16 1. Naga Otaku

Warna keemasan memanjang, menyelinap di antara rimbun pepohonan. Cahaya yang menyentuh permukaan rumput hijau itu terlihat indah kalah partikel-partikel kecil melayang-layang diudara dan menyiraminya dengan cahaya.

Srak!

Sekelebat bayangan mendadak melintas—terbang selayaknya anak panah yang dilepaskan. Meliuk-liuk dengan rapi, melewati pepohonan di sekitarnya. Lalu persekian detik kemudian, bayangan raksasa ikut terbang melintasi tepat pada bagian atas pohon. Terpaan udara yang diciptakan menghantam segala. Tumbuhan dan hewan-hewan kecil dengan mudah tersapu—terdorong oleh kepakan sayap besar yang berkilau memantulkan cahaya matahari.

BANG!

Sebuah ledakan mendadak terdengar, diiringi dengan teriakan memekakkan telinga yang membahan. Di detik berikutnya, suara dentum besar membuat tanah bergetar dan debu mengepul ke udara.

"Grrooaaa!" Auman marah kembali terdengar. Seekor burung dengan dua kepala mengamuk. Leher keduanya panjang, berwarna merah dan hijau. Dengan ukuran tubuh sebesar sebuah rumah mewah, burung raksasa mencoba bergerak menyerang benda yang terus memukulnya dengan gerakan cepat.

Sekelebat warna merah bergerak dengan sangat lincah. Mengelilingi burung raksasa, memberikan monster besar itu perasaan marah dan sakit. Hingga akhirnya, ketika kedua kepala sekali lagi mengaum dengan putus asa, tubuh besar itu melemah. Lemas dan jatuh tidak sadarkan diri menimpa banyak pepohonan dan beberapa hewan pengerat kecil di bawahnya.

Flap!

Sepasang saya sewarna nyala api mengepak, melayang di udara tepat di atas monster berkepala dua. Sosok remaja mungil, dengan helai kelabu dan kulit seputih pualam terlihat membias oleh cahaya matahari yang menyinari. Wajah rupawan itu begitu cantik, berpadu dengan sepasang iris ocean yang berkilau indah. Sekilas, ia lebih terlihat seperti anak perempuan, ketimbang anak lelaki.

"Monster Dua Kepala Naga Dewasa! Tuan! Anda benar-benar keren!" sosok lebah kecil terbang mendekat, berdengung dan tidak henti memuntahkan pujian. "Hewan ini adalah hewan terkuat di Planet, menurut data uji statistikku Tuan bisa mengalahkannya dalam waktu 34 menit 20 detik, tetapi Tuan melakukannya lebih cepat 40 detik!"

Remaja cantik itu menghela napas. Tubuhnya hanya setinggi 160cm, masih terlihat selayaknya remaja kecil meski sudah 25 tahun berlalu. Ditambah ia harus menahan diri agar tidak menggunakan sihir, mengalahkan makhluk ini seharusnya tidak akan sampai masuk ke dalam hitungan menit.

"Di mana Papa?"

"Ah? Naga bodoh itu?" Nada tidak senang mendadak terlontar dari robot lebah. Namun, sosok kecil masih tetap menjawab dengan patuh. "Dia masih di gua, sedang bermain dengan asistennya."

Setelah melontarkannya, Micro langsung mengeluh. "Coba lihat si pemalas itu! Tuan! Dia tidak henti bermain Asisten! Seharusnya Tuan tidak memberikannya Asisten! Tuan lihat?! Dia kecanduan Internet!"

Errr … Leo benar-benar tidak bisa menyangkalnya. Beberapa tahun lalu, Leo memutuskan bahwa Papa naganya yang konyol perlu banyak belajar. Karenanya, tanpa ragu membuat sebuah Asisten sederhana. Awalnya, Cosmos agak keberatan, tetapi lama-lama … Naga ini menjadi kecanduan. Beberapa hal yang bahkan tidak pernah Micro ajarkan, akan dipelajari sendiri oleh Naga Perak itu.

Ada perasaan bersalah yang bergelayut di dada. Oh, Naga primitif yang suka keluar dan bertindak liar, mendadak berubah menjadi Naga Rumahan yang pemalas! Seorang Otaku yang gila Internet! Mendapatkan beberapa pengetahuan baru, gua mereka bahkan berubah menjadi beberapa estetika yang berbeda. Cosmos mulai belajar tentang Idola dan juga Novel--bahkan komik!

