1 확실성 - Certainty

Suara dentingan sendok teh yang beradu dengan gelas kaca yang diaduk perlahan itu membuat seisi rumah yang sejak tadi sepi ini kembali hidup.

Tanpa berniat untuk meminum teh hangat yang sudah sejak tadi ia siapkan itu. Ga Eun, wanita berusia 25 tahun itu memilih terus mengaduk tehnya yang sudah larut dengan air dan gula itu.

Hembusan nafas berat Ga Eun terdengar beberapa kali di ruang makan yang menghadap ke arah taman rumah ini. Sembari memandangi cahaya matahari dari bilik kaca besar yang perlahan mulai menghilang di gantikan langit malam itu. Ia tak berniat untuk melakukan apapun.

Seandainya saja, hari ini tidak akan pernah berlalu. Seandainya hari ini, tak akan pernah datang. Ia harap, ia bisa terus berada di rumah ini. Tinggal bersama cinta pertamanya yang tak pernah bisa berubah meskipun, ia terus berusaha.

Suara mesin mobil yang dimatikan mengalihkan pandangan Ga Eun yang sejak tadi tak berubah. Ia melirik pintu utama itu, menunggu pemilik rumah melewatinya.

"Kau ... Sudah pulang?," tanya Ga Eun dengan beberapa detik jeda setelah, ia menghampiri Jung Kook yang baru saja memasuki rumah.

Tak ada jawaban dari Jungkook. Pertanyaan yang sudah pasti diketahui oleh Ga Eun jawabannya. Memangnya siapa yang saat ini berdiri dihadapannya jika bukan Jeon Jung Kook suami dari saudara sepupunya Kang Eun Bi.

Jung Kook berjalan meninggalkan Ga Eun yang masih menantikan jawaban darinya. Sambil melepaskan dasi yang ia gunakan, ia berjalan menuju kamarnya. Di ikuti oleh Ga Eun yang hendak membicarakan sesuatu kepada pria berambut hitam tebal itu.

Langkah kaki Jung Kook terhenti tepat 3 langkah sebelum ia memasuki kamarnya. Ia berbalik menatap wanita itu yang terlihat ragu.

"Apa ada yang ingin kau bicarakan padaku?," tanya Jung Kook datar.

Ga Eun yang sejak tadi berjalan menunduk, kini mengangkat kepalanya dan menatap Jung Kook sekilas. "Ah ... Itu...." wanita itu terlihat ragu untuk berbicara. Padahal rasa penasarannya sangat besar saat ini.

Jung Kook masih menatap Ga Eun datar. Seraya menunggu Ga Eun bicara, ia melepas kancing lengan kemeja putihnya lalu, menggulungnya sampai ke siku. Setelahnya, ia langsung bersedekap dada. Menunggu wanita di hadapannya ini bicara.

"Aku dengar..., kalian menemukan Eun Bi. Apa itu benar?" tanya Ga Eun memastikan.

Ini bukan berarti ia tak senang, kalau sepupunya sudah kembali. Ia hanya penasaran saja, terlebih ia harus mempersiapkan diri untuk meninggalkan rumah ini. Mengemasi barang-barangnya yang sempat harus berada di rumah Jung Kook karena beberapa alasan.

Selain itu, yang terpenting ia juga harus mempersiapkan hatinya. Menjaga agar hatinya tak terluka lebih dalam.

Mata Jung Kook sempat  sejenak.  Menandakan ke kagetan yang ia rasakan, saat Ga Eun menanyakan hal itu. Ia heran, bagaimana wanita ini bisa tahu mengenai masalah itu. Padahal ia sudah meminta keluarga Eun Bi untuk merahasiakan ini semua.

Ia sendiri masih harus memastikan. Apakah wanita yang ditemukan oleh teman polisinya di stasiun bandara Seoul adalah benar-benar Kang Eun Bi. Istri sahnya.

"Tidak perlu mengurusi hal itu!" Jung Kook berbalik menuju pintu.

"Tentu saja aku harus!" ucap Ga Eun tegas. Membuat gerak langkah Jung Kook terhenti.

