webnovel

Baby's Dragon

Leo, Penyihir berusia ribuan tahun terbangun dalam wujud bayi setelah lama tertidur demi memulihkan tubuhnya pasca perang yang tak berkesudahan. Namun ketika ia keluar dari Ruang Jiwa ... "Baby ... ," Seekor Naga jantan, menatap batita kecil di depannya dengan mata yang berkilau cerah. Iris emas itu penuh kebahagiaan dengan sentuhan kejutan yang tak tertahankan. "Baby, panggil Papa." " ... ." Sebentar ... BUKANKAH MEREKA BEDA SPESIES?! BAGAIMANA BISA NAGA INI MENGANGGAPNYA ANAK?! Leo sakit kepala. Degan tubuh bayi dan bahasa Naga yang terdengar cadel, pada akhirnya ia mendidik Ayah angkatnya dari Naga Primitif yang konyol dan idiot, menjadi seekor Naga berdarah murni yang berwibawa. Oh, ini Papanya! Leo bangga. Namun sayang, masa depan selalu tidak terduga. Art Cover by: Fai

AoiTheCielo · LGBT+
Not enough ratings
65 Chs

21. Kelas Penyihir I

Ada 3 tipe kelas yang diberikan oleh Academy Ruby. Kelas Alkimia, Kelas Perawatan Bahan dan Kelas Rune. Ketiga Tipe kelas tentu saja terbagi menjadi beberapa sub dan setiap murid, diperbolehkan mengambil ketiga tipe kelas sesuai dengan minat dan syarat yang dibutuhkan untuk setiap kelas.

Seperti contoh kelas Tipe Rune, hanya mereka yang berada minimal di level 2 yang boleh memasuki kelas. Di dalam Tipe Rune, terdapat kelas menggambar rune dasar dan menggambar rune tingkat lanjut. Mereka yang ingin memasuki kelas pembuatan alat sihir, harus lulus di kelas menggambar Rune tingkat dasar dan lanjut.

Bahkan, untuk kelas Alkimia yang menerima level 1, mereka yang ingin memasuki kelas obat kulit, harus lulus di kelas Alkimia dasar. Singkat kata, meski banyak cabang dan beberapa alternatif, semuanya masih harus sesuai dengan prosedur dan tidak bisa asal mengambil kelas.

Karena itu, Merci membawa Leo ke kelas dasar Alkimia ketika tahu remaja berjubah hijau itu ingin memasuki kelas Alkimia.

Meski namanya Kelas, tempat belajar tidak berada di dalam ruangan sama sekali.

Sebuah pohon super tebal, dengan kerimbunan yang nyaman menjadi naungan kelas Alkimia dasar. Di bawah perlindungan bayang-bayang pohon, terdapat sederet meja dan kursi batu yang berjajar rapi dan manis. Tanah terdiri dari bebatuan dan kerikil, dengan sejumput rerumputan hijau yang tumbuh. Beberapa orang, dengan jubah jingga dan kuning duduk manis di kursi masing-masing.

Meja belum penuh, obrolan masih berlanjut. Jelas, kelas belum dimulai sama sekali.

Leo dan Merci tanpa ragu mengambil meja paling belakang. Keduanya berjalan perlahan, sebisa mungkin tidak terlihat mencolok. Namun, warna hijau dari jubah mereka benar-benar membuat semua orang terdiam dan menoleh, menatap dengan penasaran.

Untuk level 3 yang memasuki kelas Alkimia dasar … bukankah itu sangat mencolok? Ini seperti orang dewasa yang tidak lulus membaca dan menulis, menyebabkannya harus kembali memasuki taman kanak-kanak untuk belajar.

Leo cukup cuek untuk menghadapi mata penasaran itu, sementara Merci, benar-benar tidak peduli. Bahkan ketika Leo menatap ke arahnya dan mencibir ketika melihat Kesatria itu mengenakan jubah hijau … oh, tentu saja. Satu-satunya cara agar tidak mencolok dan membuat resah selama kelas berlangsung, tentu saja dengan menyamar menjadi Penyihir, bukan?

Beruntung, Leo bisa memasuki kelas Alkimia Dasar di hari yang tepat. Kelas ini hanya dibuka pada pagi hari, senin sampai jumat, itu hanya untuk kelas Level 0. Untuk mereka yang di atas level 0, hanya bisa mengikuti kelas siang pada hari senin.

"Untuk kelas dasar, penilaiannya terlalu tinggi," salah satu Penyihir berjubah kuning, menghela napas. Memalingkan wajah dan tidak menatap ke belakang kembali. "Lihat yang di sana? Mereka level 3, tetapi harus masuk ke kelas Alkimia Dasar juga."

"Sepertinya sama seperti kita? Ingin mengambil sertifikat dari sekolah ini?"

"Apakah kau ingin menyapanya?"

