29 Target Yang Manis

Dikelas 1C, di meja ketiga dari belakang sisi kanan, dekat dengan jendela kelas. Annisa Nampak sedang bercanda gurau dengan sahabatnya Bernadeta. Mereka saling menunjukkan buku diary dengan berbagai macam kertas bergambar yang mereka koleksi.

Saat ini adalah jam istirahat, dimana hanya beberapa orang saja yang berada dalam kelas. Ketika suasana bahagia itu mengalir di ruangan berukuran 4x6 meter itu, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kedatangan sosok lelaki yang sangat tampan dengan postur tubuh yang tinggi. Semua murid dikelas tersebut mengenali sosok tersebut, dia adalah Reynard Sang Idola sekolah.

Lelaki tampan itu tampak berjalan tenang dan menuju kearah meja Annisa dan Bernadeta berada, sontak semua murid gadis yang ada disana berteriak seperti sedang kesetanan. Mereka pun bergegas menyebarkan berita bahwa saat ini Reynard tengah hadir di kelas mereka, kelas 1C.

Sedangkan Annisa dan Bernadeta yang asik melihat kertas bergambar yang mereka koleksi itu tidak sadar bahwa Reynard tengah berdiri disisi meja, memandangi mereka berdua yang acuh akan kehadirannya.

"Maaf…". Reynard membuka suara.

Saat itu juga Annisa dan Bernadeta menengok kearah suara tersebut, dan terlihatlah sosok yang menurut mereka aktor Taiwan yang sedang tersesat di hadapan mereka. Namun sikap mereka seperti biasa saja, karena ketampanan seperti itu sudah menjadi makanan mereka sehari-hari karena keberadaan Arslan. Bahkan jika dibandingkan dengan Arslan yang saking Tampannya jadi terlihat cantik itu, Lelaki di depan mereka ini masih kalah oleh kecantikan Arslan.

Namun entah kenapa yang membuat mereka masih terpaku pada Reynard adalah wibawa yang terpancar dari dirinya. Dia seperti seorang pemimpin besar, atau bahkan publik figur terkenal yang sudah mendunia.

Reynard yang masih menatap mereka karena tidak satupun jawab yang keluar dari mulut mereka, berinisiatif untuk bertanya lagi. "Maaf siapa yang bernama Annisa? Aku tadi bertanya ke orang yang ada di depan kelas, katanya Annisa duduk disini.."

Annisa yang mendengar namanya disebut pun menoleh memandang Bernadeta yang masih terfokus pada Reynard. Merasa tempatnya seperti sedang terhipnotis, ia pun mengalihkan pandangannya kembali kepada Reynard.

"Aku Annisa, ada keperluan apa ya kak?". Tanya Annisa kepada Reynard.

"Kak?". Reynard telihat berpikir. "Kau tahu aku?". Ucap Reynard yang mengira Annisa sudah mengenalnya.

"Aku tahu kakak, foto kakak terpajang di dinding ruang Osis, dibawahnya tertulis Ketua Osis Periode 2003…, yang berarti kau kakak kelas kan?"

"Ah.. begitu ya? Berarti kamu juga tahu namaku donk..". Kata Reynard yang tersenyum, memperlihatkan pesonanya pada Annisa.

"Umm, kalau nama kakak aku lupa". Jawab Annisa dengan raut wajah yang datar.

"….". Reynard hanya bisa terdiam mendengar jawaban Annisa. "Gadis ini pintar, tapi entah kenapa dia juga bodoh". Batin Reynard frustasi.

Reynard pun tersenyum kecut saat memperhatikan Annisa, dia berpikir ada yang salah dengan Cleopatra atau Arslan. Cleopatra memiliki saingan yang menurutnya gampang dijatuhkan seperti Annisa, tapi konyolnya Cleo seperti depresi menghadapi Arslan. Reynard hanya bisa menggelengkan kepala memikirkan itu.

Reynard pun kembali membuka suara. "Kalau begitu kita kenalan dulu". Ucap Reynard yang menjulurkan tangannya untuk bersalaman. "Namaku Reynard Don Harley, kalau kamu gampang lupa sama nama yang panjang, cukup panggil aku Rey saja…"

Annisa langsung membalas perkenalan dari Reynard. Setelah berkenalan, Reynard berusaha mengajak Annisa untuk pergi ke kantin berdua, namun Annisa menolak jika tidak ditemani oleh Bernadeta. Akhirnya Reynard mengusulkan untuk mengajak mereka berdua makan siang setelah pulang sekolah. Bernadeta yang sangat gembira ketika diajak oleh Reynard segera mengangguk setuju, dan mau tak mau Annisa pun mengiayakan ajakan dari Reynard.

