31 Makan Siang (2)

Suasana di meja makan itu terlihat sangat canggung satu sama lain. Meskipun ada satu orang yang tetap memakan makanannya dengan lahap dan seperti tidak peduli dengan suasana sekitarnya. Bernadeta merasa dia tidak perlu terlibat urusan cinta segitiga yang dialami oleh sahabatnya itu, karena yang dia butuhkan saat ini ada asupan gizi dan lemak yang membuat perutnya tidak terus berbunyi sejak tadi.

Disisi lain, Annisa dan Reynard tidak banyak berbincang. Annisa sangat tidak nyaman berada disini, terlihat dari caranya mengiris daging steaknya yang tidak beraturan., kadang kecil, kadang kebesaran dan tidak muat di mulutnya, dan terpaksa ia harus kembali mengirisnya lagi. Alasan Annisa yang tidak nyaman itu bukanlah karena pernyataan Reynard saat mengajaknya menjadi teman kencan alias pacaran. Tapi rasa tidak nyamannya dikarenakan Reynard terus memandanginya tanpa sekalipun menyentuh makanannya.

Karena seakan risih dipandangi seperti itu terus menerus, Annisa meletakkan pisau dan garpunya. Ia memandang Reynard dan bertanya. "Kak Rey, apa kak rey ngga makan? Ngga lapar?"

"apa aku terlihat sedang kelaparan?". Jawab Reynard dengan senyum merekah.

"Aku bukan tipe cewek, yang suka lihat orang buang makanan". Kata Annisa lantang.

"OK~! DEAL!". Reynard segera menyantap steak dihadapannya seperti orang yang sangat kelaparan.

Annisa semakin dibuat bingung oleh tingkah laku cowok dihadapannya saat ini.

"Deal apa kak rey?". Tanya Annisa penasaran.

Reynard menghentikan makannya sejenak, dengan mulut yang penuh dengan steak yang masih belum ia telan. "Loh, bukannya itu syarat untuk menerima pernyataan cintaku?"

Annisa yang mendengar ucapan Reynard hanya melongo sambil menatap lelaki itu tidak percaya, bahkan Bernadeta yang sedang asyik makan dan tidak sengaja mendengarnya pun mengeluarkan makanannya yang baru ia masukkan ke mulutnya bulat-bulat. Mereka berdua menepuk jidatnya secara bersamaan, berpikir laki-laki yang sangat mempesona ini benar-benar bodoh atau pura-pura bodoh?

"Kak rey… aku sudah menyukai orang lain kak"

Reynard hanya diam. Setelah sejenak ia mengunyah makanannya dan ditelan, ia pun mulai berkata, "Jadi benar kamu menyukai Arslan ya nis?". Sambil melirik Annisa yang dengan polos memandanginya.

Namun Annisa hanya mengedipkan matanya beberapa kali, berusaha mencerna kembali apa yang diucapkan oleh Reynard. Dan ketika telah sadar, wajah Annisa nampak sedikit memerah. Ia memalingkan wajahnya dari Reynard, menyembunyikan ekspresinya yang terlihat jelas itu.

"Hanya saja…". Reynard kembali melanjutkan kata-katanya. Memandang Annisa dengan tajam. "Aku tidak pernah membiarkan buruanku lolos".

Reynard memperlihatkan senyuman iblisnya, yang membuat Annisa tiba-tiba bergidik di seluruh tubuhnya. Bernadeta bahkan merasakan suatu hal yang membuatnya berhenti makan saat itu. Padahal tidak ada satupun di dunia ini yang dapat mengganggu makannya, hanya saja tatapan Reynard kala itu membuat Bernadeta merasakan suatu hal buruk.

****

Disebuah mansion yang sangat besar dengan arsitektur bergaya eropa itu, terlihat sebuah mobil mewah tengah berhenti didepan mansion tersebut. Banyak sekali pelayan wanita yang menggunakan pakaian maid serta pria yang menggunakan setelan jas hitam, membungkuk serentak ketika sosok gadis yang sangat cantik keluar dari mobil mewah tersebut.

Dan seorang pria tua berbalut tuxedo ala kepala pelayan yang sering kalian lihat di film-film, berdiri tegap dan menyambut gadis itu dengan sangat formal. Meskipun terlihat tua, dengan rambut pendek elegan, dan jenggot dan kumis yang semuanya berwarna putih, ia Nampak masih sangat bugar dilihat dari cara ia berdiri. Postur tubuhnya pun tinggi berkisar antara 180sentimeter hingga 190sentimeter. Badannya pun besar dan berotot, seperti ia tidak pernah absen dalam kegiatan olah tubuh setiap harinya. Wajahnya memiliki kerutan namun masih sangat tampan, dan tatapan matanya tajam, juga terlihat ia memakai anting berlian kecil ditelinganya.

