webnovel

3. Perjalanan

Ketika melakukan eksekusi, ternyata itu agak … sulit.

Sebuah pesawat berwarna kelabu melayang di ruang angkasa dengan kecepatan yang ekstream. Beberapa pesawat lain, dengan model yang terlihat jauh lebih modern, mengejar di belakangnya. Suara peringatan terdengar, diiringi dengan transmisi suara monoton yang terus mengulangi kata-kata yang sama.

"Pesawat dengan nomor induk G-1827 harap berhenti!"

"Pesawat dengan nomor induk G-1827 harap berhenti!"

"Pesawat dengan nomor induk G-1827 harap berhenti!"

Remaja kelabu mengerutkan alis. Bibir tipis terkatup rapat, menandakan suasana hati yang benar-benar buruk. Leo, sudah mempelajari perihal dunia luar, ia tahu bahwa ada beberapa peraturan yang terbentuk termasuk peraturan kepemilikan pesawat dan izin mengemudikan pesawat. Namun sungguh, ia tidak pernah menyangka bahwa planet miliknya akan diawasi oleh beberapa petugas patroli dengan sangat ketat.

Perlu digaris bawahi. SANGAT KETAT!

Sialnya, mereka ketahuan sehingga berakhir seperti sekarang. Beruntung, model pesawat yang tersimpan di dalam ruangnya adalah pesawat tempur. Kecepatan yang dimiliki tidak kecil, dengan tingkat perlindungan yang tinggi. Beberapa pesawat di belakang sepertinya juga cukup baik untuk tidak melemparkan peluru, tetapi sangat keras kepala untuk mengekor di belakang.

"Tuan, Micro telah berhasil meretasnya!"

Suara bersemangat dari lebah kesayangan membuat Leo menghela napas lega. Dalam hitungan detik, seluruh pesawat patroli yang mengejar telah kehilangan kendali dan tertinggal di belakang.

Meningkatkan kecepatan dan memberikan jarak sebelum mereka meminta bala bantuan, Leo tanpa ragu memencet tombol siluman, menyebabkan seluruh pesawat menghilang dari radar apapun yang mencoba mendeteksi dan terus melayang di angkasa. Hal ini membuat Leo sedikit menghela napas lega.

Mode siluman hanya bertahan selama 24 jam dan perlu masa pendinginan 12 jam, itu sebabnya Leo tidak langsung menggunakannya. Namun ... dalam situasi ini, tidak mungkin untuk menahan diri.

"Kenapa kita melarikan diri dari mereka?" sosok pria berambut perak pendek duduk di kursi penumpang. Menatap pilot di sampingnya dengan sepasang kelereng emas vertikal. Karena si kelabu terlalu serius, baru sekarang Cosmos melemparkan pertanyaan.

"Tentu saja karena kita dikejar!" Micro melotot kesal. "Mereka ingin menangkap kita, Naga bodoh! Bagaimanapun, Tuan adalah pemilik Planet dan ketiga Negara menginginkan Planet kita, itu sebabnya kemunculan kita, akan membuat ketiga negara menginginkan Tuan!"

Cosmos mengerutkan alis. Sebelah tangan terulur, mengelus kepala berhelai kelabu itu. "Bukankah Baby sudah mengambil alih seluruh Planet?" tanyanya bingung. Naga perak ini bukan hanya menjadi seorang penggila Internet biasa. Bagaimanapun, karena telah belajar beberapa hal, ia juga cukup tahu banyak hal, salah satunya bahwa Hak kepemilikan telah diambil secara penuh oleh Baby kesayangannya ini.

99 Planet yang tersebar di antara ketiga Negara, dengan mudah diambil alih dan dikuasai oleh remaja cantik di sampingnya. Namun sayang, hal ini dilakukan dengan tidak mudah. Negara Ion, Yuron dan Mole kebakaran jenggot, membuat sosok misterius 'Shappire' gencar dicari. Bila bukan karena Micro, Cosmos yakin 'seseorang' yang mereka cari pasti sudah ketahuan berada di salah satu Planet paling primitf dan misterius.