Benar-benar …

Internet membuat Papa primitifnya berubah menjadi Papa Konyol yang tidak berguna--oh, tidak. Setidaknya Cosmos jadi lebih jago memasak dan mengelola bahan makanan dan Leo diberikan kesempatan untuk sering keluar--melatih tubuhnya dengan bebas tanpa harus merasa terganggu dengan aura level 9 yang akan membuat banyak hewan berlari ketakutan.

Menjentikkan jari, tubuh raksasa yang menghalangi hutan mendadak menghilang. Masuk ke dalam Ruang Jiwa.

"Urus Naga Kepala Dua."

"Baik, Tuan!"

Lalu Micro turut menghilang, masuk ke dalam Ruang Jiwa Tuannya untuk mengurus tubuh raksasa yang jelas bernilai jual tinggi. Robot Lebah itu tahu pasti apa yang harus dilakukan, itu sebabnya Leo tidak perlu memberikan instruksi lebih.

Merenggangkan tubuh yang terasa kaku, remaja berhelai kelabu itu menarik napas panjang, lalu menghembuskannya dengan kasar. Oh, okay! Mari kita urus Papa pemalasnya dulu!

.

.

.

Sosok pemuda jangkung, dengan kulit seputih pualam berbaring malas di atas kasur empuk berlapis kulit lembut. Sosok yang rupawan itu memasang ekspresi serius, sangat tampan kala helai perak pendek membingkai wajah mudanya yang terukir indah. Sepasang netra emas terlihat bercahaya, memantulkan tampilan layar transparan yang melayang-layang di hadapannya.

Mengenakan setelan kaos bergambar animasi seorang Loli berkuncir dua, pemuda tampan terlihat sangat malas. Sebelah kaki putih yang mengenakan celana pendek selutut bergoyang-goyang lembut, terlihat sangat santai meski ekspresi wajah yang tercetak justru serius dan dingin.

Ruangan besar dan terang terlihat tidak seperti di dalam gua. Jauh terlihat rapi dan nyaman, dengan beberapa perabotan yang disusun dengan baik. Kasur empuk dihuni oleh pemuda jangkung, di samping kasur empuk, terdapat meja kecil dengan beberapa permata kecil berkilau di atasnya. Tepat pada kepala tempat tidur yang menempel pada dinding, terdapat ukiran bergambar animasi yang begitu besar. Menggambarkan sebuah adegan seekor Naga besar yang tertidur, dikeliling oleh banyak Shouta dan Loli kecil.

Mendadak, pergerakan jari yang ingin menggeser layar, terhenti. Sepasang netra emas tidak lagi menatap ke arah layar, tetapi justru menatap mulut gua yang menganga. Tepat ketika beberapa detik fokusnya teralihkan, sosok merah selayaknya meteor melesat dengan kecepatan cahaya dan menghambur masuk ke dalam pelukan.

Cosmos terkekeh. Tubuh kecil, lembut dan hangat direngkuh. Lalu, ia menunduk, menjatuhkan sebuah ciuman ke atas pucuk kepala berhelai kelabu. "Halo, Baby … Sudah puas bermainnya?" dengan lembut, nada memanjakan itu mengalun, diiringi dengan sepasang iris emas yang berkilau senang.

Wajah imut yang masih memiliki lemak bayi pada kedua pipinya terlihat. Terbingkai oleh helai kelabu selembut sutra yang agak berantakan, sepasang netra sewarna laut dalam melotot marah. "Papa! Papa membaca Novel lagi?!"

"Tidak," Cosmos berbohong. Ekspresinya terlihat serius dan kaku, tetapi jemarinya diam-diam menutup layar asisten. "Baby baru pulang, mau makan apa?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan!"

"Papa tidak mengalihkan pembicaraan," mengusap kepala remaja itu, Naga perak mengubah posisi berbaring menjadi duduk. Membiarkan si kecil duduk di pangkuannya. "Baby mau makan malam apa hari ini?"

Cemberut, Leo turun dari pangkuan pemuda itu. Tanpa ragu, ia kembali menyimpan sayapnya dan duduk di samping sang Naga. Sosok humanoid Naga ini tidak seperti 10 tahun yang lalu. Sejak kecanduan Internet, Cosmos mempelajari beberapa hal. Misalnya, menyembunyikan tanduk dan ekornya ketika berubah menjadi humanoid. Hal ini membuat Naga besar benar-benar terlihat seperti manusia. Setidaknya, bila mereka berjalan bersama, keduanya lebih terlihat seperti sepasang ras manusia.