"Selamat datang nona Cleo, terima kasih sudah melakukan kegiatan belajar dengan baik". Ucap pria tua itu kepada gadis yang sebenarnya adalah Cleopatra.

Cleopatra hanya mengangguk pelan, dan langsung berlenggang pergi menuju kediaman mansion tersebut. Di ikuti oleh Pria tua itu dan seluruh Maid wanita yang tadi ikut menyambut kepulangan dirinya.

"Apa papa dan mama belum kembali dari London, Paman Han?". Tanya Cleopatra penasaran dengan keberadaan Ayah dan Ibunya saat ini.

Dibenaknya setiap ia pulang dari sekolah, ia selalu memikirkan kepulangan Ayah dan Ibunya dari rutinitas pekerjaan mereka yang mengharuskan mereka mengunjungi berbagai negara untuk bertemu dengan relasi bisnisnya.

Dari kecil ia sudah merasakan bagaimana menjadi putri salju, yang terkurung dalam kastil megah. Tidak pernah sekalipun ia merasakan kehangatan kasih sayang dari orang tuanya. Yang ia dapatkan hanya sebuah kartu kredit yang diberikan oleh kedua orang tuanya, menggunakan kekuatan uang untuk menggantikan ketidak-hadiran mereka dalam hidup Cleopatra. Namun ternyata semua itu salah, uang tidak dapat menggantikan kehangatan keluarga. Itulah yang dirasakan Cleopatra sejak dulu, yaitu kesepian.

Pak Han yang selalu mendengar pertanyaan yang sama setiap gadis cantik itu pulang dari sekolahnya, tidak bisa menahan kesedihan yang dirasakannya ketika menatap Cleo. Baginya Cleo sudah seperti puteri kandungnya sendiri, ia merawat Cleo sejak bayi, memenuhi semua kebutuhannya. Namun tidak pernah sekalipun Cleo memperlihatkan senyum manisnya itu sejak menginjak umur 6 tahun. Sangat disayangkan untuk seorang gadis remaja merasakan pahitnya kekosongan dalam keluarga.

"Belum nona, Tuan dan Nyonya Soedarma berencana akan melanjutkan perjalanan bisnis ke China, butuh waktu 3 bulan hingga mereka kembali pulang". Ungkap Pak Han yang disambut raut wajah datar dari Cleo. Gadis itu sudah menduganya.

"Apa orang-orang itu tidak punya rumah? Padahal mereka sudah tua, seharusnya di rumah saja"

Pak Han hanya tersenyum canggung mendengar ucapan dari Cleopatra. Ia tahu sifat yang dimiliki Cleo sekarang adalah perbuatan dari kedua orang-tuanya sendiri. Tidak salah kalau Cleo bersikap seperti itu kepada kedua orang-tuanya.

Berusaha mencairkan suasana hati Cleo, Pak Han membuka suara dan bertanya, "Apa nona sudah makan siang? Kalau belum, Saya akan menyiapkan hidangan santap siang untuk nona Cleo..". Ucap Pak Han dengan nada tenang.

"Terserah Pak Han, aku mau ganti baju dulu". Kata Cleo dengan ketus.

Pak Han pun segera menunduk, memberi hormat kepada Cleo yang mulai melangkahkan kakinya. Namun tak sampai 5 langkah berjalan, Cleo berhenti dan membalikkan badannya menghadap Pak Han dan para maid yang masih menunduk.

"Pak Han…". Cleo memanggil.

Pak Han segera mengangkat kepalanya mendengar ia dipanggil oleh Cleo, bersiap mendengarkan perintah dari Tuan Putri itu.

"Pak Han, aku ingin anda membawa seseorang kemari. Bawa dia.. kalau perlu seret dengan paksa jika dia menolak"

Pak Han segera mengerutkan keningnya, tidak mengerti siapa orang yang sudah membuat nonanya marah seperti itu. Dan juga ini pertama kali ia dengar, bahwa nonanya meminta untuk menyeret seseorang kedalam mansion mewah ini.

Terlintas berbagai pertanyaan di benak Pak Han saat itu, Siapa gerangan orang yang dimaksud nona Cleo…?

avataravatar