webnovel

12. Percobaan

Ada dua pilihan pengobatan yang diberikan dokter untuk patah tulang rusuk dan tulang ekor yang dialami oleh Gerald. Cara murah dengan penyembuhan yang lama atau cara mahal dengan penyembuhan yang cepat.

Leo tanpa ragu memilih penyembuhan cara mahal. Bagaimanapun, Pangeran Sulung Ion tidak kekurangan uang. Lagi pula, si perak juga cuku penasaran dengan peralatan medis yang tersedia. Jadi, ketika mereka selesai melakukan urusan administrasi dan pembayaran, keduanya memasuki ruangan cairan dan menemukan Gerald di dalam tabung kaca transparan yang dipenuhi dengan cairan hijau. Dua reka dan satu Penyihir tengah duduk di kanan dan kiri tabung.

"Maaf merepotkan," satu-satunya wanita di ruangan itu tersenyum canggung ke arah Leo dan Merci. Wajahnya memerah. "Dan … terima kasih karena sudah membayar untuk semua pengobatan."

Setelah melakukan beberapa pemeriksaan, Orc yang tergolong masih remaja ini ternyata memiliki beberapa masalah. Ia memiliki banyak luka lama dan baru, tetapi yang terparah adalah luka yang ada di kepalanya. Karena itu, berhubung sudah berada di rumah sakit, Leo tanpa ragu memeras Naga Biru dan membuatnya sekalian mengobati semua luka-luka Guardian sekarat itu.

Karena itu, dari awal hingga akhir, Naga Biru yang sejak tadi berjalan di sisi Penyihirnya, tidak henti memasang ekspresi dingin. Kesal bukan main karena harus membayar mahal untuk biaya pengobatan orang lain.

Remaja perak tersenyum. "Tidak apa-apa," ujarnya. "Kalian berdua juga … tidak mau sekalian diperiksa?"

Merci langsung melirik Penyihirnya dengan tajam.

"Tidak perlu," satu-satunya ras manusia di sana terkekeh. Sepasang iris gelap itu memandang lembut remaja perak yang menolong pengobatan teman mereka. "Ini sudah lebih dari cukup. Kami berdua baik-baik saja."

Merci menghela napas lega mendengarnya, sukses membuat Leo terkekeh begitu menyadari Dompet Guardiannya selamat dari kekeringan.

"Baiklah kalau begitu, kami akan pergi dulu," Leo mengulum senyumannya. Menatap wanita dan ras manusia itu yang tersenyum memandangnya, lalu menatap sang Naga Merah yang terlihat ragu-ragu, lalu mengangguk.

Tanpa berbasa-basi kembali, sepasang Penyihir dan Guardian keluar dari Rumah Sakit.

Pemandangan kota yang penuh dengan gedung-gedung tinggi, juga padatnya lalu-lalang pesawat di lantai dua, membuat Leo kagum selama beberapa detik. Oh, sama seperti Planet Ruby, setiap tempat sepertinya mengambil jalur ini.

Terdapat empat tingkatan jalur. Lantai dasar untuk pejalan kaki, lantai dua untuk kendaraan umum, lantai tiga untuk kendaraan pribadi dan lantai keempat untuk lalu lintas yang baru memasuki Planet atau ingin ke luar dari Planet.

"Seorang Penyihir dari keluarga Bangsawan Ras Naga," melangkah selangkah demi selangkah, sosok pirang tanpa sungkan menyuarakan pikirannya. "Tetapi tidak bisa memiliki Guardian yang berkualitas."

"Bukan hanya Guardian, mereka lebih seperti teman," Merci tanpa ragu menambahkan. Dengan setia berjalan di samping remaja yang satu kepala lebih pendek. "Dan Orc itu, dia hampir mengalami anomali."

Leo tersenyum, lalu menoleh menatap lawan bicaranya. "Itu sebabnya kau menyerangnya dengan keras? Agar dia tidak sempat melepaskan Anomali dan benar-benar mengamuk?"

Naga Biru langsung terlihat kesal. "Anomalinya mempengaruhiku, jadi tanpa sadar aku tersulut."

"Yah … tapi lebih dari itu, kau menolongnya."

