10 Hadiah Kelulusan

Setelah selesai membasuh dirinya, Arslan pun kembali ke kamarnya untuk istirahat. Namun memikirkan kejadian-kejadian yang sudah dialaminya, ia masih belum percaya bahwa ini adalah kenyataan. Seperti ia dikirim ke dimensi lain dan dikirim ke waktu dan tempat yang sama saat ia berusia 12 tahun, bukannya dikirim ke dunia lain untuk menjalani hidupnya.

Tiba-tiba Arslan teringat akan Novel yang ia tulis tadi di sekolahnya. Arslan segera mengambil buku tempat ia menyalin tulisan tersebut. Ia pun duduk di meja belajarnya dan kembali mulai menulis part selanjutnya dari novel tersebut. Satu demi satu kata yang ia rangkai dalam tulisan itu, berusaha mengingat jalan cerita dan dialog dari novel tersebut. Semakin dalam ia masuk ke dalam cerita novel itu, semakin sadar pula ia berpikir bahwa yang dilakukannya saat ini begitu mustahil baginya.

"ini aneh…? Kenapa aku bisa mengingat semua isi di novel itu? Se-cerdas apapun manusia, mana bisa ia mengingat dengan jelas isi dari buku yang tebalnya sampai lima ratus halaman?". Semakin ia memikirkan alasan dibalik itu, semakin sakit pula kepala Arslan mencari jawabannya. Ia tidak menemukan alasan yang tepat.

Pertama, sebelum Arslan di reinkarnasi kembali, dulunya ia adalah orang yang biasa-biasa saja. IQ nya hanya rata-rata, dia bukan orang yang sangat cerdas, namun bukan juga orang yang bodoh.

Kedua, dikehidupan sebelumnya Arslan tipikal anak yang lumayan pemalas, dia tidak se-rajin sekarang. Setiap ia ingin memulai sesuatu, hanya akan menjadi sebuah keinginan. Ia tidak terlalu antusias untuk melakukannya.

Dan yang Ketiga, pengetahuannya pun dangkal. Namun di kehidupan ini setiap ia berpikir mencari suatu jawaban, ia selalu menemukannya. Seakan tertanam search engine di otaknya, sekarang pengetahuannya sendiri membuat ia tidak perlu ke warung internet untuk mencari apapun yang perlu ia ketahui. Dirinya sendiri saat ini seperti memiliki Artificial Inteligence yang sudah menyatu dalam pikirannya.

"hasshh, semakin aku pikirkan, semakin aku tidak mengerti. Baru kali ini aku tidak menemukan jawaban masalah ini di otakku. Sebaiknya aku melanjutkan menulis sajalah…".

Dirinya pun kembali melanjutkan aktifitasnya itu. Sedikitpun ia tidak ingin waktunya terbuang percuma, selain istirahat… ia akan melakukan hal lain untuk mengembangkan Visi dan Misinya kedepan.

****

Tak terasa waktu pun menunjukkan pukul 9 malam. Arslan pun telah menghabiskan waktu 6 jam untuk menyalin setiap bab novel itu, dan kini ia telah menyelesaikan tulisan itu sebanyak 100 halaman dengan sangat cepat.

"Hm, sepertinya aku butuh komputer agar lebih cepat lagi…"

Menurutnya mengetik di komputer lebih praktis daripada harus menulis manual. Selain membutuhkan waktu yang lama, menulis manual juga banyak membuang tenaga. Sekarang pergelangan tangannya benar-benar terasa agak pegal.

Ditengah pemikirannya itu, ia dikejutkan oleh suara ketukan pintu kamar Arlsan. Ternyata itu ibu Arslan yang sedang mengetuk pintu. Arslan pun bangkit dari duduknya, dan membukakan pintu kamarnya.

"kamu belum tidur Arslan?". Tanya ibunya Saat mengetahui arslan yang membukakan pintu.

"belum ma, arslan baru selesai belajar. Ada apa ma?"

"ngga sih, tadi Rega telepon katanya nginep di rumah Ferdian, soalnya tugas kelompoknya banyak"

"oh, OK ma..". angguk arslan

"mama juga mau ngomong sesuatu sama kamu ar…". Kata ibu Arslan yang terlihat sangat serius.

"apa ada masalah ma?". Arslan terlihat Nampak khawatir dengan raut muka serius yang ditunjukkan Ibu Arslan.

"sebenarnya, ada yang mau mama kasih ke Arslan. Ini… buat hadiah kelulusan Arslan". Ketika itu juga mama menunjukkan sebuah kotak yang ia sembunyikan dibelakang punggungnya dengan kedua tangan, di luarnya terlihat gambar sebuah ponsel.