Ia hanya tak ingin Eun Bi salah paham padanya. Dan mengira kalau Ga Eun ingin merebut posisinya saat ini. Lagi pula, Eun Bi tahu kalau Ga Eun mencintai Jung Kook selama 7 tahun. Dan apa yang nanti akan dipikirkan oleh Eun Bi mengenai Ga Eun, saat ia melihat Ga Eun masih berada di rumah ini.

Padahal ia hanya berniat menolong Eun Bi untuk mempertahankan pernikahan ini. Agar Jungkook tak dijodohkan dengan wanita lain. Selain itu, ia ingin mempersiapkan hatinya untuk bisa melepaskan cintanya pada Jung Kook.

Punggung Jung Kook yang masih menghadap kearah pintu terlihat enggan berbalik. Bahkan tangan kanannya yang sedang memegang kenop pintu tak berniat untuk diputar. Ia masih ingin mendengarkan alasan Ga Eun. Alasan, mengapa wanita itu begitu ingin tahu kebenaran dari keberadaan Eun Bi saat ini.

Ia tahu, Ga Eun wanita yang selalu berbicara segala hal tanpa diminta. Ia hanya ingin mendengar wanita itu mengatakan kalau, ia ingin mempersiapkan hatinya untuk melepaskannya.

Hanya kalimat itu yang ingin ia dengar. Agar ia bisa tahu, kalau wanita yang mencintainya selama 7 tahun secara sepihak ini. Ternyata masih menyimpan cinta untuknya.

"Aku tidak ingin membuat Eun Bi salah paham."ucapnya lirih.

Setelah mendengar kalimat yang tidak sesuai dengan ekspetasinya itu. Jung Kook langsung memasuki kamarnya tanpa berbalik melihat Ga Eun sama sekali. Membuat wanita itu terlihat sedih.

"Tidak bisa kau menahan ku untuk tidak pergi dari sisimu?"gumam Ga Eun kecil setelah Jung Kook menutup rapat pintu kamarnya.

***

Jarum panjang mengarah pada pukul 8 lewat. Ga Eun yang baru selesai memasukkan beberapa helai pakaiannya ke dalam tas di kamarnya . Kini beranjak keluar menuju dapur untuk memasak mie instan yang ia beli beberapa hari yang lalu saat pulang dari kantor.

Selagi menunggu air mendidih dalam panci. Ga Eun bersenandung ringan. Baru saja ia ingin meletakkan mie instan kedalam air mendidih itu, kehadiran Jung Kook di dapur membuat aktifitas Ga Eun terhenti.

Ia menghampiri Jung Kook perlahan yang tengah mengisi gelas kosongnya dengan air mineral di dalam kulkas.

Jari telunjuk Ga Eun menyentuh lengan kekar Jung Kook beberapa kali. Pria itu menoleh sembari meneguk air di dalam gelasnya.

"Bagaimana jika kita minum Soju?" Ajak Ga Eun yang masih memegang sepasang sumpit kayu panjang. "Untuk mengakhirkan hari terakhir pertemuan kita, ayo minum bersama?" Ajaknya lagi.

Lagi-lagi pria itu tak menjawab. Ia meletakkan gelasnya di atas meja keramik putih itu, lalu berjalan meninggalkan Ga Eun yang menanti jawaban.

"Aku harus pergi" ucapnya sambil berjalan menuju pintu utama.

Ga Eun tanpa sedih saat tau Jung Kook akan pergi malam ini. Padahal ini akan menjadi hari terakhirnya sebagai istri palsu Jung Kook. Setidaknya, ia ingin memperbaiki segalanya dengan Jung Kook. Meskipun tidak bisa menjadi sepasang suami istri. Bukankah mereka bisa menjadi teman?.

Baru saja Jung Kook akan melangkah keluar dari rumahnya, Ga Eun buru-buru mengejar Jung Kook yang sudah hampir memasuki mobil mewah hitamnya yang terparkir di halaman itu.

"Aku lupa, kalau aku tidak punya Soju untuk diminum" adu Ga Eun kepada Jung Kook yang hanya dibalas tatapan datar dari pria itu.

"Karena lokasi rumahmu ini tidak ada minimarketnya, dan sudah malam untuk pergi membeli Soju... boleh tidak aku... minta wine yang kau miliki?" tanya Ga Eun cukup ragu.