"Selama berada di luar ruang lingkup ozon, itu merupakan Negara lain," jeda beberapa detik, Leo benar-benar lupa tentang hal ini. Galaksi yang sekarang dihuninya masih merupakan wilayah Kerajaan Ion, jadi bukan hal aneh bila banyak pesawat berpatroli untuk mengawasi Planetnya. Bagaimanapun, ini bukan area 'bebas tanpa kekuasaan'.

Tingkat teknologi yang tercipta di zaman ini sangat tinggi hingga mencapai keadaan di mana bisa mendeteksi pesawat ilegal. Leo tidak menyangka bahwa teknologi pesawatnya mampu tetap terdeteksi oleh pemancar yang dikeluarkan. Beruntung, Micro baru saja berhasil meretas pesawat di belakang sehingga mereka bisa melarikan diri dengan mudah.

"Karenanya, kita harus memiliki izin masuk, tetapi … yah, ini bukan ruang lingkup kekuasaan kita. Masing-masing Negara memiliki server tersendiri yang terlindung oleh Proxy ... yang cukup baik. Jadi meretas untuk memiliki izin, tidak bisa Micro lakukan--"

"Aku bisa!" Micro menyela--tidak suka dibilang tidak bisa. Robot lebah itu terbang dengan gelisah di sekitar pengontrol. "Perangkat kerasku hanya tidak mendukung, bila kita membeli beberapa hal untuk meningkatkan kapasitas ram dan romku, aku yakin aku bisa!"

"Ya, ya, ya, kau bisa," Leo menggerutu. "Lalu yang menjadi masalah sekarang, apakah kau bisa mendeteksi pesawat lain agar mereka tidak menemukan kita?"

"Aku bisa meretas mereka lagi."

"Tetapi tidak bisa mengacaukan pemancar mereka?"

Micro agak tergagap. "Itu … agak sulit. Aku hanya membuat arus mereka menjadi kacau hingga terjadi pematian mesin karena kebetulan, salah satu kru di dalamnya sedang membuka Asisten."

"Jadi, kita akan dikejar mereka lagi?" alis sang Naga terpaut memikirkan beberapa pesawat yang mengejar mereka. Bagaimanapun, secara ilegal mereka masuk ke wilayah orang lain, terlebih sudah tertangkap basah. Hanya masalah waktu sampai mereka benar-benar ditemukan. "Kau benar-benar tidak berguna."

"Siapa yang tidak berguna itu, Naga Bodoh?!" Micro benar-benar tersinggung, siap menyemburkan amarahnya. "Setidaknya aku lebih hebat--"

"Berhenti!" Leo sakit kepala. Yang satu sumbu pendek, yang satu pemicu api. Sungguh, keduanya benar-benar tidak bisa dimasukkan ke dalam satu ruangan! "Micro, awasi ruang lingkup. Perhatikan bila kita terdeteksi oleh radar pesawat patroli terdekat, Papa … coba buka Asisten."

Cosmos menoleh, bingung.

"Buat pengaturan. Kita tidak akan mampir ke Planet Palem tetapi akan langsung ke Planet Ruby," pengaturan awal mereka, adalah untuk mampir ke Planet Palem lebih dulu. Beristirahat dan melanjutkan perjalanan menuju Planet Ruby. Namun, dengan ditemukannya mereka yang baru saja keluar dari Planet Ilusi … Leo yakin akan sulit selama ia masih berada di wilayah Negara asing. Secepat mungkin, mereka harus meninggalkan wilayah kekuasaan Negara Ion menuju Planet Ruby.

Dengan ekspresi serius, Pemuda itu mengangguk tetapi dengan kilau antusias yang terpancar cerah dari sepasang netranya. Dalam persekian detik Leo tahu bahwa Papanya, sekali lagi, bersemangat tentang suatu hal … entah apa.

Helaan nafas berhembus. Punggung sang remaja bersandar di kursi yang cenderung empuk. Sepasang kelereng biru menatap lapisan gelap di mana tata surya menyebarkan titik-titik kecil berkerlap-kelip. Bintang-bintang yang begitu indah, berjarak sangat jauh. Sebagian besar yang mengelilingi pesawat kecil ini hanya bebatuan asteroid yang melayang-layang. Dari kejauhan, satu pun planet belum terlihat, tetapi radar jelas menunjukkan arah yang benar menuju ke sebuah Planet.