****

Di Ruang Osis, Cleopatra terlihat sedang bergulat dengan berbagai dokumen diatas mejanya. Hari ini begitu banyak pekerjaan Osis yang menumpuk dan harus diselesaikan dengan cepat, tidak seperti hari-hari biasa saat dirinya dulu masih di kelas satu dan menjabat sebagai Wakil Ketua Osis. Meskipun dia tidak menyukainya, sudah menjadi tangung jawabnya dalam mengurus berbagai kegiatan yang menunjang kreatifitas sekolah.

Di tengah kesibukannya, terdengar bunyi dering ponsel miliknya yang diletakkannya di meja. Cleo pun mengambil ponsel itu dan melihat nama sesorang yang menelponnya, nama itu dikenalnya. Ternyata itu adalah Ayah Cleopatra.

"Kenapa papa telepon jam segini?". Pikirnya yang merasa aneh saat Ayahnya menelpon di jam sekolah, tidak seperti biasanya. Ayahnya sangat tidak ingin mengganggu dirinya saat fokus dalam belajar maupun kegiatan sekolah Cleopatra.

Cleo pun segera memencet tombol hijau di ponselnya.

"Halo Papa?". Kata Cleo ketika mengangkat telepon dari Ayahnya itu.

"Cleo apa kamu sedang ada kelas? Maaf kalau papa mengganggumu dijam belajarmu…". Ucap ayahnya yang saat ini entah berada dimana.

"Ngga kok pah, Cuma lagi kerjain tugas Osis yang numpuk. papa nelpon Cleo ada apa? Tumben banget..". Tanya Cleo yang penasaran dengan sikap Ayahnya hari ini.

"Iya, papa Cuma mau minta kamu pulang cepat ya, soalnya ada kolega penting papa yang akan berkunjung kerumah. Dia ingin sekali bertemu denganmu sayang..". Kata Ayah Cleo. Nada suaranya terdengar serius ketika Ayahnya mengatakan bahwa Koleganya akan berkunjung, dan Cleo diharuskan untuk pulang dengan cepat.

Seingat Cleo sepenting apapun Kolega Bisnis ayahnya yang pernah bertamu kerumahnya, tidak pernah sekalipun meminta Cleo untuk pulang dengan cepat, dan menggangu proses belajarnya disekolah.

"Iya pa, Cleo mau siap-siap dulu kalau gitu..". Ucap Cleo yang kemudian menutup pembicaran mereka. Ia pun segera merapikan mejanya, dan bergegas bersiap untuk pulang sebelum meminta ijin kepada wali kelasnya.

****

Sepulang sekolah, di depan Sekolah SMP Patra terparkir Mobil Sport mewah berjenis Lamborghini Gallardo tahun 2004 berwarna hitam, itu adalah jenis mobil yang mewah di tahun tersebut.

Disamping mobil tersebut berdiri seorang Reynard, yang sepertinya sedang menunggu seseorang. Semua murid pun terpana akan pemandangan yang ada didepan mata mereka ketika keluar sekolah, seorang pangeran berkuda hitam yang ada di dongeng-dongeng ternyata bagi mereka itu sangat nyata. Bedanya pangeran itu memakai tunggangan yang berbeda juga, bukanlah kuda yang asli.

Reynard yang telah berdiri selama sepuluh menit, akhirnya merubah ekspresi datarnya dengan senyuman manis yang menghiasi wajahnya. Ia melihat Annisa dan Bernadeta yang datang menuju kearah dirinya. Namun seperti ada yang berbeda dalam diri Annisa, penampilannya membuat Reynard sedikit terpesona. Annisa yang biasanya tidak pernah mengikat rambutnya, kini ia mengikatnya ke belakang, menyisakan poni yang menutup dahinya, dan menyisakan panjang rambut menutupi kuping, yang panjangnya sebahu.

"Astaga, Target buruanku ternyata semanis ini?"

avataravatar
Next chapter