"Mereka terlihat masih kecil … ,"

"Tetapi sudah memasuki level 3, pasti berasal dari keluarga kaya."

Beberapa orang masih membicarakan mereka. Leo dan Merci tidak peduli, keduanya saling berbicara, mengabaikan beberapa tatapan penasaran dan diskusi singkat yang dibentuk oleh kelompok penyihir di depan keduanya.

"Selama kau bisa mencampurkan beberapa bahan yang disediakan menjadi cair, lalu menjadi berbentuk pasta dan berubah menjadi pil, kau bisa lulus di kelas ini."

Leo berkedip. "Kau banyak tahu," untuk seorang Kesatria, mengetahui hal-hal dasar dan remeh perihal Penyihir, bukankah itu sangat membosankan? Remaja perak agak kaget dengan Naga Muda ini.

"Aku banyak membaca."

Remaja cantik itu bertopang dagu dan sedikit memiringkan wajahnya. Sepasang netra emas menatap wajah tampan berbingkai helai biru dengan seksama. "Kau berniat menggantikan Kakek Felix?" menjadi Kepala Sekolah Academy Ruby?

"Tidak."

"Lalu?"

"Aku hanya tertarik."

"Tertarik untuk menjadi Penyihir?"

"Tidak."

Jawaban itu membuat alis sang remaja terpaut. Leo menatap Naga Muda itu dengan aneh, lalu menggelengkan kepala. "Yah … minat setiap orang berbeda," itu sama seperti minat Ayahnya tentang Novel dan Komik. Tidak berniat menjadi Komikus atau Novelis, tetapi sangat jatuh cinta dengan kedua benda itu. Hanya membaca, sebagai seorang penikmat murni yang sedikit agak … menyimpang.

Ada perasaan geli yang menggelitik begitu mendengar komentar si perak. Sepasang netra emas menatap sosok mungil yang kini mengalihkan pandangan ke depan. Terlihat cemberut dengan kedua tangan bersilang di atas meja dan dagu disandarkan di atasnya. Helai rambut peraknya berkibar lembut, tebal dan menari dipermainkan angin.

Terlihat cantik, kurus dan rapuh. Namun siapa yang menyangka bahwa Penyihir mungil ini sangat kuat? Mereka berjalan dari Area Pusat menuju Area Tengah. Meski melalui portal Teleportasi, untuk kategori seorang Penyihir, ras Campuran ini … benar-benar kuat. Tidak ada keluhan, tidak ada keringat. Mulut kecilnya yang terkadang melemparkan beberapa pertanyaan, lama-lama terdengar cukup imut dan tidak mengganggu.

"Halo, selamat siang."

Sosok tubuh setinggi dua meter berjalan dengan tubuh terseret. Suara tua yang ramah membuat semua mata memperhatikan sosok penyihir yang mengenakan jubah nila yang familiar. Tubuhnya berwarna kecoklatan, terdiri dari akar dan batang sebuah pohon. Bila bukan karena ada sepasang mata dan mulut yang terlihat bergerak, semua orang akan mengira itu adalah sebuah pohon yang digotong.

"Baiklah, hari ini sepertinya saya menemukan beberapa wajah baru di kelas ini," wajah kayu itu tersenyum. Sepasang netra itu menatap ke arah Leo, Merci, lalu ke beberapa wajah di meja lain. Meski menyeramkan, tetapi nadanya hangat dan ramah keluar dari ras Ek itu. "Karenanya, saya akan memperkenalkan diri kembali."

"Namaku Midori Yume, dari ras Ek. Kalian bisa memanggilku Mr. Yume. Saya bukan hanya mengajar di kelas Alkimia Dasar, tetapi juga mengajar di kelas Dexila, Ropem dan kelas Gun. Jadi, bila setelah kelas ini kalian lulus dan memilih salah satu kelas itu, kita akan bertemu kembali."

Kelas Dexila, Ropen dan Gun adalah kelas Alkimia untuk Penyihir level 3. Mendengarnya, beberapa murid refleks menoleh, menatap kedua orang yang mengenakan jubah berwarna hijau. Bagaimanapun, di kelas ini, keduanya lah satu-satunya di level 3.

"Baiklah, tidak perlu berbasa-basi kembali, mari kita mulai pembelajaran. Sekarang, silahkan keluarkan bahan dan tungku kalian masing-masing."

Mendengar perintah, setiap murid mengeluarkan beberapa batang kering berwarna kehitaman dari dalam Kantung Ruang. Leo melihatnya, bagaimanapun selama di perjalanan, Merci sudah memeriksa dan kelas kali ini menggunakan ranting Mind untuk digunakan. Itu diumumkan di dalam pendaftaran setiap murid.

Karenanya, Leo tanpa ragu mengeluarkan ranting Mind kering dan tungku baru miliknya.