"Tidak!" Jawabnya singkat.

"Satu botol saja" pinta Ga Eun memelas.

"Jika aku bilang tidak, itu artinya tidak!" Ulangnya lagi.

Ga Eun menahan pintu mobil Jung Kook saat pria itu ingin memasuki mobilnya. "Lepaskan!"

"Satu botol saja" Ga Eun memelas sambil mengatupkan kedua tangannya di dada. "Aku janji akan membayar wine yang aku minum itu" Ga Eun membuat sumpah dengan tangan kanannya yang terangkat ke udara.

Bola mata Jung Kook terputar malas. "Hanya satu botol!" Ingatnya dengan tegas.

Senyum mengambang sempurna di wajah Ga Eun. Ia berkali-kali berterima kasih pada Jung Kook. Dan dengan langkah senang ia memasuki rumah, membuat Jung Kook hanya bisa menggeleng heran.

"Karena aku begitu menyukai pekerjaan, mereka mengatakan agar aku menikahi pekerjaanku. Lalu, bagaimana denganmu?" Gumam Jung Kook sambil memandangi pintu rumah yang sudah tertutup rapat itu.

"Apa kau akan menikahi ku..., Atau menikahi Soju yang sangat kau sukai itu" ucapnya diakhiri seulas senyum.

***

Uap panas keluar dari panci berwarna kuning ke emasan itu. Dengan cepat Ga Eun meletakkan panci itu di atas meja. Setelahnya ia mengambil botol wine yang Jung Kook simpan di lemari atas di samping rak piring.

Dengan hati-hati, Ga Eun mengambil botol wine yang berada di lemari cukup tinggi itu. Sambil memanjat kursi, tangannya berusaha menggapai botol wine yang berada di barisan paling depan.

Tapi sialnya, lengannya tidak sampai. Alhasil bukannya botol yang ia dapatkan melainkan, tubuhnya yang hampir terjatuh ke lantai keramik itu. Untungnya Jung Kook datang tepat waktu dan menangkap tubuh Ga Eun.

"Kenapa kau selalu ceroboh!, Apakah kau tidak bisa hati-hati sedikit!" Jung Kook terlihat kesal.

"Kau akan membuat semua wine ke sayangan ku terbuang sia-sia!" ucapnya lagi dengan nada naik satu oktaf.

Ga Eun yang merasa bersalah, hanya bisa menundukkan kepalanya tanpa mampu berkata apa pun. Ia berangsur pergi ke bilik meja dan menyantap mie instan buatannya.

"Ini" Jung Kook meletakkan botol wine yang ia ambil ke hadapan Ga Eun yang saat ini tengah menikmati mie instannya yang sudah mulai lembek itu.

"Kau mau?" tanya Ga Eun sembari menyodorkan panci mie instan yang tinggal separuh itu.

Jungkook menggeleng. Ia menarik kursi di hadapan Ga Eun dan meletakan dua gelas wine di meja. Lalu, ia membuka botol wine itu dan menuangkannya kedalam ke dua gelas kosong itu.

Sesekali ia meneguk gelas berisi wine itu sambil memandangi ruang tamu yang gelap dan kosong itu.

"Kenapa cepat sekali pulangnya?" tanyanya sambil memandangi mie instan yang tinggal sedikit itu.

"Mereka tidak jadi keluar" jawab Jung Kook beralasan sambil meneguk wine nya sampai habis.

Ia sendiri bingung, kenapa ia membatalkan janji bertemu dengan Nam Joon. Padahal ia sangat ingin memastikan apakah Eun Bi yang Nam Joon bicarakan itu adalah benar Kang Eun bi yang di jodohkan dengannya.

Ga Eun hanya mengangguk beberapa kali. Paham. Ia juga ikut mencicipi wine terbaik yang dimiliki Jung Kook. Baru satu tegukan, Ga Eun sudah berseru senang.

"Wah! kualitas Wine yang kau miliki berbeda sekali" pujinya lalu, meneguk habis sisa wine yang lumayan banyak itu dalam sekali tegukan.

