30 Makan Siang

Di perjalanan menuju restoran, wajah Reynard terasa cemas saat sedang mengemudikan mobilnya. Ia selalu menengok kearah kursi jok samping dengan raut wajah yang aneh, seakan pemandangan di depan matanya itu baru pertama kali ia lihat. Disana terlihat Bernadeta sedang memangku Annisa sambil memakan rujak manis yang tadi dibelinya di depan sekolah sebelum mereka berangkat.

Memang pemandangan tersebut tampak konyol, karena mobil Reynard adalah mobil sport dua pintu, tanpa jok belakang. Pantas saja, Reynard merasa ini sedikit membuatnya malu jika ada orang yang melihat kejadian ini. Ditambah dua gadis itu seperti sangat nyaman dengan keadaan mereka saat ini, tanpa menghiraukan Reynard yang sedari tadi terus memperhatikan mereka berdua.

Merasa dirinya ditatap terus-menerus oleh Reynard, Annisa pun berbalik menatap Reynard. Pandangan mereka pun bertemu, membuat Reynard salah tingkah.

"Apa ada yang aneh di wajahku kak Rey?". Tanya Annisa yang penasaran dengan tingkah laku dari Reynard.

Reynard memperhatikan Annisa sambil berpikir jawaban apa yang harus ia lontarkan nanti. Tidak mungkin ia menyalahkan Annisa yang mengajak Bernadeta untuk makan siang mereka, yang sebenarnya hanya untuk mereka berdua saja tanpa ada orang lain.

" Eum, anis…". Ucap Reynard memanggil namanya sembari sesekali menatap jalan.

"Ya kak?"

"Apa kamu merasa nyaman duduk seperti itu?". Tanya Reynard dengan berat hati.

Annisa pun memperhatikan dirinya yang sedang dipangku oleh Bernadeta. Namun tak disangka sikap Annisa membuat Reynard sedikit kaget. Annisa tertawa cekikikan yang membuat Bernadeta berhenti memakan cemilannya, dan Reynard yang hanya melongo melihat Annisa tertawa seperti itu.

"Kenapa kamu ketawa?". Tanya Reynard yang sebenarnya lebih ke protes dengan sikap aneh Annisa. Bukannya ia sadar dan malu atas sikapnya itu, malah Annisa tertawa seperti sedang kerasukan.

"Ah? Oh..ngga kak. Cuman lucu aja sih". Seru Annisa yang kemudian menghentikan tawanya.

"Lucu? Apa yang lucu?". Tanya Reynard penasaran.

"Ini baru pertama kali aku diajak makan sama cowok. Padahal bukan kak Reynard yang aku harapin sih…". Kata Annisa yang tersenyum sendu. Raut wajahnya kini terlihat sedih walaupun ia sedang tersenyum.

"Ehem ehem…". Reynard terbatuk mendengar ucapan dari Annisa. Entah gadis ini polos atau memang sengaja. Dia mengatakan hal yang membuat harga diri pria dalam diri Reynard seakan runtuh. Lelaki mana yang tidak kesal jika ada wanita yang digaetnya mengharapkan lelaki lain itu berada diposisinya saat ini?

Bernadeta yang sejak tadi memperhatikan Annisa dan Reynard hanya tersenyum penuh makna. Entah apa yang ada dipikirannya saat ini.

****

Steak House. Restaurant mewah dan satu-satunya di kota Kediri.

Di tempat itu hanya terdapat 30 meja, yang hanya terisi 2 meja saja. Satu dari dua meja makan itu telah terisi oleh 3 anak remaja, yaitu Reynard, Bernadeta dan Annisa.

Steak House menjadi satu-satunya restoran di Kediri yang menghidangkan berbagai macam makanan berbahan daging Sapi dan Ayam yang diolah menjadi berbagai menu hidangan Daging Steak. Restoran ini membuka banyak cabang disetiap kota di provinsi jawa timur, dan terkenal akan kelezatan dari daging steak yang menjadi produk unggulan mereka.

"ada yang bisa saya bantu kak?"

Pelayan wanita di restoran itu bertanya kepada Reynard yang duduk tidak jauh dari Pelayan itu berdiri. Pelayan tersebut berinisiatif langsung menanyakannya kepada Reynard dikarenakan dialah satu-satunya lelaki yang ada di meja itu. Sudah kodrat alam bahwa lelaki harus mentraktir gadis ketika sedang berada di tempat makan. Benarkan?