Tungku yang lebih terlihat seperti guci kaca itu diletakkan di atas meja batu. Benda seukuran bola basket yang terlihat tipis dan rapuh berkilau diterpa cahaya matahari. Terlihat indah dan sangat tipis, tetapi setiap penyihir di kelas ini memiliki tungku yang serupa. Sebening kaca, tetapi dengan warna dan pola yang bervariatif. Semakin kuat warnanya, semakin tinggi level tungku yang dimiliki.

Beberapa Penyihir menoleh ke belakang dan kaget melihat tungku tingkat rendah lah yang dikeluarkan oleh Penyihir level 3 itu. Beberapa orang mencibir. Tungku tingkat rendah umumnya digunakan untuk penyihir level 0 dan 1. Sungguh aneh melihat Penyihir level 3, masih menggunakan tungku level rendah.

Guru kelas Alkimia Dasar tidak berkomentar apapun. Mata hijaunya menatap setia meja, memastikan sudah ada tungku dan batang Mind yang diinginkan. Sulur-sulur panjang keluar dari lengannya, memeriksa tungku dan mind yang akan digunakan untuk praktek. Meski ini hanya Alkimia dasar, keselamatan setiap murid tetaplah yang utama. Ia harus mengecek apakah tungku yang dimiliki, telah sesuai atau belum, apakah memiliki pelindung untuk setiap ledakan akibat kegagalan Alkimia atau tidak. Bahan juga harus diperiksa. Apakah sesuai dengan standar yang ditetapkan?

Merci dan dua orang penyihir yang mengenakan jubah jingga, terlihat tidak mengeluarkan tungku dan bahan. Yume tidak peduli sama sekali. Mereka yang tidak mengeluarkan bahan, hanya ingin mengikuti kelas. Selama mereka tenang, tidak mengganggu dan mengacau, tentu saja Guru Kelas bisa menganggap keberadaan mereka hanya sebagai angin lalu.

Tepat saat sulur itu menyentuh batang Mind yang dibawa Leo, sulur itu mendadak membeku. Terjeda seolah ada tombol pause yang menahannya. Ekspresi Mr. Yume juga turut berubah menjadi lebih serius.

"Batang Mind yang sangat bagus," Ras Ek tanpa ragu memuji. Dengan sangat hati-hati, sulur panjang menaruh sebatang Mind kembali di atas meja batu. "Baik dari segi kualitas penanaman dan pemrosesan pengeringan, sangat sempurna. Ini Batang Mind kelas atas … Nak, kau yakin ingin menggunakannya untuk praktek level rendah seperti ini?"

Beberapa pasang mata refleks melihat ke arah duo berjubah hijau. Membuat Leo dan Merci refleks ingin mengumpat.

Bahan kelas Atas.

Satu kalimat tetapi sukses mengundang banyak pasang mata penasaran. Ini bukan hal yang berlebihan. Bahan terdiri dari 3 kelas. Kelas Rendah, Menengah dan Atas. Kelas Rendah Umum dijual, kelas Menengah tentu saja cenderung mahal dan jarang dijual. Namun untuk kelas Atas … untuk satu buah bahan, hanya dapat ditemukan di pelelangan.

Karena itu, duo hijau benar-benar ingin mengumpat.

Merci tidak bisa mendeteksi bahan, bagaimanapun ia bukanlah seorang Penyihir dan tidak peka dengan bahan. Bila tahu bahwa sosok ini tidak memiliki barang yang cenderung 'murah' di tubuhnya, ia akan membawa saudara jauhnya untuk pergi membeli bahan lebih dulu. Oh, untuk bocah yang dengan enteng memberikan buah darah kepada orang yang baru ditemuinya, Naga Biru tidak terkejut bahwa si perak memiliki bahan kelas atas.

Leo, bagaimanapun, hanya akan mengambil barang yang terbaik. Itu sebabnya ia terbiasa mengelola sendiri semua hal yang ingin digunakan, termasuk Bahan. Bahkan untuk bumbu masakan … hal ini juga berpengaruh ke Cosmos. Membuat Naga Perak cukup peka untuk memetik dan mengelola semua bahan yang digunakan untuk bumbu. Siapa sangka, Naga Perak yang selalu bersenang-senang untuk membuat masakan, ternyata tanpa sadar … membuat bahan kelas atas menjadi masakan.

Salahkan Papa Naganya.

Leo tidak tahu bahwa salah satu bahan bumbu masakan akan menjadi kelas Atas di sini.

"Kelas atas?" Sepasang netra emas berkedip. Lalu, seolah tidak mengerti, alis si perak mengernyit dan menoleh menatap pemuda di sampingnya. "Merci, kenapa guru sepertinya … tidak mau aku menggunakan batang Mind milikku untuk praktek? Aku cuma punya satu… ," Leo berbisik, nadanya semakin lama semakin mengecil.

Ayo, Kakak! Kuserahkan masalah ini kepadamu!