Arslan yang mengetahui itu tiba-tiba mengeluarkan ekspresi terkejut, ia bingung antara bahagia atau sedih. Seingatnya dulu, Ibu Arslan memang memberinya sebuah Handphone terbaru dengan layar berwarna, karena di kala itu untuk anak seumurannya hanya memiliki handphone dengan layar hitam putih. Namun Ibunya waktu itu meghadiahkannya Handphone itu setelah satu semester berjalan. Ini terlalu cepat sehingga mengejutkannya. Berapa harga yang sudah dikeluarkan untuk membeli Ponsel seperti ini?

Apa masa depan yang ia tahu telah berubah secara signifikan?

Arslan hanya memperhatikan Kotak Handphone itu lama. Kemudian mengalihkan pandangannya pada Ibunya yang saat ini tersenyum sangat bahagia. Ia hanya dapat bersumpah dalam hati saat ini, jika ia akan menjadi anak kebanggaan orang tua nya, membahagiakan mereka sebelum membahagiakan adik dan dirinya sendiri.

"terimakasih ma, pasti ini sangat mahal. Arslan Cuma bisa berjanji ke mama, kalau Arslan akan jadi sukses nanti, membahagiakan mama dan papa, juga Rega". Lirih Arslan, Ibunya yang mendengar ucapan Arslan hanya mengangguk, Ibunya pun segera memeluk dirinya, dan tersenyum bahagia.

Yang telah di ketahui Arslan selama 60 tahun hidupnya dulu adalah, Seorang Ibu akan dapat menjadi jahat hanya untuk kebahagiaan anaknya, dan juga dapat menjadi malaikat untuk kesedihan anaknya. Seorang Ibu akan menjadi kuat saat anaknya lemah, dan menjadi jalan saat anaknya tersesat. Merekalah Ibu, sosok yang tidak akan pernah Arslan lupakan meskipun ia harus hidup kembali 100 kali sekalipun.

"oh iya, kemarin papa kasih kabar kalau akan membelikanmu sebuah komputer". Ucap Ibunya yang sontak langsung membuat Arslan kegirangan.

"beneran ma? Papa bakalan beliin Arslan komputer?". Tanya Arslan tidak percaya.

Masa lalunya berubah begitu cepat. Seingatnya dulu ia mendapatkan komputer dari kedua orang tuanya setelah ia naik ke kelas 2 SMP. Namun sekarang, ia mendapatkan keduanya sekaligus di hari yang sama. Membuatnya berpikir semua rencana yang ia susun bisa berjalan lebih cepat lagi.

"iya, ngga mungkin kan mama bohong ke kamu. Kenapa kamu senang banget?"

"Arslan lagi ngerjain project buat nulis novel, pikir Arslan daripada harus menulis manual, lebih cepat kalau mengetik di komputer ma.."

"kamu buat novel?". Tanya Ibunya tak percaya jika anaknya mampu menulis sebuah cerita berlembar-lembar seperti itu. Anaknya masih berusia 12 tahun, bagaimana dia bisa menulis novel di umurnya yang baru menginjak remaja?

"iya ma. Bentar, arslan tunjukin ke mama". Ia pun bergegas mengambil buku tulis di meja nya, memberikannya kepada ibunya. Ibunya yang menerima buku itu, kemudian membuka dan melihat isi dari buku tulis dengan sampul bergambar itu. Ekspresinya berubah-ubah ketika Ibunya membalikkan setiap lembar buku itu.

"Arslan, ini cerita yang sangat bagus nak!". Kata Ibunya ketika menatap arslan tidak percaya. Arslan hanya membalasnya dengan senyuman.

Tentu saja bagus, karena yang membuat cerita itu bukan Arslan, tapi Penulis terkenal di kehidupan sebelumnya. Tidak mungkin ia menceritakan itu kepada Ibunya, pasti Ibu Arslan mengira anaknya sudah gila.

"ya sudah, kalau begitu kamu makan dulu, habis itu tidur. Jangan sampai terlalu lelah..". ucap Ibunya yang juga mencium kening arlsan dan keluar dari kamar arslan.

Arslan pun merebahkan tubuhnya di Kasur selepas Ibunya pergi. Benar kata Ibu Arslan, ia terlalu lelah saat ini. Sehingga dengan cepat matanya terlihat sayup, dan akhirnya tertidur pulas hanya dalam hitungan menit.

avataravatar
Next chapter