus hanya dengan sekali ajakan gue langsung mau gitu."

"Gue rasa gak sih Vi. Lagian ini cuma makan malam kan."

"Oke deh gue siap-siap dulu."

"Yah udah sana gih dandan yang cantik. hihi, bye!" Dea menutup teleponnya.

Viera mencari beberapa baju yang menurutnya cocok untuk dipakai. Sudah lama rasanya dia tidak pernah sibuk membongkar lemari seperti ini. Biasanya kalau jalan dia memilih baju apa saja yang penting enak digunakan. Tapi kali ini berbeda. Dia membongkar beberapa dress yang ada di lemarinya. Akhirnya dia memilih dress hitam selutut dengan belahan rok di sebelah kaki kirinya. Elegan dan manis. Kemudian dia memoles sedikit make up di wajah cantiknya itu.

avataravatar
Next chapter