Merci menghela napas. Ia melirik singkat remaja kecil di sampingnya, lalu menatap tegas guru Alkimia di depan kelas. "Maaf, guru, adikku ingin menukar batang Mindnya … tetapi dia tidak punya batang Mind yang lain. Jadi, bisakah dia meminjam atau membeli batang Mind dari murid lain di kelas ini?"

Merci tidak ingin memberitahu dari mana sumber bahan kelas atas itu. Tidak perlu ditanya. Bocah perak itu pasti menjawab bahwa itu dari Papanya. Oh, sungguh, entah bagaimana remaja Diandra ini ingin sekali mengumpat dan mempertanyakan kasih sayang orang tua anak ini. Hey! Orang tua macam apa yang tega menaruh semua bahan langka dan mahal ke bocah sekecil ini dan melepaskannya sendirian di tempat umum?! Merci tidak tahu apakah Ayah bocah ini berniat menjaga atau memancing agar si kecil mengalami kecelakaan.

"Tentu," ras Ek mengangguk. "Nah, di kelas ini, siapa yang memiliki lebih dari 5 batang Mind?"

Dua orang langsung mengangkat tangan mereka secara bersamaan.

"Aku memiliki 13 batang."

"Aku 15."

Ucapan keduanya serentak. Dua sosok berjubah kuning yang duduk di meja yang berbeda, sama-sama saling memandang. Keduanya lalu menoleh ke belakang untuk memandang sosok remaja yang terlihat mungil dan polos.

"Adik kecil, kau bisa mengambil 10 batang milikku."

"Tidak, kau bisa mengambil 5 batang milikku, tidak perlu mengganti atau membayarnya kembali."

Ras Vampire yang mendengarnya, mencibir. "Oh? Kau sangat baik."

"Tentu saja, aku sangat baik. Yah … kalian semua tahu sendiri, aku selalu baik kepada siapapun--ack! Kenapa menjitak kepalaku?!"

"Ucapanmu membuatku mual."

Sosok itu melotot ke lawan bicaranya.

Beberapa keributan mulai terjadi. Hal ini membuat alis Merci mengernyit. Oh, para penjilat ini sangat menyebalkan. Mengabaikan keributan, Naga Muda mengetuk bahu salah satu Penyihir di meja di depannya, membuat sosok itu berbalik dan menatap linglung kedua objek perebutan.

"Ya?"

"Kau punya lebih dari satu batang Mind?"

Perempuan dengan kulit ungu kebiruan iu terlihat ragu, tetapi pada akhirnya mengangguk. "Aku … punya 4."

"Bisa kami membelinya darimu? Kami hanya memerlukan satu."

Perempuan ras Avatar itu tidak langsung menjawab. Ia menatap ke depan, lalu dengan ragu, mengangguk. Tanpa berkata apa-apa, sosok itu mengeluarkan sebatang Mind dan menyerahkannya. "Harganya hanya 20 perunggu, aku tidak mengambil keuntungan atau melebihi sama sekali."

Merci mengambil batang dan menyerahkan uangnya. "Aku tahu, terima kasih."

"Sama-sama," perempuan itu buru-buru mengambil uang, memasukkannya ke dalam kantung ruang dan menatap ke depan. Beruntung, kanan dan kirinya kosong. Tidak ada yang memperhatikan interaksi singkat mereka.

Naga Biru, tanpa ragu menyerahkan Batang Mind, membuat Leo menyeringai menerimanya. Oh, senang rasanya mempunyai babu baru.

Melihat bahwa murid terakhir sudah mendapatkan bahannya, senyuman ras Ek mengembang. Tanpa ragu, menghentikan keributan kecil di kelasnya.

"Baiklah, semua orang sudah memegang bahan dan tungku kalian masing-masing, sekarang tidak ada yang ribut dan mulai langkah-langkah seperti biasa."

Begitu kata-kata itu terucap, semua orang tercenga. Dengan tidak percaya, menoleh ke belakang dan menemukan remaja mungil sudah memiliki batang lain di mejanya. Semuanya kecewa, tetapi tidak sempat untuk bertanya karena Mr. Yume mulai memberikan tugas. Kali ini, tidak ada yang diizinkan membuat suara. Karena seluruh murid, telah memulai ritual mereka.

"Seperti biasa, dalam satu jam, kalian harus sudah mengubah batang Mind menjadi cair, setelah itu, selama 20 menit mengubahnya dalam bentuk pasta dan 30 menit mengubahnya menjadi bentuk padat. Bagi mereka yang melewati batas waktu, harus mengulang dari awal."

Ekspresi wajah Leo berubah mendengarnya. Ia refleks menatap Tungku kecil dan satu batang Mind dengan ragu.

"Ada apa?" melihat Leo tidak bergerak sementara Penyihir lain mulai melakukan Alkimia, Kesatria Naga itu menoleh menatap remaja mungil di sampingnya. Si perak mengerutkan alis, menatap tungku dan bahan yang dimilikinya degan ragu.

