2 Ini Bukan Tubuhku

Ini…sungguh berbeda.

"gawat, ini tubuhku saat berumur 21 tahun. Tapi, struktur wajahku kenapa agak berbeda ya?". Permasalahan yang menurutnya runyam adalah struktur wajahnya, tapi kenapa ibunya hanya terkejut dengan tinggi badannya?

Arslan hanya menggelengkan kepalanya pelan. Tidak tahu lagi apa yang akan terjadi nanti. Dan menurutnya yang paling penting saat ini, peristiwa hari ini adalah Kenyataan, dan bukan halusinasi belaka.

Dirinya meneliti kembali struktur tubuhnya yang baru ini. Selain ia merasa bugar, ia juga melihat Arslan versi ini sangat mempesona. Rambut hitam pekat yang lurus, siluet mata yang tajam, bola mata yang hitam tebal dan bulat besar, hidung yang mancung, bibir yang tipis dan berwarna merah cerah, kulit tubuhnya putih layaknya salju, otot tubuhnya terlihat di tubuhnya yang kurus ideal itu. Bahkan tingginya saat ini sekitar 165 sentimeter, cukup tinggi untuk seukuran anak yang baru naik kelas ke SMP.

Setelah selesai memeriksa setiap inci tubuhnya, ia memakai pakaian yang sudah disiapkan oleh ibunya. Menurut ibunya tubuhnya saat ini terlalu besar jika memakai seragam yang sekarang, karena pasti akan sangat ketat jika dipakai. Untung nya ibunya dengan cepat meminjam seragam SMP milik anak tetangga, yang sekarang anak tetangga itu sudah berada di Kelas 2 SMA.

Tak terasa sudah pukul 06.30 pagi, terlihat Arslan dan adiknya sarapan dengan lahap. Tapi, sepertinya hanya arslan saja yang melahap roti bakar yang ada didepannya.

"kak…kenapa kakak berubah jadi cakep begini?". Komentar adiknya yang sedari tadi memandanginya sambil mencuil roti bakar itu sedikit demi sedikit.

" uhuk-uhuk…", Arslan pun menoleh memandangi adiknya yang sedang nyengir bahagia. "emang sejak kapan kakak jelek?"

"sejak kemarin", sahut adiknya yang tak bersalah. Dan seletah itu Rega nyengir kembali dengan rentetean giginya yang putih terlihat, sungguh bahagia pikirnya.

Arslan kembali hanya menggelengkan kepalanya. Ia pun segera menghabiskan sarapannya beserta susu fresh milk yang menjadi minuman favoritnya itu. "habisin rotinya, bentar lagi kita berangkat"

Sesaat setelah Rega menghabiskan sarapannya, Arslan selesai merapikan perlatan sekolahnya yang ada di kamar. Sekilas ia memandang cermin, sambil tersenyum simpul.

"sudah dimulai…". Katanya sembari meninggalkan kamar menuju belakang rumah, tempat sepedah nya berada.

Arslan menginstruksikan Rega agar mengikutinya dari belakang. Setelah setengah jam bersepedah, mereka berpisah. Rega masih kelas 6 SD, dan sekolahnya pun berbeda tempat dengan Arslan. Namun satu arah keberangkatan.

Tak lama Arslan pun sampai di sekolah barunya, karena jaraknya yang Cuma 10 menit dari sekolah Rega. Ia berhenti tepat di depan sekolah itu.

Didepan sekolah itu tertulis Sekolah Menengah Pertama Swasta Patra. Ya, disekolah itulah Arslan menghabiskan 3 tahun kehidupan ABG nya. Ia tidak sabar memulai kehidupan barunya ditempat ini, memperbaiki semuanya yang dulu di kehidupan sebelumnya ia sesali.

Setelah memarkirkan sepedanya di tempat parkir khusus sepeda, Arslan berjalan tenang kearah papan yang berada didekat ruang guru. Terlihat banyak sekali murid cowok dan cewek bergerumun melihat papan itu. Arslan tidak menyadari banyak dari murid kelas 2 dan kelas 3 memandangi dirinya dengan takjub

" ya ampun lihat! Itu anak cakep banget!"

"dia murid baru kah?"

"aku rasa bukan. Lihat, dia jalan ke papan pengumuman pembagian kelas di kelas 1"

"ga mungkin, dia tinggi banget. Tapi mukanya imut, cakep, cantik,ah semuanya jadi satu!"

"gila, kelas satu sudah setinggi itu? Jadi pingin aku gebetin tauk!"

"mana mau dia sama kamu, badan kayak triplek gitu"

Berbagai komentar dilontarkan oleh cewek-cewek kelas 2 dan kelas 3 ketika melihat Arslan. Para cowok hanya mendengarkan gadis-gadis itu enggan. Mereka beringas seperti melihat artis ibukota yang tiba-tiba muncul disekolah mereka.

Sedangkan Arslan dengan seksama melihat papan yang ada didepannya. Ia melihat tulisan namanya di papan itu.

Arslan Lay. Kelas 1C

Ia sudah tahu jika ia akan berada di kelas itu, seperti kehidupan dia sebelumnya. Semua kenangan dan peristiwa semasa ia berada di SMP masih teringat jelas dibenaknya.

"hei, kamu anak kelas 1?"

Tiba-tiba terdengar suara disampingnya. Ia pun menoleh kearah suara itu, melihat seorang gadis berkaca mata yang sangat manis. Arslan tahu siapa gadis ini, namun ia berusaha bersikap tenang.

"ya. Aku anak kelas 1. Kamu?"

"ooh. Aku juga" jawabnya dengan senyumnya yang sangat manis. Pipinya ketika tersenyum memiliki lesung pipi yang membuat orang sangat suka memandanginya ketika ia tersenyum. "kamu di kelas mana?". Tanya gadis itu.

"kelas 1C". jawab arslan

"wahhh, sama donk! Aku juga di kelas itu. Oh iya kenalin, namaku Annisa Maurina. Panggil saja Anis. Kalau namamu siapa?". Ucap gadis itu sambil meminta bersalaman dan senyum yang merekah.

Arslan pun membalasnya dengan memegang tangan gadis itu. " aku Arslan Lay. Panggil saja Arslan". Balas Arslan dengan tersenyum.

Saat Arslan tersenyum dan memegang tangan Anis, gadis itu hanya memandangi Arslan dengan tatapan kagum, ia merasakan desiran aneh pada dirinya. "Ya Ampun, ini cowok cakep banget ya Tuhan…, aku jadi degdegan gini kenapa ya?". Batin anis ketika melihat Arslan yang begitu dekat dengan dirinya saat ini.

Saat Arslan merasa ada yang aneh pada gadis dihadapannya itu, ia pun segera dengan cepat melepas tangannya yang saling bergenggaman. Situasi pun menjadi canggung bagi Annisa, gadis itu seakan tidak dapat mengeluarkan sepatah katapun, berbeda dengan saat pertama ia berkenalan dengan Arslan. Arslan yang melihat wajah Anis berubah kemerahan seperti tomat hanya tersenyum tipis. Ia tidak menyangka gadis ini bisa semanis itu, berbeda dengan gadis yang ia kenal saat di kehidupan sebelumnya.

"sepertinya ini akan menarik". Pikir Arslan ketika melihat Annisa. Tidak disangka Annisa adalah orang pertama yang ia temui pertama kali di tempat ini. Di sekolah ini, tempat menghabiskan hari-hari yang menyenangkan baginya. Dan gadis ini, Annisa Maurina, adalah target pertama yang sempurna untuk Arslan menjalani kehidupan SMP nya.

avataravatar
Next chapter