Ia kembali menuangkan wine itu ke dalam gelasnya dan meminumnya lagi dalam sekali tegukan. Membuat Jung Kook terkagum dengan kemampuan minum Ga Eun.

Gelas Jungkook yang sudah kosong sejak tadi. Berniat untuk kembali mengisinya. Namun, Ga Eun buru-buru menghentikan gerak lengan Jung Kook.

"Ini milik ku, jika kau ingin minum... minum saja milikmu!" Ga Eun terlihat cukup mabuk saat ini.

Jung Kook hanya bisa mendesah kasar mendengar ucapan Ga Eun barusan. Dengan kasar ia meletakan gelas wine nya lalu, beranjak bangkit dari kursi.

"Aku heran, kenapa aku mau menemanimu minum" tanya Jungkook heran.

Wanita itu merogoh kantung jaketnya, mengeluarkan beberapa lembar uang dan meletakkannya di atas meja. Setelah menghitung, ia mendorong uang itu ke hadapan Jung Kook.

"Ini, uang untuk membayar wine mu" Jung Kook tak menghiraukan uang yang Ga Eun berikan. Ia berlalu pergi menuju kamarnya dan meninggalkan Ga Eun yang masih sibuk minum.

Selang beberapa waktu, Jung Kook yang sejak tadi berada di kamarnya untuk mengurusi pekerjaannya memilih keluar kamar untuk mengambil segelas air mineral dan sebuah apel dari dalam kulkas.

Baru saja ia berjalan menghampiri dapur, lampu dapur yang masih menyala menampakan sosok Ga Eun yang tengah tertidur di atas meja keramik putih itu.

Botol wine dan panti mie instan masih berserakan di atas meja itu. Dengan langkah kaki perlahan, Jung Kook berjalan menghampiri Ga Eun.

Niatnya yang semula ingin mengambil air mineral dan sebuah apel malah, teralihkan oleh Ga Eun. Tanpa pikir panjang, Jung Kook menarik kursi di hadapan Ga Eun.

Ia duduk sambil menatap wajah Ga Eun yang memerah akibat mabuk. "Sesuka itu, kah kau pada minuman?" tanyanya pelan.

"Lalu bagaimana denganku?" tanyanya lagi dengan diakhiri senyum kecut.

Jung Kook memapah dagunya dengan tangan kanan. Dan tangan kirinya ia gunakan untuk merapikan rambut Ga Eun yang jauh menutupi wajah cantik wanita itu.

"Kenapa... kenapa, aku tidak boleh menyukaimu?" Ga Eun mengigau dalam tidurnya. "Setidaknya, kau bisa membiarkan aku menyukaimu" ucapnya lagi setelah beberapa detik terdiam.

"Biarkan aku menyukaimu, Jung Kook" ucapnya lirih dengan tetesan air mata yang mengalir dari kedua matanya yang masih tertutup itu.

"Kau tidak perlu membalas cintaku... cukup, biarkan aku mencintaimu" ucapnya lagi diakhiri isak tangis.

Jungkook tertegun dengan ucapan Ga Eun. Ia sadar, sudah terlalu lama membiarkan hati Ga Eun berjuang sendirian. Tapi apa yang bisa ia katakan. Ia masih ragu dengan hatinya saat ini.

"Sekarang, biarkan aku yang mencintaimu secara sepihak. Kim Ga Eun" 

Jung Kook mengendong tubuh wanita itu dan membawanya ke kamar. Lalu, ia membaringkan tubuh Ga Eun ke atas kasur berukuran cukup sedang itu.

Saat kaki Jung Kook hendak melangkah keluar, ia melihat tas besar Ga Eun yang sudah dikemas rapi berada di sisi pintu. Melihat itu, membuat hati Jung Kook terasa campur aduk.

Ia tak tahu, bagaimana perasaannya saat ini. Ia menyukai wanita ini, dan tidak ingin Ga Eun pergi dari hidupnya. Tapi, di lain sisi. Selalu ada keraguan yang membuatnya begitu enggan menaruh hati padanya.

Mungkin dengan kepergian Ga Eun dari hidupnya, itu akan jauh lebih baik. Untuk hatinya dan juga untuk hati Ga Eun. 

avataravatar
Next chapter