Apakah permintaan Mr. Yume terlalu sulit? Merci tidak pernah menghibur orang lain, terutama anak kecil. Hal ini membuatnya canggung, tetapi pada akhirnya, kata-kata yang sering dikeluarkan ibunya, keluar dari bibirnya. "Bila kau gagal hari ini, kau bisa mencobanya lagi minggu depan."

Sosok perak itu menoleh, sepasang kelereng emas yang bulat menatap ke arah remaja yang lebih tinggi. Meski ekspresi wajah tidak terlihat karena tertutup tudung, Leo dengan jelas melihat kecanggungan yang terukir dari nada suara yang dilontarkannya.

Namun si perak tidak peduli sama sekali. Ada satu hal yang sangat ia khawatirkan. "Apakah … kita harus membuatnya mencair dalam waktu satu jam? Menjadi pasta dalam kurun waktu 20 menit dan membuatnya menjadi pil dalam waktu 30 menit? Apakah pasti harus pas dalam kurun waktu seperti itu?"

Bukankah Mr.Yume sudah mengatakannya?

"Bila melewati waktu itu, bisa dianggap gagal dan harus mengulang lagi," tepat saat kata-kata itu terucap, Merci refleks ingin meralat kembali ucapannya. Namun Leo kembali mengajukan pertanyaan.

"Bila lebih cepat dari waktu yang ditentukan?"

Kali ini, Naga Biru mulai merasa pertanyaan bocah di sampingnya cukup … aneh. "Bukankah itu bagus? Bila selesai lebih cepat, itu akan lebih baik."

"Tidak akan didiskualifikasi?"

"Tidak mungkin," Merci langsung menyangkal. "Bisa lebih cepat, itu pertanda kau sudah terbiasa melakukan alkimia dan menguasainya dengan baik."

Leo terdiam selama beberapa detik, sebelum akhirnya pertanyaan lain kembali terlontar. "Berapa lama standar cepat itu?"

"Aku tidak tahu," Naga Biru benar-benar tidak tahu. Bagaimana pun ia bukan Penyihir.

Leo menghela napas mendengarnya. Serius, ia benar-benar ketakutan bila harus melakukan alkimia dengan tungku setipis ini! Benda ini pasti paling kuat hanya bisa bertahan selama 1 jam. Meski Leo dengan kurang kerjaan sempat-sempatnya bereksperimen dengan melakukan alkimia menggunakan tungku tingkat rendah, si mungil tidak bisa menghindari mimpi buruk dari dirinya yang memecahkan 100 tungku dalam kurun waktu 1 hari.

Harga 1 tungku tingkat rendah kurang lebih 100 koin emas. Dengan kata lain, ia sudah menghanguskan lebih dari 10.000 koin emas dalam sehari! Sakit tak berdarah. Sesuatu seolah mengiris dagingnya. Memikirkan hal itu kembali, membuat Leo merasa jauh lebih berhati-hati dalam memainkan Tungku tipis ini.

100 koin emas … Leo, ini akan lebih hemat. Kau hanya perlu melakukannya kurang lebih 5 menit dan benda ini masih bisa digunakan sebanyak 2 kali lagi.

Bagaimanapun, ini adalah tungku tingkat rendah terakhir yang dimilikinya. Tidak ada lagi tungku tingkat rendah di dalam Ruang Jiwa. Ketahanan tungku kecil ini hanya bisa sampai … mungkin paling lama, 30 menit dalam sekali pakai.

Menghela napas dan mengubah posisi menjadi berdiri, Leo mengeluarkan alas dan membuat ketinggian tungku mencapai dada. Setelah merasa ketinggiannya pas, sosok perak tanpa ragu menyentuh permukaan dingin tungku dengan ujung jari dari kedua tangan.

Ia tidak ingin terlalu mencolok. Terlebih standar 'cepat' di sini ... Leo tidak tahu sama sekali. Itu sebabnya ia condong menghabiskan waktu. Sayangnya, Tungku rapuh ini tidak bisa menanggung kekuatan jiwanya terlalu lama.

Dalam sekejap, benang-benang tipis berwarna perak keluar pada setiap ujung jari. Berputar dengan lembut dan masuk ke dalam tungku. Perputaran benang sangat lembut, konstan dan stabil. Melihatnya kurang dari 30 detik telah memadat, tanpa ragu sebelah tangan bergerak dan memasukkan Mind.

Batang Mind yang kaku, tenggelam tertelan oleh untaian benang putih. Dalam hitungan detik, benang berubah menjadi riak dan berputar dalam bentuk cairan. Lalu, setelah dua putaran, cairan yang encer mengental dengan sendirinya hingga lama-kelamaan, mulai mengeras. Hal ini juga memperlambat putaran dan ketika warna hitam pada tungku menghilang, dua pil sekecil butiran beras tergeletak manis di tengah-tengah tungku transparan.

