18 Tangisan Deren (3)

Selama Setahun kedua pasangan sejoli ini, Aria dan Siti tinggal bersama dan menikah secara diam-diam tanpa ada sedikitpun kabar yang beredar. Demi kehidupan yang tenang dari gangguan orang luar, Aria dan Siti memilih tinggal di sebuah Kota diujung timur pulau jawa, yaitu Kota Banyuwangi.

Kota Banyuwangi adalah kota yang tidak begitu ramai pada tahun itu, yakni tahun 1978. Kisaran penduduknya bahkan hanya mencapai 887.340 Jiwa, namun Banyuwangi terkenal dengan Pelabuhan Ketapang yang menyambungkan Pulau Jawa dan Bali. Kebudayaan di kota itu pun sangat beragam, mulai dari Budaya Jawa, Bali, Madura, Melayu, Eropa, Arab, Tionghoa, dan budaya Asli dari penduduk lokal, yaitu Budaya Osing-dari Suku Osing yang pertama kali menempati wilayah Banyuwangi.

Aria dan Siti memilih untuk tinggal di Banyuwangi karena kearifan Budaya dan Wilayah yang dekat dengan Bali. Mereka berpikir jika membutuhkan suasana hiburan saat penat, mereka bisa langsung berangkat ke Bali tanpa diketahui karena menggunakan jalur darat. Pengalaman Aria tetntang memata-matai orang sudah banyak didapatnya dari Detektif yang di sewa oleh Aria saat mencari keberadaan Siti.

Di Kota ini, Aria membuka sebuah toko grosir yang tersambung dengan kediaman pribadi mereka. Kehidupan sederhana namun bahagia, itulah yang saat ini mereka inginkan. Apalagi saat itu Siti sedang mengandung anak mereka yang pertama, menambah rasa syukur mereka terhadap kehidupan yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka berdua.

Namun kehidupan bahagia itu hanyalah sesaat. ditengah kehangatan keluarga yang mereka bangun dari nol, seketika itu hancur tak tersisa. Dari ratusan Detektif Swasta yang disewa oleh Keluarga Sumarja, Salah satu nya menemukan keberadaan mereka di kota itu. Detektif itu segera melaporkan informasi lengkap yang ia telah rangkum dengan detail kepada Keluarga Sumarja.

Dengan cepat seluruh Keluarga yang menerima kabar tersebut segera bertindak, terutama Keluarga Utama Sumarja yang mengerahkan seluruh pengawal Pribadi untuk berangkat mengawal Keluarga Sumarja menuju Banyuwangi. Puluhan Mercedenz-Benz hitam tahun 1978 terlihat menjepit Tiga Mobil Volvo seri 264 GL yang pada tahun itu menjadi mobil Dinas Kepresidenan. Mereka berangkat bersamaan dari Surabaya ke Banyuwangi hanya untuk menjemput langsung Aria agar kembali ke Keluarga mereka.

Setibanya di Banyuwangi, Aria yang mendengar bahwa keluarganya telah menemukan keberadaan mereka, dengan cepat memberitahukan hal itu kepada Siti dan memintanya untuk segera berkemas dan pergi dari kota Banyuwangi. Namun informasi yang diterimanya terlambat, Keluarga Sumarja dengan ratusan pengawalnya pada saat itu telah mengepung dan menutup paksa jalanan yang merupakan akses jalur utama keluar masuknya kendaraan di Desa tersebut. Keluarga Sumarja yang melihat Aria dan Siti membawa koper besar itu, segera memerintahkan seluruh pengawalnya untuk memisahkan mereka, dan menarik Aria secara paksa untuk masuk kedalam mobil salah satu pengawal mereka. Siti yang saat itu berteriak dan menangis dengan suara keras meminta Aria dikembalikan, mengundang penasaran warga Desa itu hingga mengerumuni kediaman mereka. Siti yang hanya bisa menatap kepergian Aria masih terus terisak, dan akhirnya pingsan tak sadarkan diri dikarenakan shock berat yang dirasakannya.

Sejak Kejadian tersebut Aria pun dilempar kembali ke luar Negeri dan dinikahkan langsung dengan Magdalena Oey secara meriah oleh kedua keluarga. Siti pun juga tidak diketahui keberadaannya, karena seminggu semenjak Aria dijemput paksa oleh keluarganya, Siti menjual semua aset yang memang atas namanya. Aria saat membeli properti dan membangun toko grosir itu, sudah berencana untuk memberikan semua kepada Siti jikalau terjadi sesuatu terhadapnya. Semua keuangan yang dibawa oleh Aria setelah menghilang bersama Siti, di pindahkannya ke atas nama Siti untuk bekalnya nanti bersama anaknya yang akan tumbuh besar jika suatu saat Aria meninggal.

"Jadi begitu ya. Tragis sekali kisah Ayah dan Ibumu itu…". Ucap Arslan yang hanya disambut senyum tipis oleh Deren.

Deren kembali melanjutkan ceritanya.