Pemuda Diandra cemberut. "Tetapi kau memancingnya," ada nada menuduh yang kentara. "Untuk apa membuatnya semakin marah? Bila dia tidak semakin marah, aku tidak mungkin memukulnya ketika dia akan meledak dan menyerangmu."

"Sebenarnya, aku hanya ingin mengetes, tetapi tidak menyangka kau akan bermain kasar."

"Mengetes?"

Leo mengangguk. "Ya" tegasnya. "Bukankah itu lingkungan di mana banyak penyihir? Apakah Anomali masih menyerang di lingkungan banyak penyihirnya? Aku hanya ingin membuat ujian kecil, tetapi tidak menyangka hasilnya akan tetap sama saja."

Merci mendadak teringat dengan artikel perihal Faktor Lingkungan Anomali. Perihal lingkungan di mana jumlah Penyihirnya jauh lebih banyak, secara alami akan membentuk suatu ekosistem perlindungan di mana Anomali tidak akan dengan mudah terpancing.

"Untuk apa menguji seperti itu?" alis Merci terpaut.

"Yah … kau tahu kenapa Penyihir level 0 dan 1 sangat lemah?"

"Bukankah umumnya kekuatan fisik mereka memang terlahir lemah?"

"Bukan," Leo langsung menyangkalnya. Senyuman penyihir muda itu mengembang. "Kau tahu unsur apa yang membuat kita disebut 'hidup'?"

Naga biru terdiam selama beberapa detik, lalu menjawab. "Tubuh dan roh."

"Benar," si perak terkekeh. "Tubuh adalah cangkang dan roh atau jiwa, adalah yang menggerakkan cangkangnya. Nah .. bagaimana bila cangkang yang kecil, mendadak harus menampung isi yang lebih besar dari cangkangnya?"

Ekspresi Merci langsung berubah.

"Benar sekali," Leo mengulum senyumannya. "Cangkang akan rusak, atau … akan ada kebocoran energi. Nah … hal inilah yang terjadi pada Penyihir. Umumnya, setiap Penyihir yang terlahir, akan menanggung energi jiwa yang terlalu besar. Fisik mereka, tidak bisa menerima hal ini. Karenanya, hal pertama yang dilakukan pertama kali ketika Penyihir lahir adalah memperkuat fisik mereka agar sesuai dengan 'jiwa' yang terlalu kuat."

Merci mengangguk. "Baiklah … aku mengerti. Nah lalu, apa hubungannya dengan tesmu?"

"Oh, tentu saja ada," nada jenaka mengalun. Leo menatap ke depan, memperhatikan gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi di sekitarnya. "Bukankah kukatakan Kebocoran Energi? Nah … dengan energi jiwa yang selalu bocor atau tidak terkendali, bukankah berarti Anomali tidak mungkin ada? Secara kasar, Anomali adalah ledakan energi negative … sementara jiwa para Penyihir adalah ledakan energi positif. Karena itulah Anomali hanya bisa dinetralkan secara paksa dan cepat dengan Energi Jiwa."

"Jadi ... ," nada sing a song mengalun. "Menurutmu, kenapa tidak pernah ada ledakan Anomali di Rumah Sakit besar, tetapi masih tetap akan ada Ledakan Anomali di sekolah sihir yang jelas-jelas jumlah Penyihirnya banyak? Oh, tetapi kecualikan Academy Ruby. Kau tahu sendiri di sana tidak pernah terjadi ledakan Anomali."

"Karena … ," Merci ragu-ragu. "Rumah sakit lebih sering menampung anak-anak Penyihir level 0 dan 1-ah!" seolah menyadari sesuatu, ucapan sang Naga Biru lebih lancar. Tanpa keraguan kembali.

"Secara fisik, mereka lemah. Itu sebabnya, akan selalu ditempatkan di rumah sakit. Saat itu, energi jiwa mereka berarti bocor dan … secara tidak langsung, hal ini juga mempengaruhi Rumah Sakit sehingga Rumah Sakit yang sering dikunjungi anak-anak, akan lebih terlindungi, tetapi … untuk sekolah-sekolah Sihir, hal ini tidak berlaku. Kenapa? Oh, itu karena para Penyihir di Academy sudah bisa mengendalikan jiwa mereka sehingga tidak akan ada kebocoran jiwa?"