KURANG DARI 5 MENIT!

Leo menghela napas lega. Tersenyum senang dan mengusap keringat di pelipis dengan gaya dramatis. Oh, ini mendebarkan. Tungku terakhir kecilnya masih bisa diselamatkan. Melihat dari keadaan, masih bisa digunakan setidaknya 3 atau 4 kali lagi.

Sangat cepat.

Merci kehilangan kata-kata. Naga Biru itu bahkan melihat bahwa semua Penyihir di kelas ini belum memasukkan batang Mind mereka ke dalam tungku, sementara bocah perak di sebelahnya justru telah selesai membuat batang mind menjad pil …

Baik Leo ataupun Merci tidak ada yang bersuara. Keduanya sama-sama diam ketika sebuah sulur panjang bergerak mendekat. Meraih kedua biji kecil di dalam tungku dengan lembut dan terlihat memeriksanya. Beberapa detik memegang, kedua pil kembali ditaruh ke dalam tungku dan sulur berjalan mundur.

Asisten Leo bergetar. Menandakan ada sebuah pesan masuk.

Ras Ek di depan kelas tersenyum ke arah Leo, menganggukkan kepalanya yang dipenuhi dengan dedaunan. Hal ini membuat sang remaja refleks menunduk. Membuka Asisten dan dua buah sertifikat keluar.

Satu adalah Sertifikat Alkimia Kelas Dasar dan satu adalah Sertifikat Kelas Menengah.

Tunggu.

Bukankah ia hanya ikut Kelas Alkimia Dasar?

Bingung, kepala kecil terangkat, menatap penuh tanya kepada guru yang berada di depan kelas. Bagaimanapun, semua orang sedang berkonsentrasi, dilarang keras untuk bersuara dan memecahkan konsentrasi para penyihir muda. Karenanya, sosok Ras Ek membuat gerakan mengusir dengan lembut, lalu mengedipkan sebelah mata hijaunya.

Leo tercenga.

Merci, dengan tegas menyikut. Membuat isyarat untuk bergegas pergi. Akhirnya, tanpa ragu, Leo membereskan meja dengan pelan dan berjinjit menjauh dari kelas. Selayaknya pencuri, kedua orang berjubah hijau meninggalkan kelas tanpa suara.

Leo tidak akan bertanya kenapa ia mendapatkan dua sertifikat sekaligus. Bagaimanapun, sebagai seorang Penyihir Tua, akan sangat bodoh untuk bertanya kenapa bisa mendapatkan dua sertifikat di pelajaran dasar seperti itu.

"Sertifikatnya sudah dikirim?"

"Um," Leo mengangguk, tersenyum puas karena tidak perlu mengikuti Kelas lain untuk mengambil Sertifikat Kelas Menengah. "Karena kelas ini sudah, bagaimana bila kita masuk ke kelas dasar Rune?"

Kali ini, Merci tidak langsung setuju. Naga Muda itu membuka Asisten dan memeriksa jadwal. Keduanya berjalan perlahan di jalan setapak kecil selebar 1 meter. Jalan setapak terdiri dari lempengan bebatuan, dikelilingi oleh rimbun rumput hijau di kanan dan kiri, juga pepohonan yang menjulang tinggi dengan dedaunan lebat yang menghalangi cahaya matahari.

Sangat asri dan menyejukkan.

Keheningan yang tercipta karena Naga Biru tidak langsung menjawab ucapan Leo, tidak membuat si pirang merasa minder. Sebaliknya, ia menikmati suasana hening yang cenderung damai ini.

"Tidak bisa," Merci mendadak bersuara. Memecahkan keheningan yang tercipta begitu saja diantara keduanya. "Kelas Dasar Rune dan Kelas Dasar Bahan memiliki kelas di pagi hari dan juga kelas di siang hari. Tidak ada kelas sore."

Mereka terlambat untuk memasuki kelas Siang. Tentu saja sebagai pengamat, mereka masih bisa tetapi untuk memasuki kelas, mereka jelas akan terusir. "Mana IDmu? Aku akan mengirimkan jadwal kelas."

Leo tanpa ragu setuju. Memberikan IDnya dan menerima jadwal seluruh kelas dari keturunan Rika.

Sejujurnya, Leo sudah punya jadwal kelas.

Tetapi Penyihir Tua ini terlalu malas untuk membuka dan biarkan yang muda bekerja.

Namun sekarang, jelas ia tidak bisa untuk terlalu malas.

Terdapat Kotak Pilihan yang terpampang di hadapannya. Tipe Alkimia, Tipe Alat Sihir, Tipe Bahan. Masing-masing Tipe Kelas memiliki cabangnya. Berderet lurus tersusun dengan rapi, bersamaan dengan nama kelas, jam dan juga guru yang mengajar. Tidak lupa, setiap memilih kelas, akan ada muncul persyaratan untuk memasuki kelas. Dari level dan kelas apa yang harus sudah lulus bila ingin masuk ke kelas tersebut.

