11 Tingkat 100 Persen

Dipagi hari, di Lapangan Basket Smp Patra. Dimana hanya Security dan tukang kebun yang berada di dalam sekolah itu.

Sesosok lelaki tinggi , dengan paras yang sangat tampan. Ia sedang nampak bermain Basket dilapangan itu seorang diri. Selain ia dapat melakukan Lay Up yang loncatannya pun dapat malakukan Dunk, sesekali ia melakukan shooting dari jarak three point dengan akurasi yang sempurna.

"Fuh..fuh..fuh". nafas-nya tersengal-sengal. Ia pun kembali melakukan Dribble, dan terlihat ia sedang mencoba memasukkan bola itu kedalam ranjang dari lapangan tengah.

Matanya menyipit, mencoba untuk mengukur jarak dari target ring basket itu. Ia mulai ancang-ancang untuk melakukan shoot, menghitung kekuatan yang diperlukan tangannya untuk mendorong bola itu untuk ditembakan dari lapangan tengah.

Sesudah ia merasa akan siap, lelaki itu pun melemparkan bola tersebut kearah target Ring basket yang ia tuju. Bola itu melayang di udara, menukik di jalurnya dengan putaran yang sangat halus.

5...4…3…2…1~!

Bola Basket itu pun melesat langsung ke dalam keranjang basket, dan bola itu akhirnya masuk.

Tepat sasaran?!

Bahkan lelaki itu saja terkejut dengan tingkat akurasi tembakannya. Bagaimana itu mungkin? Ini jarak tengah Lapangan!

Ya. Sosok itu adalah Arslan.

"Sial…! Bahkan Basket pun mendapat hasil yang sempurna? Tubuh ini mengerikan!"

Arslan terbelalak ketika bola itu langsung masuk kedalam keranjang. Bahkan sedikitpun bola basket itu tidak menyentuh Ring-nya. Memang dalam beberapa kasus yang dilihat Arslan di kehidupan sebelumnya ketika berumur 25 tahun, ia pernah melihat banyak cuplikan pertandingan basket Profesional yang melakukan tembakan jauh dengan tingkat ke-akurasian yang sangat sempurna. Namun kesempatan melakukan tembakan itu hanya 0,0001 persen. Itu berarti dalam setiap 10.000 tembakan yang pemain itu lakukan, terdapat hanya satu kali kesempatan saja untuk melakukan shooting jarak jauh tersebut. Itu bahkan menurut pakar dalam dunia basket professional, hal itu adalah sangat-sangat langka, dan bisa dibilang itu adalah keberuntungan.

"Bahkan ini pertama kali aku melakukan tembakan itu, dan langsung masuk. Sepertinya tidak akan sulit untuk masuk NBA", Batin Arslan. ia tersenyum kecut dengan pemikiran gila itu.

"DEMI DEWA WISNU….!!!!!!!!!!" Teriak seseorang yang membawa kain pel dari arah belakang lapangan basket yang menuju kamar mandi laki-laki dan perempuan yang bersebelahan. Teriakan orang itu bahkan mengagetkan Arslan yang masih termenung memikirkan keadaan tubuhnya yang baru itu.

Arslan segera menelisir arah teriakan tersebut. Nampak seorang bapak-bapak yang tinggi, kulitnya sawo matang, badannya kurus dan memiliki kumis dan bewok di dagunya yang menyambung rapi ke dekat telinga.

"Ada apa dengan teriakannya itu, apa bapak itu seorang yang taat beribadah?". Pikir arslan yang mengira orang itu sedang berdoa.

Bapak-bapak itu pun segera berlari menuju kearah Arslan ketika perhatian Arslan sudah teralihkan padanya. Ketika pria itu sudah mencapai jarak yang sangat dekat dengan Arslan, ia langsung memegang kedua pundak Arslan dengan erat. Sekaligus berusaha menenangkan dirinya ketika ia memperhatikan Arslan dari ujung kepala hingga ujung kaki, dan tatapannya kembali mengarah tajam ke mata arslan.

"Nak, kamu sangat berbakat! Kamu bisa jadi atlit Nasional Nak!! Siapa namamu?". Ucap pria itu dengan ekspresi bersemangat, seperti ia sudah memenangkan lotre yang tidak pernah sekalipun dimenangkannya.

Arslan hanya tersenyum canggung mendengar pria itu berkata demikian. Tidak pernah sekalipun di benaknya ia akan menjadi seorang Atlit Nasional, kalaupun diberi kesempatan, ia lebih memilih menjadi Atlit Balap Motor International layaknya Valentino Rossi.

"Nama saya Arslan pak. Kelas 1C..". katanya memperkenalkan diri.

"Ooohh, masih kelas satu? Bapak kira kamu itu murid pindahan di kelas 3.."

"Saya setua itu ya pak?"

"Bukan, maksud bapak perawakanmu. Wajahmu sih masih imut seperti anak TK!"

Arslan tertawa mendengar pria tua didepannya berkata seperti itu. Arslan mengenal jelas siapa identitas pria itu. Dia adalah guru Olahraga di Smp Patra, yang biasa dipanggil oleh murid-murid sebagai Pak Agus Yordan.

"Nak Arslan, bergabunglah ke tim basket sekolah. Smp Patra membutuhkan anak yang bertalenta sepertimu. Tolong pikirkan nak!"

Mendengar itu ekspresi Arlsan langsung berubah datar. Ia pun kembali mendribble bola basket dengan santai, sambil berkata demikian. "bukannya saya menolak permintaan bapak, tapi saya tidak bisa"

Yordan mengernyit, tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Arslan. "tidak bisa? Apa yang membuatmu berkata seperti itu?". Tanya Yordan penasaran.

Arslan menghentikan permainan bolanya dan memandang Yordan dengan serius. "Banyak hal yang harus saya lakukan dan rencanakan untuk masa depan saya pak. Basket, Sepak Bola, atau Klub sekolah lainnya, buat saya pribadi itu tindakan yang hanya membuang waktu". Tegas Arslan yang kemudian berlenggang pergi meninggalkan Yordan yang dirundung kekecewaan ketika mendengar ucapan Arslan.

Setelah beberapa detik terasa di acuhkan oleh perspektif pribadi muridnya itu, Yordan kembali menatap punggung Arslan dan mengeluarkan kalimat lantang. " Nak Arslan! Memang perlu untuk membuat rencana untuk masa depan yang nak arslan inginkan. Tapi, setidaknya nikmatilah masa muda yang hanya ada satu kali ini dalam hidupmu nak, agar dikemudian hari nak arslan tidak akan menyesalinya…!"

Arslan hanya membalas ucapan Yordan dengan lambaian tangan darinya, dan tetap berjalan menjauh dari lapangan basket. Yordan yang tetap memperhatikan sosok Arslan yang tidak terlihat lagi, hanya bisa tersenyum kecut melihat perilaku Arslan yang menurutnya sangat unik.

Namun kemudian yordan terlihat merogoh saku celananya dan mengambil sebuah ponsel. Ia Nampak terlihat akan menelpon seseorang yang penting, dilihat dari tindakannya yang tergesa-gesa itu.

"Halo, James. Bisakah kita bertemu di kantin sekolah tempatku mengajar? Kau tidak akan percaya apa yang barusan aku lihat. Di sekolah ini, ada anak dengan tubuh yang memiliki Tingkat 100 persen!"

avataravatar
Next chapter