"Aku pesan Tenderloin dengan saus Demi Glace, dan juga bawakan lemon tea". Setelah berucap demikian, pelayan tersebut segera mencatat pesanan dari Reynard. Tak lupa Reynard pun segera bertanya kepada Annisa dan Bernadeta apa yang ingin mereka pesan. Namun disambut oleh raut wajah kebingungan oleh keduanya, saat membaca buku menu yang ada ditangan mereka. Sekalipun mereka belum pernah mencicipi hidangan se-kelas Daging Steak di restoran mewah, jadi mereka berdua tidak mengerti nama-nama hidangan steak tersebut dan bagaimana rupa hidangan itu.

Seakan disiram oleh cahaya ilahi, Reynard segera berkata kepada pelayan itu untuk mencatat dua steak Sirloin dengan saus yang sama dengan yang sudah Reynard pesan. Reynard mengetahui jika Annisa dan Bernadeta belum pernah mencoba hidangan Steak. Sangat terlihat raut wajah mereka berdua yang linglung ketika ditanya apa yang ingin mereka pesan oleh Reynard.

Annisa dan Bernadeta hanya tersenyum canggung dengan tindakan yang cepat dan tanggap dari Reynard. Mereka berdua sangat malu ketika Reynard menyadari bahwa mereka belum pernah mencicipi makanan yang mahal seperti itu.

"Baiklah, sambil menunggu makanan datang… aku menanyakan suatu hal padamu Annisa". Tatap Reynard dengan pandangan serius pada Annisa, membuat gadis kecil dan manis itu sangat gugup.

"Tanya apa kak Rey?"

"Apa kau memiliki suatu hubungan serius dengan Arslan?"

Annisa mengungkapkan ekspresi bingung. Arslan?

Untuk apa Reynard menanyakan tentang hubungan dirinya dan Arslan?

Berbagai pertanyaan berputar di kepala Annisa, mulai dari Reynard yang tiba-tiba datang ke dalam kelasnya, mengajaknya kenalan, hingga rela mentraktir makan siang yang mewah. Ada hal ganjil dari sikap Reynard kepada dirinya, yang tentu ia rasakan sejak awal.

Annisa pun memberanikan diri bertanya, "Kenapa kak Reynard menanyakan tentang hubunganku dengan Arslan? Apa niat kakak sebenarnya? Dari awal aku sudah merasa aneh dengan sikap kakak. Padahal kita ngga saling kenal, tapi kakak berbaik hati seperti ini… aku merasa kak Reynard punya niat lain!"

Reynard terdiam sejenak. Mata mereka saling beradu, mencari celah kelemahan masing-masing. Annisa mencari kebohongan dari jawaban Reynard setelah ini, sedangkan Reynard mencari kejujuran dari jawaban Annisa. Tidak ada dari mereka yang mengalah dalam mencari sebuah jawaban yang mereka harapkan. Jawaban itu harus ada, titik!

Reynard tersenyum simpul. Ia merasa gadis dihadapannya saat ini bukan gadis kecil biasa, dan Cleo akan sangat sulit untuk mengalahkan gadis seperti ini.

"Kamu terlalu waspada terhadapku Annisa, tidak ada niat lain jika harus mengajak kalian makan. Apalagi jika kamu mengira aku akan mencelakakan Arslan, dan menjadikan kalian sebagai umpan. Itu konyol…, kamu terlalu banyak nonton drama televisi"

Annisa menyipitkan matanya, seakan ia masih enggan percaya dengan ucapan Reynard. "Aku tadi tidak mengatakan kalau kak Reynard akan menjadikanku umpan untuk mencelakai Arslan kan? Kenapa kakak bisa berpikiran seperti itu?". Sikap yang ditunjukkan Annisa menjadi dingin kepada Reynard. Situasi beku itu membuat Bernadeta bergidik takut, ia berpikir tidak seharusnya ia ikut acara makan siang ini. Ia menyesal sekarang.

"Terlihat jelas dari raut wajahmu, tidak perlu kamu jelaskan…"

Annisa semakin tersulut emosi dengan pernyataan Reynard tersebut. "Lalu apa yang sebenarnya kak Reynard inginkan?"

Reynard mulai menggerakkan tangannya, meletakkan sikunya dimeja, dan menopang dagunya sembari tersenyum lebar dan penuh arti.

"Annisa, bagaimana kalau kita berkencan mulai detik ini?"

avataravatar
Next chapter