webnovel

6. Hotel Arum

Academy Ruby merupakan sekolah khusus Penyihir terbaik di seluruh galaksi. Menempati setengah dari Planet Ruby, Academy yang menampung banyak Penyihir dan menjadi satu-satunya sumber ilmu di mana para Penyihir menempuh pendidikan tertinggi, merupakan sekolah yang sangat ketat. Keamanan dan lingkungan terjamin. Ketiga negara tanpa ragu akan mengirimkan Penyihir muda mereka ke sekolah ini.

Tidak ada persyaratan untuk mendaftar jadi siswa. Tidak ada batas umur—bahkan mereka yang baru lahir atau bahkan sudah berusia ratusan tahun, diperbolehkan untuk masuk dan belajar. Persyaratannya hanya satu. Murid, haruslah seorang Penyihir.

Karena itu, ketika sepasang remaja dan pria sampai di sebuah gerbang raksasa berwarna hitam, Leo tidak bisa berkata-kata. Terdapat tembok beton yang tinggi—menjulang hingga mencapai lebih dari 20 meter ke atas, menutupi apa yang tersembunyi dibaliknya. Leo tahu, bukan hanya dinding, tetapi langit-langit juga dilapisi pelindung transparan demi keamanan para Penyihir di dalamnya.

"Baby ingin masuk?" melihat sosok perak yang terus memandang pintu gerbang yang sangat besar dan kokoh, Cosmos tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Benda besar seperti tebing ini terlihat sangat bagus, lebih bagus ketimbang ruangan bertingkat aneh yang sejak tadi ia lihat. Melihat secara langsung dengan melihat dari layar, benar-benar memberikan kesan yang berbeda.

Leo menggelengkan kepala, lalu menunjuk ke sebuah bangunan yang tidak terlalu jauh dari pintu gerbang. "Untuk sementara, kita tidak masuk dulu."

"Kenapa?" mendengarnya, Cosmos tahu bahwa Babynya bisa masuk bila ia ingin.

"Belum waktunya," bocah itu menghela napas. "Baik aku atau Papa, masih ada hal lain yang harus dilakukan."

Cosmos setuju. Memang banyak hal yang ingin ia lakukan, tetapi si kecil akan selalu menjadi prioritas utama. "Bagaimana bila ke hotel?"

Remaja perak mengangguk.

Tanpa ragu, Cosmos membawa Babynya menuju ke sebuah bangunan bertingkat yang berada di seberang Academy Ruby. Bangunan itu luas dan mewah. Jarak antara pagar luar dan gedung agak jauh—sekitar 1 km. Jeruji besi selayaknya penjara mengelilingi rerumputan luas, melindungi bangunan kuno selayaknya sebuah kastil di antara karpet hijau yang membentang.

Saat Leo dan Cosmos berjalan mendekati gerbang, sebuah layar transparan muncul di hadapan keduanya. Sederet kata sambutan terentang, diiringi dengan suara mekanik yang membacakannya.

Hotel Arum adalah hotel termahal di planet Ruby. Hotel ini tidak menerima booking. Saking mahalnya, Hotel Arum tidak akan pernah kehabisan kamar, karena itu booking tidak diperlukan.

Memesan satu kamar VIP dan memasukkan ID Cosmos, setelah transaksi berhasil, suara mekanik perempuan kembali terdengar. "Terima kasih, silahkan tunggu sebentar, kami akan segera menjemput Anda."

Layar menghilang, mendadak mereka diminta untuk menunggu jemputan. Namun Leo tidak bisa menunggu, perhatian penyihir itu beralih ke samping, menatap sosok jangkung yang menoleh ke arah kanan dengan sepasang iris emas yang menyipit.

"Ada apa?"

Cosmos tidak memalingkan wajah, sang Naga masih menatap ke satu titik. Ekspresi wajahnya terlihat kaku dan serius. [Papa mencium aroma yang familier … sepertinya ada ras Naga lain

di sini]

Tidak ada kilau kebahagiaan di wajah tampan itu. Ekspresinya masih serius, dengan alis yang berkerut. Leo bisa merasakan tubuh sang Naga justru menegang, seolah siap bertarung dan sangat … waspada?

Remaja An tidak terkejut mendengarnya. Bagaimanapun, mereka di dekat Academy Ruby, sekolah sihir terbaik di seluruh Galaksi. Akan aneh bila tidak ada ras yang sangat terkenal seperti ras Naga di sini. Namun reaksi yang diberikan Cosmos untuk sesama rasnya agak … agak tidak terduga.