Leo terkekeh. "Tepat sekali."

"Karena Academy Ruby juga menampung Penyihir level 0 dan 1, itu sebabnya tidak pernah ada catatan terjadinya Anomali?"

Leo tersenyum mendengarnya.

Naga Biru menghela napas. "Jadi … kau hanya ingin membuktikan hal ini?"

Si perak mengangkat kedua bahunya. "Banyak artikel yang sudah menjelaskannya, tetapi beberapa hal masih terlalu kosong dan perlu pembuktian. Lagi pula, sejauh ini pemerintah masih tetap abai. Mempertahankan aturan lama dan tetap tidak mencoba mencabut akar masalahnya."

Remaja Diandra menjadi semakin tertarik begitu mendengarnya. "Menurutmu, bagaimana cara menyelesaikan akar masalahnya?"

"Bukankah sudah jelas? Lakukan pelatihan. Bagaimanapun, kristal penenang hanya alat yang boleh digunakan di saat terdesak, tetapi orang-orang salah mengartikannya sebagai alat yang harus segera digunakan. Saat tanda-tanda anomali mulai muncul, bukankah mereka seharusnya berusaha menahannya? Bukan langsung meledakkannya di tempat?"

"Kakek juga mengatakan hal itu," senyuman Merci mengembang. Terutama saat mengingat pria tua Incubus yang berada di Academy. "Itu sebabnya, sekarang, aku juga sedang berlatih. Setidaknya, sampai sekarang, aku belum pernah menggunakan Kristal Penenang."

Tap.

Langkah kaki si perak terhenti. Kepala itu menoleh, menatap teman ngobrolnya dengan tidak percaya. "Tidak pernah?"

Senyuman bangga merekah di bibir sang Naga. "Tidak pernah," akunya jujur. "Tetapi beberapa kali, aku cukup sering terkena Anomali, itu sebabnya sekarang aku sedang beristirahat … setidaknya, selama setahun sampai kembali berlatih."

Leo tahu seberapa sulit menahan Anomali yang telah meledak. Bagaimanapun, mereka akan merasakan sakit yang luar biasa, itu sebabnya orang-orang yang terkena Anomali, umumnya akan berbuat kasar, sulit berpikir secara rasional dan perlu penenangan secara paksa. Semakin marah dan panik mereka, semakin rasa sakit itu menghujam mereka.

"Berlatih?" Sepasang netra emas menatap remaja di depannya. Selama setahun dibiarkan menganggur, bukankah berarti Naga Biru ini sedang dalam pengobatan? Namun si perak tidak merasakan kekerasan apa pun. Naga Muda ini jelas dalam keadaan yang sehat.

"Ya, setelah itu aku kembali harus mempersiapkan diri untuk ujian sekolah."

"Eh? Ujian sekolah?" baru kali ini Leo mendengarnya. "Di mana sekolahmu?"

"Academy Kerajaan."

Leo tercenga. "Academy Kerajaan?"

"Ya," jawabnya jujur. "Kau tidak tahu Academy Kerajaan?"

Leo merinding mendengarnya. Astaga! Sungguh! Siapa yang membuat nama yang begitu aneh?! Kerajaan?! Astaga … dari nama sekolah, Leo sudah bisa membayangkan orang-orang di dalamnya pasti bangsawan semua.

"Aku tidak tahu" Leo tidak menyembunyikan ekspresi jijiknya. "Jangan katakan bahwa itu adalah sekolah unggulan?"

"Memang sekolah unggulan," Merci tanpa sungkan mengaku. "Itu sekolah khusus bangsawan di negara Ion. Tetapi untuk mereka yang sudah menjadi level 3 atau sudah masuk ke dalam kelas Menengah Lanjutan, pendidikan akan berubah menjadi orientasi militer."

Academy Kerajaan, Academy Royal Ion, Perpustakaan Kerajaan …

Oh, Leo bisa membayangkan selera pemberian nama negara ini.

"Kau sudah masuk ke level 3," mencoba menyingkirkan rasa jijik dengan nama yang terlalu … seperti itu, Leo kembali fokus dengan inti cerita sang Naga. "Jadi, tahun depan baru mulai bersekolah kembali?"