Begitu tenang, tidak ada serangan menyelinap atau suara tembakan. Tidak ada kekacauan. Hal ini membuat Leo merasa agak … aneh. Sejak keluar dari lapisan atmosfer, tubuhnya akan selalu tegang dan dalam keadaan waspada. Bagaimanapun, peperangan selalu terjadi di luar angkasa. Suara kekacauan dan guncangan penyerangan selalu menemaninya. Hingga sekarang, mendadak mendapatkan suasana yang begitu berbeda …

Leo harus mengakui bahwa … ia tidak terbiasa.

Ini sama seperti ketika ia baru saja terbangun, mendapati dirinya adalah seorang bayi lemah yang tidak mampu melakukan apapun dan hanya bisa bersabar untuk tumbuh. Pada awalnya, Leo sangat marah. Beberapa kali ia ingin melakukan bunuh diri karena rasa malu menjadi lemah, rasa penghinaan karena harus mengompol dan tidak bisa melakukan apapun tanpa bantuan orang lain. Perasaan putus asa ketika menyadari tidak memiliki apa pun untuk dapat bertahan tanpa perawatan dari robotnya …

Pada akhirnya, waktu memperbaiki segalanya. Ia bersabar … hingga akhirnya terbiasa dan mati rasa. Tanpa ragu bahkan memanggil seekor Naga aneh dengan panggilan 'Papa'. Lingkungan damai yang terbentuk, sedikit demi sedikit mengikis kekerasan yang menumpuk di hati.

Namun melihat tata surya yang begitu tenang dan indah hingga benar-benar bisa membuatnya bersantai adalah sesuatu yang baru. Ia merasa aneh. Hanya itu, hingga tidak bisa menikmati keindahan dari gemerlap bintang yang tersebar di sekitar. Tidak ada kebisingan, tidak ada gangguan. Lingkungan asing ini tidak membuat takut, sebaliknya membuatnya merasa … agak waspada. Seolah-olah ketenangan dan kedamaian yang sedikit terecap ini, adalah kedamaian sebelum badai menerpa.

Leo melirik ke samping dan melihat pria berambut perak yang tengah bermain dengan Asistennya. Sosok rupawan yang sangat fokus pada layar virtual itu begitu indah dan tampan. Wajahnya terukir tegas, dengan jembatan hidung yang tinggi dan alis yang terukir dengan heroik. Sekali pandang, orang-orang mungkin akan langsung mengira ia adalah ras manusia, tidak akan ada yang mengira bahwa sosok perak ini adalah ras Naga ....

Ras Naga …

Alis Leo terpaut. Di zaman ini, Ras Naga telah berubah haluan menjadi ras yang sangat mulia. Bagaimana tidak? Di negara Ion, semua Ras Naga adalah bangsawan karena raja dari Negara Ion adalah Ras Naga. Hal ini agak … merepotkan. Beruntung, sebelumnya Cosmos cukup penasaran dengan wujud humanoid yang benar-benar menjadi manusia. Jadi, dengan menghilangnya tanduk dan ekor, ia tidak akan langsung dikenali.

Namun Leo juga tidak tahu bagaimana tanggapan dan penerimaan masyarakat umum tentang bangsawan … Hal ini membuatnya merasa agak … penasaran.

Sang remaja menghela napas, memejamkan kedua mata dan menyandarkan tubuh pada kursi yang terasa empuk. Ia perlu beristirahat. Meski fisiknya telah tumbuh menjadi lebih kuat, kebiasaan beristirahat tidak hilang sama sekali. Dengan pengaturan navigasi otomatis, pesawat terbang dengan lancar dan konstan melewati tata surya. Ada Micro dan Ayah Naganya yang mengawasi, Leo tidak terlalu takut ketahuan oleh petugas patroli. Karena itu, tanpa ragu, remaja kelabu jatuh ke dalam alam mimpi.

Perjalanan dimulai~

Terima kasih sudah membaca!

AoiTheCielocreators' thoughts
Next chapter