"Papa tidak senang?" sebelah tangan terulur, menepuk pipi sang Naga. "Tidak suka ras Naga yang lain?" ulangnya. Perasaan teritorial ras Naga sangat tinggi, itu sebabnya mereka tidak suka kerumunan atau bahkan meninggalkan daerah mereka. Ras mereka arogan dan sombong, bahkan untuk sesama ras sendiri.

Namun, bukankah perkembangan zaman akan memudarkan sifat mereka? Cosmos adalah contoh nyata akan hal itu. Sosok Naga yang rela meninggalkan teritorialnya, lalu dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang aneh. Lebih parah, Cosmos bahan menjadi otaku! Naga arogan mana yang menjadi seorang Otaku? Leo sungguh tidak mau mengakui bahwa itu adalah Papanya.

Pandangan Cosmos teralihkan. Sepasang netra emas menatap wajah lucu putranya. Namun, ekspresi dari wajah tampan itu tidak berubah. "Mereka … ," jeda beberapa detik, si perak sepertinya memikirkan kata yang tepat. [Darah mereka, tercium lemah]. Akhirnya, si perak mengungkapkan dalam bahasa Naga.

Lemah?

Leo bingung, tetapi baru saja ingin bertanya, sebuah kapsul berjalan mendekati mereka. Suara mekanis terdengar, pintu kapsul terbuka secara otomatis. Dalam hitungan detik, sepasang perak tahu bahwa ini adalah jemputan mereka.

Tidak membuang waktu, Cosmos menurunkan Babynya ke atas kursi empuk, baru kemudian dirinya sendiri masuk ke dalam dan duduk berdampingan dengan sosok perak yang lain. Setelah keduanya masuk, pintu otomatis tertutup dan mobil kapsul berjalan melayang di atas rerumputan hijau, menuju Kastil tua tempat mereka akan menginap.

Kapsul yang mampu menampung 4 orang itu melayang di atas rerumputan hijau, membuat Leo bisa lebih fokus untuk memperhatikan bangunan kuno yang terbuat dari tumpukan batu yang kokoh. Dilihat bagaimanapun, ketimbang kastil, Leo merasa bangunan ini lebih seperti benteng. Warna hitam yang mencolok seperti batu kali terlihat sangat suram, artistik dan tua.

Menghela napas, sepasang netra emas menatap langit yang telah berubah senja. Warna kemerahan menyembur lembut, mulai menutupi kebiruan langit yang membentang luas. Awan-awan putih mengambang, membiaskan warna semerah nyala api yang indah.

Yah ... mereka akan memulai semuanya secara perlahan. Meningkatkan Micro, lalu ... menemukan makam.

Senyuman kecil mengembang, sepasang iris emas menyendu.

Leo tidak pernah menyangka hari ini benar-benar terjadi. Pada akhirnya, ia akan mengambil langkah ini. Menerima semua hal, melanjutkan hidup, lalu dengan ceroboh dan manis, keluar dari lingkungan nomaden yang damai hanya untuk mengunjungi makan murid dan juga sahabatnya.

Tujuannya sangat sederhana, tetapi 8000 tahun telah berlalu, banyak hal telah terjadi. Mengunjungi makam yang telah berusia lebih dari 8000 tahun ... keinginan kecilnya tidak akan mungkin dipandang sesederhana itu. Terlebih, selain makam ketiga muridnya, sisa makam yang lain, Leo tidak tahu keberadaannya.

Leo menghela napas lalu melirik ke sosok perak yang duduk di sampingnya. Pemuda tampan itu menoleh ke luar jendela. Wajah tanpa ekspresi terbiaskan oleh cahaya senja, kemerahan yang indah memberikan warna pada kulit dan rambut yang semula pucat.

Menopang wajah dengan sebelah tangan, sosok Cosmos terlihat begitu tenang. Mengenakan kemeja putih dan menggulung lengan hingga ke sikut, tangan pucat yang terukir indah itu membiaskan otot yang kuat. Melihatnya tidak bergerak, membuat dunia di sekitar sosok itu seolah membeku.

Sangat indah ... selayaknya sebuah lukisan yang menggambarkan suasana tenang yang menawan.

Remaja perak tersenyum kecil. Oh, sungguh, tidak akan pernah ada yang menyangka bahwa Naga Perak yang anggun dan menawan ini, merupakan Naga primitif yang bahkan tidak mengenakan pakaian beberapa tahun lalu. Mengingatnya, membuat Leo merasa tergelitik. Ia terkekeh kecil, lalu menggelengkan kepala.

Yah ... sekali lagi, waktu, akan selalu memberikannya kejutan.

Next chapter