"Apapun," sang remaja menjawab, tetapi beberapa detik kemudian, teringat sesuatu. "Benar, Papa, sudah mengambil berapa banyak mineral?" sepasang netra biru memandang Naga besar yang bangkit berdiri--berjalan menuju dapur untuk membuat makan malam. Entah bagaimana, sudah menjadi sebuah kebiasaan untuk menyambut remaja kelabu ini dengan makanan. Namun kali ini … yah, makanannya tertunda karena sang Papa, keasikan membaca Novel. Bagaimanapun, baru saja ada updatetan baru. Sayang untuk dilewatkan.

Ada jeda agak lama untuk membuat Cosmos menjawab pertanyaan sang remaja. Naga perak itu berpura-pura sibuk, memotong daging simpanan mereka di dapur dan mencuci sayuran. Semuanya dilakukan dengan sangat lamban, tidak selincah biasanya. Leo bisa melihat semua pergerakan itu dengan jelas, bagaimanapun, tidak ada dinding pembatas untuk setiap bagian gua mereka. Dapur, kamar, ruang bersantai--setiap ruangan yang dipetakkan, tidak memiliki dinding.

"Sekitar … 3 kantung ruang," akhirnya, Cosmos menjawab--sukses membuat wajah remaja kelabu berubah drastis.

"PAPA TIDAK PERGI MENGAMBIL MINERAL?!" Leo mengaum marah. Wajah cantik itu memerah sempurna--sukses membuat tubuh sang Papa kaku. "Kalau Papa tidak mau mengambilnya, biar aku--LEPAS!" Persekian detik kemudian, sebelum sang remaja bangkit berdiri, sosok Naga menerjang dan menggendong remaja yang tengah mengamuk.

"Sesudah membuat makan malam, Papa akan pergi," tahu persis bahwa Babynya akan langsung terbang keluar untuk mengumpulkan mineral, Cosmos langsung menahannya. Ada radiasi di sana, terakhir kali pergi, Babynya jatuh pingsan. Sejak itu, tugas mengambil mineral, jatuh ke atas kepala Sang Naga. "Papa akan pergi, tenang saja, Baby … 100 kantung, malam ini, Papa akan membawa 100 Kantung Ruang dalam keadaan penuh dan tidak akan kembali sebelum penuh."

Leo berhenti memberontak. Sepasang netra biru yang bulat menatap wajah sang Naga. Ekspresi galak dan mengamuk, dalam persekian detik, menghilang.

"Benarkah?"

Cosmos menahan napas. Mendadak teringat dengan bagian Novel yang baru rilis dan belum dibaca. Entah bagaimana … ia merasa enggan. Sungguh, ia ingin membaca, tetapi …

Menatap sepasang iris biru bayi kesayangannya yang bersinar penuh harap …

"Ya" Cosmos mengalah. Mau tidak mau, melontarkan janjinya. "Papa akan membawa 100 kantung penuh dengan mineral."

Remaja cantik itu menyeringai senang. "Okay, kalau begitu, silahkan memasak yang enak, Papa!" ujarnya lalu memberikan ciuman ke pipi sang Naga sebagai hadiah. "Seminggu lagi kita akan berangkat, jadi banyak hal yang harus kita persiapkan."

Cosmos menghela napas, sebelum akhirnya tersenyum dan mengusap helai kelabu itu. "Yah … Papa mengerti."

Remaja cantik terkikik mendengarnya, membuat Cosmos tidak bisa menahan diri untuk mencubit pipi gembil itu hingga membuat sang kelabu kembali mengaum marah. Pada akhirnya, setelah membuat makan malam, sang Naga memenuhi janjinya untuk keluar dan mengumpulkan kembali Mineral.

...

APA YANG KULAKUKAAAAN?!

Wajah sang remaja memerah sempurna. Malu bukan main dengan tingkah kekanakan yang begitu saja melompat keluar bila berhadapan dengan Cosmos. Oh, sungguh, bukankah ia adalah Penyihir berusia ribuan tahun?! RIBUAN TAHUN!

Cosmos bahkan sudah mengetahui segalanya--tahu pasti bahwa ia adalah bocah jejadian, seorang kakek tua nan reyot yang seharusnya sudah masuk ke masa uzur. Namun, Cosmos masih tetap memanggilnya Baby, masih suka memanjakannya, membuat Leo, yang … sudah biasa berekting manja, menjadi benar-benar manja bila hanya berduaan dengan Naga itu!

