15 Sebuah Syarat

Di ruang Bimbingan Konseling,

Seorang wanita baya yang masih terlihat Nampak cantik di usia itu, adalah Magdalena Sumarja. Dia adalah ibu dari Deren Aria Sumarja, yang terlibat konflik dengan Arslan di Lapangan Belakang Sekolah.

Wanita itu terlihat menyesap teh hijau dengan gerakan yang anggun. "duduklah Arslan, banyak hal yang harus kita bicarakan". Kata wanita itu setelah selesai menyesap teh hijau tersebut dan meletakkan cangkir yang berukiran indah itu di meja.

Arslan pun segera mengambil tempat berhadapan dengan Magdalena. Wanita itu terlihat melipat dahinya, ia memperhatikan Arslan dengan seksama.

"Bocah ini tidak terlihat terganggu sedikitpun, kenapa dia setenang itu? Sikapnya menunjukkan dia sudah hidup sangat lama…"

Arslan yang kini sudah duduk di bangkunya, hanya menghela napas. Seakan ia mengerti topik pembicaraan ini kedepannya. "Jika ini masalah menyangkut tentang Deren…"

Tiba-tiba Magdalena tertawa terbahak-bahak. Mendengar tawa nya yang seperti itu, Indra, dan Arslan memandanginya dengan tatapan tidak percaya. Mereka merasa ada yang salah dengan wanita ini.

Setelah puas dengan tertawanya, Magdalena melirik Indra yang mematung melihatnya seperti itu. "Pak Indra, bisakah kau tinggalkan kami berdua?".

Pak Indra yang mendengar namanya disebut, segera sadar dari keterkejutannya. "Ah, iya nyonya, kalau begitu saya akan meninggalkan nyonya dan Arslan berbincang". Pak Indra pun segera berlari meninggalkan mereka. Menurutnya, wanita yang ada disebelahnya tadi sungguh tidak waras. Ia tidak ingin berlama-lama berada disana.

"jadi, sampai dimana kita tadi?". Kata wanita itu sembari menyesap teh hijau nya lagi.

Arslan yang hanya memperhatikan Magdalena dengan pandangan yang sangat penasaran tentang diri Magdalena. Ia pun akhirnya bertanya. "berapa umur tante sekarang?". Tanya Arslan padanya.

Magdalena yang mendengar pertanyaan absurd itu, berhenti menyesap teh hijau favoritnya itu. "sekitar 39 tahun? Kenapa kamu bertanya tentang umur?"

"saya hanya penasaran, tapi tante terlihat masih berusia 25 tahun". Ungkapnya dengan jujur.

Memang paras Magdalena terlihat sangat muda. Dengan Rambut lurus hitam yang ia kuncir ke belakang, juga pakaian mewah yang terbalut indah di tubuhnya yang langsing itu, dan wajah yang tanpa keriput sama sekali, membuat Magdalena masih terlihat 10 tahun lebih muda dari usia aslinya.

"terimakasih atas pujianmu Arslan". Ucapnya sambil tersenyum membuatnya terlihat cantik.

Bukan maksud Arslan untuk menggombali Magdalena, namun ia benar-benar hanya penasaran. Lalu tatapan arslan langsung terpaku pada cangkir yang berisi teh hijau itu.

"apa karena teh hijau itu, tante jadi terlihat awet muda?". Tanya arslan polos.

Situasi pun hening setelah pertanyaan yang dilontarkan Arslan. Magdalena memajukan tubuhnya kedepan, melipat tangannya di meja untuk menyangga tubuhnya.

"Namamu Arslan kan? Kamu pintar sekali menebak untuk ukuran Bocah yang menginjak remaja"

"jadi benar ya…". Arslan tersenyum kecut, mengetahui tebakannya itu benar.

"memang benar. Teh Hijau ini yang membuatku awet muda, mmm… sangat sulit mendapatkannya, tapi sepadan dengan khasiatnya.

"jadi begitu, setau saya teh seperti itu bukankah sangat mahal?"

"kamu tahu tentang Teh ini?", Tanya Magdalena penasaran, apakah Arslan asal menebak lagi atau dia benar-benar tahu teh ini.

Arslan memegang dagunya, Nampak berpikir. " Teh Hijau biasa memang terkenal khasiatnya tentang bisa membuat awet muda, sama halnya dengan Teh Cahmomile, ataupun Teh Rooibos yang terdapat di afrika. Hanya saja Teh yang tante minum sedikit berbeda".

Dahinya mengerut, Magdalena merasa ada yang salah dengan bocah di depannya, bagaimana bisa bocah berumur 12 tahun mengetahui tentang jenis dan khasiat dari teh yang dapat membantu awet muda. Meskipun 2 jenis teh itu umum diketahui publik, tapi tidak mungkin pengetahuannya bisa menjangkau hal seperti itu.