"Okay, aku sudah mendaftar di kelas Obat Kulit untuk kelas Sore," mereka masih berada di wilayah Alkimia, akan merepotkan bila bolak-balik bepergian. Lagipula, setiap area pendidikan sangat luas dan cukup menyenangkan mata. Banyak tempat telah berubah, membuat Leo merasa asing dan … penasaran.

"Ingin jalan-jalan?" seolah mendeteksi rasa ingin tahu saudara jauhnya, Naga Biru menatap sosok kecil yang berjalan beriringan dengannya.

"Merci, kau masih mau menemaniku?"

Naga Biru mengangguk. Bagaimanapun, ia tidak memiliki jadwal latihan, jadi tidak apa-apa untuk menemani saudara jauhnya berjalan-jalan. "Benar, kau sudah membeli bahan untuk kelasmu?"

"Ah!" Leo berseru, teringat bahwa semua bahan yang dimilikinya … oh, kelas Atas!

Ia masih harus membeli bahan!

"Tidak bisakah kita membeli online?" Leo benar-benar malas untuk bergerak membeli bahan. Meski jarak area Alkimia dan area Barang bersebelahan, tetapi tetap saja, sangat jauh dan malas untuk berjalan kaki.

Bisakah barang dikirim di lingkungan Academy?.

"Ada beberapa Penyihir yang menjual bahan secara online," perjalanan keduanya agak menanjak, melewati sebuah bukit kecil dan menemukan sebuah Kastil besar nan tua berada di dasar bukit. Oh, mereka masih perlu berjalan kaki ke sana. "Aku tidak punya kontak mereka, tetapi kita bisa bertanya kepada Penyihir lain."

Leo tanpa ragu membuka Asisten. Kata Penyihir membuatnya teringat dengan seseorang. Yah … setidaknya, Nirwana ini masih bersekolah di Academy Ruby. Tidak mungkin Pangeran Negeri Yuron yang besar di Academy Ruby, tidak tahu teman yang menjual bahan secara online, bukan?

Leo: Halo

Leo: Tahu tempat membeli Bahan? Secara Online.

Leo langsung mengirimkannya. Beruntung, sosok Pangeran kecil itu membalas dalam beberapa detik setelah sosok putih mengirim. Jelas, sedang online dan memakai Asistennya.

Bastian: Halo~

Bastian: Bahan? Bukankah banyak di website? Atau kau mau rekomendasiku?

Bastian: Oh sebentar

Bastian: Ini siapa?

Empat pesan berturut-turut masuk. Sepasang Netra emas berkedip menatap pesan, lalu tersenyum kecil. Yah … mereka tidak pernah bertukar kontak, tetapi secara alami, Leo tahu alamat Kontak Penulis dan Komikus ini. Mengingat Ayahnya cukup mengagumi banyak Penulis dan Komikus sehingga menyimpan Kontak mereka tetapi tidak menghubungi sama sekali …

Sebenarnya, untuk apa kontak mereka semua? Leo agak cemberut memikirkannya. Micro, dengan senang hati melaporkan beberapa hal, robot lebah itu tidak mungkin berbohong. Selain beberapa teman aneh dan teman bisnis, Ayah Naga itu tidak pernah menghubungi satupun … satupun Penulis dan Komikus kesayangannya secara langsung. Sosok Naga lebih suka bertindak sok keren dengan bekerja di balik layar. Selayaknya seorang CEO Mendominasi yang dingin dan keren seperti Novel dan Komik kesayangannya.

Hanya memikirkannya saja membuat Leo ingin muntah.

Bandingkan Naga konyol yang akan selalu menyeringai dan terus memanggilmu Baby dengan Naga sok keren yang berpose dan bertingkah terlalu pendiam seolah-olah setiap kata adalah emas!

Menggelengkan kepala, Leo menyingkirkan bayangan Ayahnya yang menakutkan dari pikiran.

Leo: Ini aku. An Leo.

Kali ini, balasan dari ras campuran agak lama. Leo tidak menunggu balasan dan berjalan beriringan dengan Naga Biru di sebelahnya. Oh, ia ingin terbang. Mengeluarkan sepasang sayap dan tidak perlu berjalan kaki. Bagaimanapun, remaja ini lebih terbiasa terbang ketimbang berjalan kaki, itu sebabnya Cosmos lebih sering menggendongnya sejak mereka pindah ke Planet Ruby …

Sekarang, tidak ada Cosmos disekitarnya. Memikirkan hal ini, membuat mood penyihir tua menjadi jelek.

"Lelah?" mendadak, Naga Muda buka suara, menoleh ke samping dan memperhatikan ekspresi dari Penyihir di sebelahnya. "Mau naik Kursi Apung?"

Leo merasa terlalu sering mendengar kata itu, tetapi juga tidak. Perhatian kecil Naga muda membuat si putih merasa de javu.