"Tidak, aku masih harus ikut ujian."

Alis Leo terangkat.

"Mereka yang sudah mencapai level 3 atau sudah lulus dari kelas Menengah Pertama, bila ingin masuk ke kelas Menengah Lanjutan, harus mengikuti ujian terlebih dahulu. Bila lulus, kita baru bisa masuk kelas, bila tidak, kita hanya bisa mengikuti ujian tahun depan atau … memilih sekolah lain."

Akhirnya, tanpa sadar sepasang perak dan biru melangkah sambil terus mengobrol. Bagaimanapun, ketika menikmati suasana, kaki keduanya tidak merasa pegal sama sekali. Ketika sampai di Perpustakaan Kerajaan, keduanya tidak memilih masuk. Sebaliknya, Leo dan Merci memilih masuk ke dalam restoran untuk mengisi perut. Oh, sudah siang. Asisten si perak juga sudah berkedip-kedip. Papa yang posesif sudah menghubungi. Baby, waktunya makan. Tidak ada penundaan.

.

.

.

Perpustakaan Kerajaan merupakan tempat yang sangat besar. Dengan hall luas dan dinding berjendela pranciss yang besar, sebuah ruangan yang menyediakan meja panjang yang memenuhi ruangan lebih terlihat seperti … gedung kantor ketimbang Perpustakaan.

Walau tempat ini cenderung artistik dengan lukisan penuh warna pada bagian dinding yang bisa bergerak-gerak selayaknya layar LED yang ditempelkan ke dinding, tetap saja tidak ada buku di sini. Semuanya virtual. Para pengunjung hanya perlu duduk di kursi masing-masing dan mulai mencari buku yang diinginkan.

Benar-benar berbeda dengan Ruang Tertutup di Academy Ruby. Setidaknya, untuk menunjukkan kesan itu adalah perpustakaan yang berharga, Ruang Tertutup masih memamerkan buku mereka meskipun itu hanya sebuah pajangan yang tidak boleh disentuh.

Leo menatap sekelilingnya seraya melangkah ke salah satu bilik kosong. Di sini, hanya terdiri dari 1 lantai, tidak ada lantai dua. Dengan langit-langit tinggi dan berbentuk kubah, lukisan selayaknya awan di langit musim panas terlihat cerah dan bergerak dengan lembut. Oh, sekali lagi, teknologi memainkan perannya kembali.

Menghela napas, si perak menatap Guardiannya yang mengambil meja tepat di sebelahnya. "Inikah Perpustakaan?" ujarnya menempelkan tangan ke meja dan secara otomatis layar bertuliskan selamat datang muncul di hadapannya.

Leo harus mengakui bahwa ia agak kecewa. Oh, salahkan ia yang terlalu berharap bisa melihat buku dan membukanya. Sejujurnya, remaja An agak merindukan sensasi membalik setiap lembar kertas yang menempel pada buku setebal Kamus.

"Ya," Merci bersandar di kursinya, ikut membuka layar dan ikut menikmati fasilitas Perpustakaan. "Kau bisa mulai dari kategori Buku Sejarah," tentu saja Naga Biru itu ingat tujuan utama si Perak datang ke Perpustakaan Kerajaan.

Leo tidak mengatakan apa pun kembali begitu mendengarnya. Fokus si perak pada layar. Jemari lentiknya bergerak menggulir beberapa buku dan memilihnya secara acak. Melihat ekspresi serius di wajah cantik berbingkai perak, sepasang netra emas berkedip. Senyuman kecil mengembang, lalu ia turut memalingkan wajah. Senyumannya menghilang, ekspresinya turut berubah menjadi serius.

Malam ini, semua orang akan fokus dengan pesta penyambutan dan malam ini juga … saat yang tepat untuk memulainya.

LUHAAAA~

Apakah ada yang merindukan Leo? Atau Papa Konyol? Ngomong-ngomong, ini akhir tahun, apakah ada kata peprisahan untuk tahun ini? Lalu Harapan dan Sambutan untuk tahun depan?

Baiklah, terima kasih sudah membaca dan menunggu cerita ini, semoga kalian menikmatinya!

AoiTheCielocreators' thoughts
Next chapter