"Perbedaan apa yang kamu maksudkan Arslan?". Tanya Magdalena lagi pada Arslan.

"iya. Itu berbeda. Warna dari teh ini tidak seperti teh hijau kebanyakan. Mereka memiliki warna yang jernih dan aroma yang khas. Tapi Teh Hijau yang tante minum itu memiliki warna hijau seperti batu giok, dan sangat kental. Aromanya pun seperti aroma rempah-rempah, bukan aroma teh biasanya. Bukankah teh seperti itu hanya ada beberapa di dunia, dan tumbuhnya tanaman tersebut sangat terbatas?"

Magdalena menganga kaget, namun ia tetap berusaha setenang mungkin. Dan kembali bertanya pada Arslan. " apa kamu tahu nama teh ini, Arslan?"

Arslan memutar matanya, "Yiqian-Kuqi, atau biasa disebut Teh Herbal legendaris dari tanah tibet, Air Mata Seribu Tahun. Apakah benar tante?". Jawabnya dengan wajah yang datar.

Mulut Magdalena terbuka lebar, matanya terbelalak. Seakan ia terkena sambaran petir di pagi hari.

"Kamu, bagaimana kamu tahu soal teh ini? Teh ini bahkan tidak diketahui oleh publik. Aku memiliki seorang adik yang bekerja sebagai asisten kepala di pusat penelitian obat kuno di china, dan penemuan mereka ini tidak disebarluaskan. Adikku yang memberikan Teh ini sebagai hadiah ulang tahunku ke 35 tahun. Hanya Kepala Peneliti, dan ilmuwan yang bekerja pada proyek Teh Herbal Kuno itu yang mengetahuinya. Satu informasi saja yang bocor , kepala mereka jadi taruhannya!!"

Wajah Arslan juga Nampak terkejut dengan perkataan Magdalena saat itu. Ia tidak tahu jika efek dari menyebut nama Teh Hijau legendaris itu akan separah ini. Padahal entah dari mana, di otaknya tiba-tiba muncul semua jawaban itu ketika Arslan memikirkannya. "sial..! otakku sepertinya memang sudah ditanam AI di dalamnya waktu aku direinkarnasi. Sepertinya jika tidak hati-hati aku akan mengundang masalah!". Batin Arslan yang juga menelan ludahnya gugup.

Arslan hanya tertawa canggung. Ia tidak menyangka masalah sepele seperti ini akan menjadi rumit.

"sudahlah lupakan. Sebaiknya kamu simpan baik-baik rahasia itu, jangan sampai tersebar luas. Aku diberitahu oleh adikku, bahwa proyek itu merupakan rahasia negara China dan sekutunya. Jika mereka sampai tahu ada seorang bocah berumur 12 tahun yang mengetahui rahasia mereka, kamu bisa bayangkan sendiri resikonya". Kata Magdalena yang cemas dan juga masih takut dengan apa yang diketahuinya barusan.

Bocah umur 12 tahun? Omong kosong. Anak ini membuatku merinding. Batin Magdalena saat menatap Arslan dengan ekspresi yang serius.

Arslan hanya mengangguk setelah mendengar teguran dari wanita itu. Ia merasa hanya harus berhati-hati dengan pemikirannya mulai sekarang.

"baiklah, kita kembali ke permasalahan utama, kenapa aku memanggilmu kemari". Ucapnya sembari mengambil sebatang rokok yang ia simpan di kotak rokok khusus miliknya. Setelah ia menyalakan rokok itu, Magdalena kembali menatap Arslan dan mulai mengatakan sesuatu. "Aku disini hanya mewakili suamiku untuk meminta pertanggung jawabanmu kepada Deren. Aku tidak terlalu peduli dengan keadaan anak itu. Dan juga sekaligus posisiku sebagai kepala yayasan, aku juga berhak menanyakan ganti rugi terhadap lima belas anak yang kau buat babak belur itu. Bisa aku tahu apa rencanamu, Arslan?"

Arslan Nampak berpikir, jawaban apa yang akan ia berikan pada wanita itu. Dilihat dari sifatnya, ia tidak akan menerima jawaban yang merugikan dan tidak ada gunanya. Menurut Arslan, wanita itu akan pergi setelah mendapatkan jawaban yang diinginkannya.

"saya…belum tahu ganti rugi seperti apa tante". Ujar Arslan jujur.

"kamu masih kecil, tentu saja kamu tidak punya uang kan? Bagaimana kalau kita berdua membuat ini mudah. Aku akan membantumu membereskan masalah ini, tapi dengan satu syarat?"

"syarat? Syarat apa itu tante?". Arslan mengernyit. Bukan permintaan yang konyol seperti menjadi brondongnya bukan?

Magdalane tersenyum licik yang membuat Arslan tiba-tiba merasa gugup.

avataravatar
Next chapter