"Sepertinya … hampir setiap Kesatria yang kutemui, akan menawarkan Kursi Apung," Leo tidak tahan untuk tidak berkomentar. Bagaimanapun, mengetahui bahwa ia adalah seorang Penyihir, hampir setiap orang yang melihatnya akan selalu bertanya 'Mau duduk di Kursi Apung?'. Sungguh, apakah mereka semua selalu menyimpan Kursi Apung di dalam Kantung Ruang mereka?!

"Kewajiban setiap orang untuk menjaga Penyihir," Naga Biru itu menjawab datar, seolah apa yang ia lakukan adalah hal yang lumrah. Leo yang mendengarnya, mengerti. Namun perlakuan special dan perhatian berlebihan seperti ini … kenapa lingkungan belajar Academy Ruby menjadi bagian dari area terlarang bagi Kesatria dan Zero untuk masuk? Sekarang, Leo tahu alasannya.

Ia tidak bisa membayangkan beberapa Guardian akan merasa frustasi dengan Penyihir mereka karena kelas Kebugaran Fisik yang wajib dilakukan oleh setiap Penyihir Level 1. Atau keributan karena mendengar Penyihir mereka gagal dan terkena hukuman oleh guru di dalam kelas …

Guardian, terlalu berdedikasi untuk Penyihir mereka.

Leo menghela napas.

"Bukankah daerah ini terlarang menggunakan Kursi Apung untuk Penyihir di atas level 1?"

Si Putih masih membaca tentang aturan Academy Ruby dan tidak terkejut melihat banyak Penyihir tidak menggunakan Kursi Apung. Hanya mereka yang berlevel 0 dan 1 yang dapat menggunakannya.

Merci mengatup rapatkan bibirnya. Ia melirik remaja mungil yang putih dan jelas terlihat sangat rapuh. Yah … bagaimanapun, Pangeran Sulung ini sudah terlalu terbiasa dengan kelemahan Penyihir di sekitarnya dan Leo, termasuk yang terkuat. Bagaimana tidak? Meski terlihat malas dengan menyeret kakinya untuk berjalan terseok-seok, tidak sedikit pun sosok itu terengah-engah atau berkeringat.

Karena itulah, Merci lebih memperhatikan si kecil. Sosok yang masih saudara jauhnya ini terlihat kuat, tetapi jelas tidak mengenal dunia luar. Ia harus menjaganya. Perasaan baru ini membelai hati, membuat sang Naga Muda merasa nyaman dan lebih ... berguna.

Oh, adik lelaki kecil ini juga memiliki darah Naga.

Mereka bukan saudara jauh, tetapi saudara dekat.

"Bagaimana bahannya?" Merci, tanpa ragu mengalihkan topik, sukses membuat perhatian Leo teralihkan kembali ke Asisten.

"Sebentar, aku sedang menghubungi temanku," ujarnya dengan ekspresi serius. Terlihat sedang membaca pesan, mengetik beberapa kali, lalu kembali membaca. Setelah 2 menit, senyuman merekah di bibir sang Penyihir Muda. "Baik, aku akan bertemu dengan temanku, dia akan sekelas dengan kita."

Leo puas, ia mematikan Asisten dan cukup senang dengan semua hal yang dilakukan Ayahnya dalam hal investasi dan berdagang. Sungguh, agak tidak menyangka bahwa Penulis dan Komikus itu akan berguna di saat seperti ini.

"Teman?" alis Merci terpaut, bingung.

"Um, temanku," Leo mengangguk kalem.

Leo baru saja bersekolah di sini selama beberapa jam, bagaimana mungkin sudah memiliki teman?

"Ah, teman online," Leo langsung menjelaskan. "Teman onlineku bersekolah di sini, jadi aku menghubunginya. Dia akan membawa bahan yang kuperlukan, kebetulan kami memilih kelas yang sama untuk nanti sore."

Teman online.

Kata-kata itu membuat Naga Biru terganggu.

"Jangan terlalu mempercayai orang asing," ujarnya, menasihati. "Periksa kembali bahan yang nanti diberikannya, jangan sampai dia menipumu."

Nirwana tidak mungkin seperti itu. Pangeran bungsu Negeri Yuro adalah anak yang ceroboh dan berperilaku dengan seenaknya, tetapi jelas bukanlah tipe yang akan menipu orang lain. Mereka sudah bertemu tiga kali, dari pertemuan pertama, Leo sudah bisa menebak perilaku ras campuran itu.

Namun Bastian dan Merci tidak saling mengenal. Karena itu, Leo hanya mengangguk dengan kalem. Tidak mau memperpanjang kekhawatiran aneh yang dimiliki Naga Muda ini. Yah ... masih ada satu kelas lagi yang harus ia datangi.

Saatnya belajar bersama Leo di Academy Ruby~

AoiTheCielocreators' thoughts