Leo menggelengkan kepala, ini sudah terjadi berkali-kali dan jiwa tuanya masih tidak terbiasa. Bagaimanapun, berusia tua tidak membuatnya cukup bijaksana … tubuhnya bergerak dengan sendirinya sebelum otak benar-benar berpikir. Namun, di sudut hatinya yang terdalam, Leo tidak bisa menyangkal bahwa ia ... menikmatinya.

Cemberut, remaja cantik mulai memakan makan malam.

Seminggu lagi, mereka akan meninggalkan planet ini. Sejujurnya, ia tidak keberatan untuk terus hidup nomaden. Ini … bagaimanapun, cukup nyaman. Tumbuh aman dan tanpa beban apa pun yang memikul. Namun, ada satu hal yang sangat ingin Leo lakukan sejak lama … sejak ia bisa menerima kematian dari orang-orang terdekatnya.

Setidaknya, walau sangat terlambat, ia ingin mengunjungi makam keempat murid dan Ketiga sahabatnya. Untuk ketiga muridnya, Leo tahu di mana karena ketiganya pergi bahkan sebelum perang terakhir berlangsung. Namun untuk sisanya … bahkan dengan teknologi Micro, ia masih harus mencari.

Bagaimanapun, sudah 8000 tahun berlalu, semua hal tidak lagi sama. Mencari makam kuno … ini bukan hal yang mudah. Karenanya, kemungkinan besar … mereka akan sangat lama keluar dari Planet ini dan memerlukan banyak persiapan, untuk menjelajahi dunia yang berbeda di luar sana.

Ada perasaan bersalah yang bergelayut di dada ketika Leo mengungkapkan keinginannya ke Cosmos. Bagaimanapun, Cosmos memiliki keterikatan kuat terhadap Planet ini. Naga Perak lahir dan tumbuh di sini, meninggalkannya … bukan sesuatu yang mudah. Namun anehnya, si perak justru terlihat bersemangat saat mendengar kabar itu. Sangat mengejutkan bahwa ... Papa Naganya menjadi orang yang paling tidak sabar untuk ikut menjelajahi dunia luar.

Meski ekspresi Ayahnya masih datar dan terlihat stoic, sepasang netra emas yang berkilau dan berkobar bak api yang menyala-nyala itu tidak bisa disembunyikan.

Alasannya?

Mudah. Leo tahu dalam sekejap mata.

Pergi keluar Planet = Bisa bertemu dengan author dan juga beberapa idola.

Pergi ke luar Planet = membeli langsung beberapa barang secara online, karena bagaimanapun, Planetnya terlindungi jadi tidak bisa dimasuki oleh orang luar. Hanya ketika mereka berada di luar planet, berarti mereka bisa berbelanja sesuka hati.

Pergi ke luar Planet = ia bisa melihat para cosplayer secara langsung.

Pergi ke luar Planet = Papanya bisa melihat banyak Loli dan Shota lucu berkeliaran

Mengetahui alasannya … terutama untuk alasan terakhir ...

Membuat Leo harus menahan diri agar tidak memukul kepala perak itu dengan batu terdekat.

THE HELL! PAPA! TIDAKKAH KAU TERLALU OTAKU?!

Leo sakit kepala.

Naga konyol ini benar-benar aneh.

Namun, diam-diam, sang remaja cukup bersyukur. Setidaknya, Ayahnya adalah orang yang sangat terbuka, menerima perubahan begitu saja. Hal yang ajaib mengingat seekor Naga seharusnya … angkuh dan teritorial. Yah ... Ayahnya memang ajaib. Agak menyimpang dari karakter seekor Ras Naga yang ia tahu.

Penyihir kelabu menghela napas. Persiapan telah dilakukan. 10 tahun persiapan, membuat tubuhnya menjadi lebih kuat, juga mempelajari dunia luar melalui asisten dan informasi yang diberikan Micro, setidaknya ia tidak akan benar-benar buta dan tanpa modal apa pun.

Menoleh menatap mulut gua yang menganga, sepasang netra menemukan hamparan bintang yang bersinar di dalam kegelapan. Indah dan memukau, membuat makan malam hangatnya terasa jauh lebih lezat meski hanya dinikmati seorang diri.

Sepasang netra biru menyendu. Senyuman kecil mengembang. Oh, dunia yang berada di luar Planet ini … Leo merasa sedikit tidak sabar untuk menyambutnya.

avataravatar
Next chapter