Sembilan bulan berlalu, akhirnya Siti melahirkan seorang anak laki-laki yang lucu. Siti merawat putra semata wayang nya bersama Ayah dan Ibu Siti di kampung Halaman mereka di Tulung Agung, Jawa Timur. Mereka bahagia akan kehadiran bayi laki-laki itu, yang dinamai Deren. Namun 5 tahun berlalu, Siti Nampak pucat tiap harinya dikarenakan mengidap penyakit Leukimia dan sudah 1 tahun berjalan. Dikarenakan kerinduannya terhadap Aria, dan stress yang berlarut-larut, penyakit itu cepat tumbuh dan akhirnya membuat Siti meninggal dunia disaat Deren berumur 5 tahun. Sebelum Siti meninggal ia menulis Surat Wasiat kepada Keluarga Sumarja bahwa ia melahirkan Putra hasil dari pernikahan Aria dan Siti. Ia juga menuliskan jika hidupnya tidak lama lagi setelah menulis surat tersebut, dan meminta Aria merawat anak hasil dari buah cinta mereka. Keluarga Sumarja yang menerima surat Siti tersebut menjadi panik, dan langsung memberitahukan hal tersebut kepada Aria. Aria yang kini resmi menjadi Pewaris Sah dari semua Aset yang dimiliki oleh Keluarga Sumarja, menjadi geram dan mengancam akan menghancurkan mereka semua jika terjadi sesuatu dengan Siti dan Putranya itu, tidak peduli jika itu saudara kandung mereka sendiri.

Ayah dan Ibu Aria sebenarnya senang dengan kabar bahwa Aria memiliki seorang putra saat bersama dengan Siti, dikarenakan 5 tahun menikah, Aria dan Magdalena tidak dikaruniai seorang anak dikarenakan Magdalena yang tidak bisa mengandung alias mandul. Disamping itu mereka juga khawatir dengan ancaman dari Aria menjadi kenyataan, karena di surat itu dituliskan bahwa Siti mengidap penyakit yang membuatnya hidup tidak lama lagi. Itu mengartikan akan terjadi sesuatu dengan Siti, yang membuat Aria marah besar. Karena merekalah yang membuat Siti mengidap penyakit itu dikarenakan stress yang tinggi. Aria yang mengetahui isi surat tersebut segera berangkat menjemput Siti dan Putranya, namun yang tidak disangka ternyata Siti telah meninggal Dunia, membuat Aria merasa bersalah dan sedih karena disaat hari-hari Siti memiliki penyakit itu, ia tidak berada disisinya, menemaninya hingga Akhir Hayatnya. Aria pun tidak ingin terlarut dalam kesedihan yang akan membutakannya, ia pun segera meminta Ijin Ayah dan Ibu mertuanya untuk membawa Deren bersamanya dan merawat Deren dengan baik.

Deren pun dibawa ke Kediaman Keluarga Besar Sumarja dan memperkenalkan Deren pada keluarga yang lain. Sekaligus mengumumkan bahwa selain Pemilik Saham Perusahaan, Aria sebagai Presiden Direktur dan Pemegang Saham terbesar, akan mencopot semua jabatan kerabatnya di Perusahaan yang di kelola oleh Keluarga Sumarja. Membuat Semua Keluarga selain Keluarga Utama menjadi terkejut setengah mati, dan bahkan beberapa berpikir akan mengakhiri Hidupnya.

"woah, Ayahmu benar-benar mengerikan!". Teriak Arslan dengan ekspresi terkagum-kagum.

"Yah, aku menyukai sikapnya yang seperti itu. Ayah telah berhasil membuat mereka jera, sekaligus membalaskan dendam Ibuku secara tidak langsung".

"Lalu, apa yang membuatmu tidak akur dengan Ibumu yang sekarang?". Tanya Arslan yang sedikit penasaran tentang hubungan Deren dan Magdalena.

"Bisa dibilang, itu karena cinta yang bertepuk sebelah tangan". Jawab Deren dengan eskpresi yang tiba-tiba berubah.

"Tunggu, apa wanita itu menyiksamu?". Tanya Arslan kembali.

"Mungkin seperti itu…"

Setelah pencopotan jabatan secara massal di Keluarga Sumarja, Aria menjadi semakin sibuk dengan pekerjaannya. Dikarenakan ia harus memperbaiki struktur organisasi di semua perusahaan yang dikelola olehnya. Akibatnya Deren yang masih kecil diitnggal tanpa pengawasan oleh Aria, hanya pengasuh yang selalu menemani Deren setiap harinya. Hanya Magdalena yang bertemu Deren setiap kali ia berada dirumah, namun sikap Magdalena terhadap Deren tidak mencerminkan seorang Ibu yang penyayang. Setiap kali Magdalena berada dirumah, ia mencari kesempatan untuk menyiksa Deren yang masih kecil. Terkadang selain membentak, Magdalena menyiksa Deren secara fisik. Pengasuh yang mengasuh Deren diancam untuk tidak buka mulut pada Aria, jika Aria sampai tahu perbuatannya terhadap Deren, maka nyawa mereka menjadi taruhannya. Hampir 6 tahun Deren diperlakukan seperti budak yang disiksa oleh majikannya, dan Deren menyimpan semua rasa sakit dan penderitaan itu sendirian.

Setiap malam, Deren meringis kesakitan dan membuatnya tidak dapat tidur nyenyak selama 6 tahun lamanya. Harinya-harinya dirumah itu bagaikan neraka yang kelam, tapi hanya satu alasan yang membuatnya tetap bertahan dengan itu semua. Sebuah Foto Siti bersama Dirinya saat berumur 5 tahun, di belakang Foto itu bertuliskan sebuah kalimat,

Teruslah tumbuh besar putraku tercinta, Ibu akan selalu berada disisimu…

avataravatar
Next chapter